Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Game Parenting PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager

CURHAT GAMING : Bagaimana agar Game Bermanfaat bagi Anak? (1)

Anime. Manga. KPop. Game.
Ini baru sebagian kecil dari dunia anak-anak kita saat ini, di mana orangtua diharapkan dapat mendampingi anak-anak agar mereka tumbuh menjadi sosok yang tangguh, kreatif, berakhlaq mulia. Bersyukur banget semalam ketemu dengan mas Ingge dan teman-teman dari Rumah Pelita Yogyakarta. Dihadiri oleh sekitar 70 orangtua yang kepingin banget tahu ttg bgm menghadapi anak yg suka game.
Saya rangkum dan bagi jadi beberapa tulisan, ya. Semoga bermanfaat.


📱🖥️📟🕹️
KENALILAH GAME
Untuk bisa mengendalikan dan mengarahkan anak, tak ada cara lain : mengenali game. Ini agar orangtua mudah berkomunikasi, berdiskusi, berargumentasi dan memberikan alternatif buat anak.
Di bawah ini beberapa game yang saya kenal, silakan ditambahkan.

  1. MMORPG : massively multiplayer online role playing game (Genshin Impact, World of Warcraft, Lord of the Ring online, dsb)

2. MOBA : multiplayer online battle arena (AOV, dll)

3. RPG : role playing game (Skyrim, Pokemon, Final Fantasy VI-VII-XII, dll)

4. FPS : first person shooter (Counter Strike, PUBG, dll)

5. Multiplayer game (Among Us, dll)

6. Rhythm game (Bang Dream, Superstar SMTown, dll)

7. Game-game jenis lain. Fashion game ( misal : Covet), word game (WOW)

Berbagai jenis game MMORPG


MANAKAH GAME YANG AMAN BUAT ANAK-ANAK?
Game yang masuk kategori online, sangat tidak aman untuk anak-anak TK, SD. Anak SMP dan SMA perlu pengawasan dan pendampingan. Perhatikan juga masing-masing game punya rating umur seperti film. Utk 13 tahun, remaja, dewasa, semua umur, dst.
Online bisa mengakibatkan pemain nggak mau dihentikan segera. Apalagi bila mabar dengan teman-temannya. Bisa dibayangkan, kan? Kita lagi main ber-5. Tau-tau ibu memanggil dan salah satu harus keluar dari arena game. Wah, 4 teman kita bisa mati di arena. Karena nggak mau mengorbankan permainan, mengorbankan tim dan teman-teman; biasanya anak nggak mau berhenti ketika berada di tengah game online.


👦🏻👩🏻👦🏻👩🏻
Ada banyak situs-situs yang memajang game buat anak-anak. Silakan dipilih . Ada yang tentang world building, farming, berkebun, salon, scavenger hunt dll. Apapun jenis permainannya, jika online, orangtua harus bijaksana.
📛📛📛
Apalagi jika game itu online, dimainkan bersama-sama (multiplayer), mengandung unsur kekerasan dengan storyline tertentu untuk mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya dengan adegan berdarah-darah. Dilakukan setiap hari oleh seorang anak SD yang masih butuh berkomunikasi intens degnan orangtua; kita dapat bayangkan bagaimana perkembangan psikologisnya.



GAME OFFLINE, APA AMAN?
Perlu dipilih juga. FPS yang modelnya baku tembak dengan adegan berdarah-darah, tentu nggak cocok buat anak. Remaja pun butuh pendampingan. Sekalipun Pokemon, kalau mainnya kebablasan tentu juga perlu diperhatikan. Bahkan game yang ringan seperti Superstar SMTown atau Covet saja, anak-anak dan remaja perlu diberikan kedisiplinan waktu untuk memainkannya.

GAME BISA MEMBUAT ANAK AGRESIF?
Gaming 100%, bukan satu-satunya penyebab agresifitas anak.
Banyak sekali komponennya. Anak yang akan bermasalah dengan game adalah :
▶️Anak sudah bermasalah punya ADD, ADHD, LD + bermain game
▶️Orangtua bermasalah + bermain game

▶️Akademik bermasalah + bermain game
▶️Komunikasi buruk + bermain game
▶️Mengalami bullying + bermain game
▶️Pola asuh salah + bermain game

👇👇👇
Bukan hanya gamingnya yang harus diperhatikan. Tapi lihat lagi secara detil apa saja kondisi komorbid yang menyertai perilaku bermasalah seorang anak. Ada siswa SMA dan mahasiswa yang gak sesuai dengan jurusannya, tetapi terpaksa masuk MIA atau masuk teknik gegara dipaksa ortu. Ia melampiaskan ke gaming dan jadilah game membuatnya semakin agresif. Ini contoh dari akademik bermasalah + bermain game.

👇👇👇
Orangtua yang enggan berkomunikasi dan malas mendengar anak rewel lalu membelikan android plus games-nya, jadilah si anak kecanduan dan ngamuk kalau nggak diperhatikan. Ini contoh dari pola asuh salah + bermain game.


BAGAIMANA AGAR GAME BISA AMAN?

1.Untuk anak, belikan gawai dengan RAM dan memory terbatas. Harga 1-1,5 juta cukuplah. Jangan biarkan ia bermain dengan gawai mahal yang performanya sangat bagus. Anak belum bisa mengontrol keinginannya untuk unduh macam-macam

2.Kalau memang harus online, pakailah pra bayar. Pasca bayar bisa buat jantungan! Pernah dengan kan tagihan ortu sampai 60 juta gegara game online?

3.Sesekali, ortu duduk di samping anak. Lihat apa yang dia mainkan. Bagus sekali kalau ortu bisa ikut main dan tau. Anak main PUBG, ortu juga belajar PUBG. Anak main Among Us, ortu juga harus bisa

4.Game PC VS android. Lebih baik pakai PC. Taruh PC di ruang tengah. Kalau ditaruh di kamar, anak jadi penyendiri. Kalau pakai android, apalagi. Android mahal dg performa unggul, haduuuhh. Lebih-lebih, deh!

5.Game online? Lihat apakah pakai gacha. Gacha adalah racun di dunia gaming, sebagaimana cyber-bullying adalah racun di dunia per-KPop-an. Gacha bisa diartikan sebagai undian. Kadang bisa didapat sesudah menyelesaikan tahap tertentu, kadang harus beli. Maka dikenal anak-anak sultan atau orang kaya yang bisa menang game online karena punya duit untuk beli karakter tertentu, untuk membeli senjata tertentu.

6. Udah kecanduan? Hayuk, duduk bareng. Ortu silakan mengurangi kesibukan dan mulai berkonsultasi dengan sebanyak mungkin pakar : psikiater, BK sekolah, psikolog, ustadz, ortu lain yang punya permasalahan serupa. Kalau sudah agresif, cemas berlebihan, tidak bisa beralih perhatian dari gaming; kadang memang harus dibantu obat.

📱🖥️📟🕹️

Bersambung : bagaimana tahun anak berbakat gaming atau kecanduan gaming?

Atas : Sinta Yudisia . Bawah : Ingge Cahyadi
Kategori
ACARA SINTA YUDISIA My family Parenting Remaja. Teenager WRITING. SHARING.

Seminar rasa curhat : GAMING

📵 WEBINAR PENGASUHAN DAN GAME 📵

Gadget saat ini sudah menjadi barang yang lumrah. Pun dengan aktivitas game yang sering dimainkan didalamnya. Ayah Bunda khawatir? Apa saja aktivitas game? Mengapa mereka begitu betah? Bagaimana perasaan ananda ketika bermain game?

Apakah harus benar-benar mensterilkan anak dari gadget atau hanya butuh membangun ‘imunitas’?

Yuk kupas tuntas bareng ahlinya! Catat ya 🤩

⏰ Ahad, 7 Februari 2020
⏰ 19.00-21.30 WIB
🖥️ via Zoom Meeting

dibersamai orang-orang keren nih:
✨ Sinta Yudisia M. Psi, Psikolog (Psikolog, Penulis, Pemerhati Anak dan Remaja)
✨ Ingge S. Cahyadi (Boardgame Developer, Esport Enthusiast)

Mau kan ikut webinar rasa curhat? Bisa dengar dari sisi gamer dan tentu mengupas ilmu parenting : mengasuh dan mendampingi anak ditengah kemajuan zaman dan teknologi. Dan disinii tentunya akan banyak Ayah Bunda yang merasa satu nasib, sebeban sepenanggungan

💎HTM:
30K/orang
50K/2 orang

Pendaftaran:
WMDG_Nama_Alamat_NoWA
Kirim ke: wa.me/6281220008829 (Kak Una)
Seat terbatas. Grab it fast!

“Children who are treated as if they are uneducable almost invariably become uneducable.” — Kenneth Clark

Kategori
Film Hikmah mother's corner My family Parenting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Film Parenting yang Bagus untuk Ditonton Akhir Tahun

Film-film ini sebetulnya bukan produksi 2019-2020. Beberapa udah beberapa tahun lalu tapi layak ditonton. Ingat ya, ini film parenting. BUKAN film keluarga. Kebanyakan kita berpikir kalau film parenting bisa ditonton sama anak-anak. Beda! Meski pemainnya anak-anak tetapi konflik dan dialognya banyak dewasa. Oke, bisa ditonton anak-anak yang sudah remaja asal dengan pendampingan karena ada beberapa diskusi tentang seksualitas di sana.

  1. Captain Fantastic
  2. Tully
  3. Please Stand By
  4. Dangal
  5. Searching
  6. Gifted
  1. Captain Fantastic

Tokohnya yang main jadi Aragorn di Lord of the Ring. Film ini bahkan buat suami saya sampai terharuuuu banget. Jarang-jarang bapak-bapak bisa terharu kwkwkwk. Kisahnya tentang seorang ayah yang membesarkan 6 orang anaknya sendiri, karena istrinya bunuh diri akibat post partum depressi hebat.

Diskusi tentang bunuh diri sang ibu saja sudah menjadi “highlight”  yang harus diperhatikan, kalau film ini mau ditonton anak-anak.

Kelebihannya?

Wah, film ini keren banget.

Ben Cash (Viggo Mortensen) membesarkan anak-anaknya di alam. Mirip homeschooling ya. Anak-anak kalau makan harus berburu, memasak sendiri. Sehari-hari mereka berlatih bela diri, membaca buku, bermusik. Jauh dari hingar bingar internet dan makanan junkfood. Anak-anak Ben menguasai 6 bahasa, mereka mengkonsumsi buku-buku berat dan mampu mendiskusikannya.

Salah satu diskusi menarik adalah ketika Ben dan salah satu putrinya membahas novel Lolita. Ada banyak diskusi antara ayah -anak yang sangat menarik di film ini. Termasuk kenapa nama anak-anak mereka tak ada kembarannya : Bodevan, Kielyr, Rellian, Vespyr, Zaja, Nai. Diskusi tentang kapitalisme, agama, bagaimana menjelaskan tentang seksualitas bisa menjadi masukan (meski gak mesti ditiru ya!).

No kissing, no one stand night.

Kenapa gak boleh ditonton anak-anak?

Karena diskusinya dan ada salah satu adegan ketika Ben yang naturalis-anti kapitalis, keluar dari bus caravannya tanpa baju sama sekali.Film ini bagus banget ditonton suami istri. Utamanya para bapak-bapak agar lebih menjiwai konsep pendidikan berkarakter.

2. Tully

Bagi ibu yang lagi hamil dan punya anak-anak kecil, film ini layak tonton.

Dibintangi si cantik Charlize Theron yang berperan sebagai ibu hamil tua. Marlo Moreau menjalani kehidupan yang penuh tantangan dengan anak kecil-kecil : Sarah dan Jonah (berkebutuhan khusus). Ketika Mia si bayi lahir, Marlo benar-benar kerepotan dan sangat lelah.

Saudara Marlo, Craig, yang hidup berkecukupan dan sangat mencintai kakaknya; menawarkan nanny untuk membantu Marlo. Tapi Marlo menolak. Ia tidak tahu bagaimana harus membayar shadow teacher dan nanny. Selama ini, Jonah sekolah di sekolah terbaik karena Craig menjadi donatur besar di sana.

Marlo sebetulnya memiliki suami yang penyayang, Drew. Tapi layaknya laki-laki ya, gak ngerti gimana capeknya punya baby. Malam hari, kalau Marlo naik ke tempat tidur karena sangat capek, Drew justru aktif membunuh zombie-zombie di video gamenya. Ala laki-laki bangettt hahahah.

Lalu muncullah Tully, si nanny. Kita sempat mikir : ”wah, ada adegan selingkuh nih antara Tully dan Drew. Sebab Tully sering mancing-mancing tentang Drew.”

Tapi enggak sama sekali. Endingnya yang twist bikin nyeseeeeek.

Ada satu quote di film ini yang akhirnya kami pakai di keluarga. Adegan ketika Marlo mengalami kecelakaan dan Drew nyaris kehilangan istrinya. Drew memeluk Marlo. Alih-alih mengucapkan “I Love You” , Drew justru berkata “I Love Us.” Marlo pun menjawab dengan perkataan sama : I Love Us.

Hayo Bapak Ibu, yang punya anak kecil atau baby-baby. Supaya ngerti perjuangan para ibu di malam hari, wajib tonton film ini. Gambaran gimana stresnya Marlo mulai ngurusi pampers sampai nyedot ASI, detail bangettt. Kita bisa merasakan capeee jadi ibu, ya?

3. Please Stand By

Film ini dibintangi si cantik Dakota Fanning yang berperan sebagai Wendy, penyandang autism. Dulu ketika kecil, Wendy dan kakaknya Audrey, dibesarkan oleh ibu single parent. Sebagai seorang kakak, Audrey sangat menyayangi dan mengerti adiknya yang berkebutuhan khusus. Namun setelah Audrey dewasa dan menikah, ia tak lagi dapat mendampingi adiknya. Apalagi si ibu telah meninggal.

Wendy sangat terobsesi dengan Star Trek. Ia bercita-cita menjadi penulis scenario. Perjuangan Wendy yang tinggal di rumah khusus bagi penyandang kebutuhan khusus untuk dapat mandiri dan mencapai cita-citanya, menjadi titik utama film ini.

Tidak ada adegan ranjang atau diskusi dewasa di dalamnya. Cocok juga untuk ditonton remaja. Sebagai orangtua yang memiliki anak-anak, terutama anak special needs, perlu sekali melatih pola hubungan komunikasi yang hangat dan indah seperti yang dilakukan Audrey pada Wendy.

Anak-anak seperti Wendy pada akhirnya mampu mandiri dan menemukan jati diri ketika dikelilingi orang-orang yang peduli seperti Audrey serta pengasuh homecare bernama Scottie.

4. Dangal

Dangal adalah film India yang bolak balik kami tonton.

Mengisahkan Poghat Singh, seorang mantan pegulat yang bercita-cita ingin memberikan medali emas bagi negaranya. Ia ingin sekali mewariskan kemampuan gulat dengan melatih anak-anaknya. Apa daya, 4 anaknya perempuan semua!

Tapi ternyata, Gita dan Babita punya bakat gulat seperti sang ayah. Poghat mengetahuinya ketika Gita dan Babita berhasil mengalahkan cowok-cowok yang mengganggu mereka. Sejak saat itu rambut panjang keduanya dipangkas, hari-hari dipenuhi latihan berat, demi agar kedua gadis itu memiliki tubuh dan stamina yang pantas bagi pegulat.

Seorang ayah yang memiliki impian besar dan mampu mewariskan impian itu kepada anak-anaknya; sungguh sebuah motivasi spesial bagi orangtua yang mungkin masih bingung gimana cara mengarahkan anak-anak sekarang yang mungkin agak-agak manja.

Banyak dialog yang masih terpatri di ingatan. Salah satunya kekhawatiran istri Poghat. Siapa nanti yang akan memilih Gita dan Babita yang menjadikan gulat sebagai jalan hidup?

“Nanti, bukan laki-laki yang memilih-milih putri kita. Tapi Gita dan Babita yang memilih-milih sendiri para lelaki itu.”

Ibaratnya, Poghat ingin menepis anggapan sang istri yang mengkhawatirkan : ada nggak sih lelaki yang mau beristri pegulat? Jangan-jangan nanti Gita dan Babita selalu tersingkir dari pilihan. Poghat menegaskan : putri-putri mereka akan tumbuh menjadi orang berkualitas sehingga banyak lelaki akan melamar dan putri merekalah yang akan menyeleksinya!

Kisah Poghat Singh ini juga saya masukkan dalam buku saya 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ya.

5. Searching

Saya udah pernah posting ini secara khusus di FB dan blog saya. Jadi gak akan mengulas lagi. Cuma ingin menekankan bahwa film ini bagus banget buat para ayah yang gaptek ketika berhadapan dengan putrinya yang tetiba menghilang, dan si ayah mencoba mencari keberadaan putrinya lewat teman-teman dunia mayanya di facebook dan tumblr.

6. Gifted

Kalau punya anak Gifted, perlu tonton film yang satu ini.

Dibintangi oleh si Kapten Amerika, Chris Evans. Kakak perempuannya meninggal bunuh diri, meninggalkan seorang anak perempuan bernama Mary Adler. Saat Mary berusia 7 tahun dan sangat cerdas matematika serta mampu menyelesaikan soal-soal sulit setingkat mahasiswa, sang nenek berambisi menjadikannya anak yang bersinar dengan kecerdasannya yang luarbiasa.

Frank, merasa bahwa keinginan itu terlalu berlebihan.

Perjuangan Frank untuk ‘memanusiakan’ Mary Adler si jenius yang masih anak-anak ini bisa menjadi contoh bagaimana kita seharusnya memperlakukan anak sangat pintar tanpa mengabaikan sisi humanis mereka.

#filmparenting #parenting #orangtua #goodmovie

Belajar dari Attack on Titan (2) : Apa Penyebab Kreativitas Hajime Isayama?

Hajime Isayama atau Isayama-sensei mungkin belum termasuk most prolific manga artists sepanjang sejarah manga sejak Astro Boy karya Osamu Tezuka diluncurkan. Tetapi, para penggemarnya di seantero dunia sampai bertanya-tanya ,”Apakah mungkin ada lagi manga series se-epic ini di kemudian hari? Apakah ada anime yang ditunggu-tunggu kehadirannya, sampai para fans berlomba membuat berbagai macam prediksi di akun-akun mereka terkait bagaimana akhir hidup Eren Jeager si tokoh utama?”

Seperti biasa, kalau saya kagum pada seseorang, jadi pingin cari tahu seperti apa sih latar belakangnya? Orangtuanya? Sekolahnya? Kepribadiannya dll? Sama seperti ketika ngefans berat pada Khabib Nurmagomedov yang mengantarkan pada pemahaman bahwa dengan tangan dingin sang ayah, Abdulmanap Nurmagomedov, sosok Khabib bisa muncul.

Berikut adalah beberapa fakta terkait bagaimana kreativitas & imajinasi Isayama-sensei muncul.

  1. Ayahnya melarang ia menjadi mangaka.
  2. Mengalami bullying
  3. Inferior-complex
  4. Desanya mirip Wall of Maria
  5. Kesukaan pada Jurrasic Park
  6. Tetaplah jadi anak-anak!

Poin 1. Well, ternyata ayah Isayama melarang anaknya jadi komikus. Hahaha. Di dunia di mana anima manga menjadi salah satu pemasukan besar bagi negara Jepang, masih ada lho orangtua yang melarang anaknya jadi komikus. Apalagi Indonesia! Tapi ternyata, larangan orangtua bisa jadi sebuah api dalam sekam yang akan meledakkan potensi anak suatu ketika. Jadi, apakah orangtua sebaiknya menyalurkan atau memendam bakat anaknya? Itu ada bahasannya tersendiri nanti.

Poin 2. Isayama mengalami bullying di waktu sekolah. Maka, tokoh antagonis musuh Eren Jeager digambarkan sebagai Titan dengan ukuran 2 m, 10 m, sampai 50 m. Ia mengatakan bahwa seseorang yang di-bully selalu menghadapi tekanan dari pihak  luar yang memiliki fisik besar atau memiliki pengaruh besar. Pengalaman masa kecil sangat berpengaruh pada kreativitas dan imajinasi seseorang.

Poin 3. Inferior complex. Introvert, tak mudah bergaul, asosial, buruk di akademis dan olahraga. Ya, apa yang bisa dibanggakan Isayama di masa sekolah? Cewek tak mendekat, temanpun jarang. Tapi, banyak orang dengan tipe kepribadian ini yang cocok jadi artis. Kesendirian mereka menciptakan satu ruang luas untuk berkreativitas dan berimajinasi. Ruang sunyi yang diramaikan oleh pikiran-pikiran dan gagasan sendiri tentang bagaimana membangun dunia baru – building new world. Banyak mangaka Jepang yang sukses membangun dunia baru dalam kisah-kisahnya. Hikikomori memang salah satu ancaman bagi Jepang. Paradoksnya, bila orang kreatif + introvert bisa menemukan jati dirinya dalam dunia ini, mereka justru bisa berkarya. Tentu, tak semua hikikomori baik, ya! Karena kalau bertahun-tahun mengurung diri juga tak sehat.

Poin 4. Desa kecil Isayama di Oita, dipagari oleh gunung-gunung. Ia sering berpikir, kapan ya bisa keluar dari kampung halaman?  Ia sering merasa terkekang di sana dan ingin sekali melihat dunia luar. Hayo, mirip pemikiran siapakah itu? Yup. Pemikiran Armin Alert dan Eren Jeager untuk keluar dari 3 lapis tembok : Wall of Sina, Wall of Rose, Wall of Maria. Ketika saya menuliskan kisah Hantu Kubah Hijau, setting itu banyak saya ambil dari kota Tegal, tempat asal suami saya. Novel Rose, setting Yogyakarta kota kecil saya. Bulan Nararya, setting Surabaya tempat tinggal saya.

Poin 5. Kenapa tokohnya Titan makan orang? Karena ia terinspirasi dari film Jurrasic Park, tentang bagaimana hewan besar memakan manusia. Banyak seniman terinspriasi dari film-film atau buku masa kecil. Steven Spielberg misalnya.

Poin 6. Tetaplah jadi anak-anak! Waaah, saya terpukau sekali sama quote ini sampai-sampai masuk ke novel online saya di kwikku.com Half of Lemon (https://www.kwikku.com/novel/read/half-of-lemon)

Ketika Isayama diwawancarai, kenapa bisa punya imajinasi begitu dengan cerita yang begitu menakjubkan berikut tokoh-tokoh yang membuat pembaca & penonton sampai termehek-mehek?

“Banyak temanku ketika kecil ingin jadi mangaka. Ketika mereka besar, mereka berhadapan dengan dunia realita. Benturan harapan dan realita membuat mereka harus memilih, seketika itu juga impian mereka pudar. Aku? Sepertinya aku tak pernah tumbuh dewasa dan tetap menjadi anak-anak.”

Kata-kata itu betul-betul inspiring, terutama saya yang seringkali merenung mengapa banyak lelaki/perempuan tidak dewasa ketika usianya sudah mataang. Saya jadi teringat film Big– debut Tom Hanks pertama kali. Film itu berkisah dan mengkritik, mengapa perusahaan mainan justru menyewa tenaga professional orang-orang dewasa yang tidak mengerti untuk apa sebuah mainan diciptakan? Permainan membosankan! Mahal, pula.

Ketika Tom Hanks kecil -dengan bantuan sebuah mesin impian- berubah menjadi dewasa, kelucuan muncul. Tom Hanks dewasa, dengan “children inside” di dalam dirinya, bisa membawa perusahaan mainan tersebut lebih dinamis. Dengan mainan-mainan edukatif yang menyenangkan, bukan hanya mainan mahal yang hanya bertujuan gengsi semata.

Ya.

Bagi sebagian profesi, tetap menjadi anak-anak adalah kunci.

Anak-anak adalah sumber kreativitas dan imajinasi tak terbatas. Mereka tidak takut dicela, tidak takut gagal, tidak takut berbeda. Orang dewasalah yang mengharuskan mereka mengambil patron tertentu.

Tetaplah menjadi anak-anak. Quote itu saya masukkan ke dalam Half of Lemon. Ada banyak anak muda yang resah dengan dirinya :  mengapa aku berbeda dengan yang lain? Mengapa aku masih suka nonton Upin Ipin, suka boneka, suka mainan robot, suka gambar-gambar? Mengapa aku tidak bisa menyukai apa yang disukai orang dewasa? Tidak ingin jadi ASN, tidak ingin masuk fakultas mainstream, tidak sesuai dengan keinginan orangtua?

Sesungguhnya, kedewasaan bukan ditetapkan oleh sekedar kesukaan. Tanggung jawab dan kemandirian, itu lebih menjadi karakter utama. Jadi, kalau ada anak kita yang menekuni dunia anak-anak : guru PAUD, buku cerita anak, komik, animasi, penulis dan dunia kreatif lain; kemungkinan dalam keseharian mereka masih tampak kekanakan dengan ide dan perilaku. Tapi bukan berarti mereka tidak menjadi dewasa dalam pengertian yang sesungguhnya!

Ada kemiripan antara saya dan Isayama-sensei. Mungkin juga kesamaan dengan para penulis dan pekerja kreatif lainnya. Kami, masih punya sisi anak-anak sampai sekarang 😊

Kategori
15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak BUKU & NOVEL Buku Sinta Yudisia Karyaku Nonfiksi Sinta Yudisia PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager

Mengapa Menulis 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak?

Sebuah kasus :

Seorang anak yang memiliki orangtua hebat, baik ayah ibunya. Kedua ayah ibunya berkedudukan tinggi di bidang kesehatan, sehingga memiliki gambaran anak-anaknya memiliki bakat minat yang sama. Ternyata setelah di tes minat, anaknya memiliki kecenderungan besar ke sosial. Padahal anaknya sangat cerdas. Orangtuanya menyangka, bahwa kecerdasan itu akan sia-sia kalau berkiprah di dunia sosial.

Benarkah?

Apakah seorang penyanyi dan artis, tidak boleh pintar?

Apakah seorang motivator, poltiikus, pengacara, MC tidak boleh pintar?

Apakah seorang pelukis, penari, pemusik tidak boleh pintar?

Apakah seorang penerjemah bahasa, penulis buku, editor, tidak boleh pintar?

Apakah pekerja sosial yang berkerja di panti atau lembaga nirlaba, tidak boleh pintar?

Selama ini kita hanya beranggapan, mereka yang berkiprah di dunia sains sajalah yang boleh memiliki IQ di atas rata-rata. Padahal tidak demikian. Seseorang yang berkiprah di dunia yang sesuai dengan mina tbakatnya, akan  all out di sana.

Saat jatuh, ia akan bangun lagi ia karena menyukai bidang yang digeluti.

Anak yang suka membuat gambar, komik, melukis; akan senang dengan dunia visual.

Anak yang suka sains akan senang biologi, kimia, fisika.

Mengamati perseteruan orangtua VS anak, maka saya ingin sekali membuat sebuah buku yang semoga menjadi panduan bagi banyak orangtua :

  1. Bila antara orangtua dan anak terdapat perbedaan pendapat tentang jurusan, minat, bakat, kesukaan dan akhirnya; pilihan sekolah
  2. Semoga orangtua memahami pola kepribadian anak agar tak salah dalam meentapkan harapan kepada Ananda
  3. Ananda bisa didorong untuk merain prestasi setinggi-tingginya di bidang tertentu, bila sudah ditemukan bakat minatnya.

Dari pengamatan saya  baik ketika menghadapi klien, membaca buku atau menelaah kasus; saya merumuskan ada 15 cara mengetahui dan memupuk bakat seseorang. Ini juga bisa digunakan untuk mencari bakat diri sendiri, bila belum ketemu 😊

Saya bedah sedikit.

  1. Motivasi
  2. Guru atau otodidak?

Motivasi

Anak-anak, walau sudah ketemu bakat minatnya, tetap saja butuh motivasi. Meski mereka senang menggeluti dunianya, kadang naik turun semangatnya. Apalagi bila bakat dan minatnya tak sejalan.

Orangtua harus selalu memompa motivasi anak-anak dengan segala cara :

  • Membacakan cerita
  • Mengulang kisah masa lalu orangtua yang penuh perjuangan
  • Membahas tokoh terkenal yang berhasil
  • Menggali impian dan harapan anak-anak
  • Mengingatkan anak-anak akan target hidup mereka

Dsb

Guru atau Otodidak?

Ada orangtua yang bisa menjadi guru yang baik bagi anaknya. Khabib Nurmagomedov misalnya, petarung UFC yang hingga saat ini belum terkalahkan, dilatih langsung oleh ayahnya, Abdulmanap Nurmagomedov.

Ada orangtua yang tidak mampu menjadi guru yang baik, maka ia mencari orang yang tepat untuk anaknya. Ibu Helen Keller tahu kalau anaknya punya potensi sekalipun tulis, buta, bisu. Tapi sang ibu tak mampu mengajarinya maka ia mencari guru hingga dapatlah Anna Sullivan.

Antonio Paganini tahu kualitas anaknya, Niccolo Paganini yang sejak kecil sudah memperlihatkan kepiawaian  bermain biola. Sebagia pedagang miskin, Antonio tak lelak emncari guru yang sesuai untuk anaknya. Selama di Genoa, Antonio mencari guru lokal seperti Giovanni Servetto dan Giacomo Costa.

Ketika Niccolo semakin butuh guru, Antonio menjual semua barangnya dan berlayar ke Parma, mencari guru demi anaknya. Perjalanannya mengantarkan Niccolo pada Alessandro Rolla. Lalu belajar pada guru Rolla, Fernando Paer.  Lalu meningkat lagi belajar dari guru Paer : Gasparo Ghirreti.

Luarbiasa bukan, perjuangan sang Ayah?

Tapi guru dan murid tak selalu cocok.

Einstein sering cekcok dengan gurunya, termasuk ketika kuliah di Politeknik Zurich. Einstein akhirnya lebih banyak belajar mandiri dan dibantu teman-temannya.

Tidak selamanya murid bisa menemukan guru yang cocok. Ketika guru tak cocok dengan murid, saatnya orangtua mengambil alih. Atau saatnya anak mencoba metodenya sendiri.

Demikianlah sedikit pengantar dari buku  15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak

Semoga bermanfaat!

Semoga para orangtua juga tetap semangat belajar untuk menemukan bakat minatnya sendiri, dan bakat minat seluruh anggota keluarganya.

Alhamdulillah, buku 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ini termasuk buku yang laris dan diminati pembaca, khususnya orangtua.

Bagi yang ingin membeli buku ini, bisa mengontak 0878-5521-6487 😊

Kategori
Cinta & Love Hikmah mother's corner My family Oase Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager Renungan Hidup dan Kematian Suami Istri WRITING. SHARING.

#HikmahCorona 3️⃣: Menelusuri Memori Anak-anak👶👧👧👶

Waktu di rumah saja, membuatku sempat untuk menata barang-barang yang selama ini hanya ditumpuk begitu saja di dalam kardus. Aku menemukan baju anak-anak ketika mereka masih begitu kecil : rok ukuran sekitar 30 cm, saat putriku baru bisa merangkak. Kaos bergambar Power Ranger, Ben Ten, Naruto, dll. Ada baju TK, baju SD, baju SMP. Kaos dan celana mungil yang membuatku terpana dan tertawa, betapa cepatnya waktu berlalu. Anak-anakku yang sekarang sudah jauh lebih besar tubuhnya dariku dulu pernah begitu kecil dan rapuh. Terbayang saat mereka menggelendot di kaki dan menangis saat butuh dukungan.

Kuperlihatkan sebuah baju seragam, dengan tulisan nama anakku di dada.
“Nak, ini kamu waktu SD dulu. Memori apa yang masih membekas?”

Aku bahagia membongkar kenangan masa lalu anak-anakku. Aku gembira, bercampur aduk rasa haru dan sukacita. Tapi tidak demikian dengan anakku. Wajahnya sendu.
“Terus terang, aku nggak punya kenangan manis,” ungkapnya.
Terkejut. Itu reaksiku. Sebab kupilihkan sekolah terbaik bagi anak-anakku.

“Tapi…guru-gurumu begitu baik. Apa kamu nggak bisa menyebutkan salah satu guru yang membuatmu terkesan?”
“Kalau itu ada,” ia mengaku. Ia sebutkan nama beberapa guru yang kutahu, memang demikian telaten menghadapi murid-murid, terutama anakku.

“Teman-temanmu?” aku memancing.
Ia menggeleng dan kembali mengulang ucapannya bahwa tak ada teman yang mengesankan. Ya, mungkin sudah pernah kubahas bahwa beberapa anakku pernah mengalami kasus bullying sementara aku sebagai orangtua terlambat mengetahui. Namun, setelah tahun-tahun berlalu, apakah luka itu masih menganga? Ternyata memang masih meninggalkan bekas. Utamanya saat ada barang atau kejadian yang mengingatkan pada kasus masa lampau. Misal saat aku beberes seperti ini.

Aku meletakkan pekerjaanku.
Berusaha untuk menyelami jiwa anakku yang sekarang tenggelam dalam ingatan masa kecilnya , yang menurutnya pahit untuk dikenang.
“Nak, kamu masih dendam pada temanmu?”
“Aku sudah pernah membalas dendam pada temanku,” ia mengaku.
Aku menahan nafas. Membayangkan ia mengamuk dan memukul temannya.

“Tapi ternyata membalas dendam tidak menyelesaikan masalah,” ia menyimpulkan.
“Jadi kamu masih dendam?”
“Kan aku sudah bilang, balas dendam gak membuatku puas,” ia terlihat jengkel.
“Terus gimana kamu memaafkan temanmu?”
“Aku berusaha melupakannya. Aku nggak mau mengingat-ingat lagi.”

💔💔Aku dan anakku berusaha untuk menjembatani masa lalu itu meski ada luka, perih, kemarahan, kekecewaan, kebencian. Ada perkataannya yang mengejutkan ketika aku melemparkan pertanyaan.
“Bagian mana dari masa kecilmu yang paling menyedihkan?”
Aku berpikir dia akan mengungkapkan kasus pembully-an, atau mungkin ketika guru-gurunya tidak menyadari telah terjadi kasus perundungan. Maklum, anakku ini termasuk berinteligensi tinggi dan memiliki nilai jauh di atas rata-rata terutama untuk mata pelajaran sulit.

“Dulu, aku sekolah sampai sore. Aku nggak punya waktu banyak dengan Abah Ummi.”
Kadang, kita merasa ketika anak sekolah sampai sore, sebagian besar kewajiban orangtua telah terpenuhi. Apalagi di rumah, orangtua akan kembali mengingatkan apa saja tugas di rumah seperti mata pelajaran yang harus diulang serta pelajaran untuk esok hari. Orangtua lupa, semakin sedikit waktu untuk bermain bersama anak-anak.
“Nak, kamu kan pinter. Kamu sering dibanggakan guru. Kamu sering ikut olimpiade. Apakah ini nggak meninggalkan kenangan manis bagimu?”

Dia terdiam.
💯🅰️“Ummi, nilai akademis itu tidak bisa dibandingkan dengan interaksi antar manusia,” sahutnya bijak.
Meski juara, meski dapat nilai 100, meski paling menonjol; namun jika tidak ada interaksi manis dengan orangtua, guru, antar teman – semua itu tidak akan menjadi jejak mengesankan dalam ingatan. Demikianlah kira-kira.

✍️Aku belajar banyak dari anakku hari itu.
Selalu saja, aku belajar banyak dari mereka.
Kadang, sebagai orangtua merasa kalau anak cerdas dan pintar pasti mampu mengatasi setiap permasalahan. Bahkan ketika dibully pun akan bisa mengatasi masalah, karena dengan kecerdasan ada self esteem yang tetap kuat dimiliki. Ada self respect lantaran berprestasi. Meski dikucilkan masih bisa bilang: “ah, aku kan punya kelebihan kepintaran dibanding teman-temanku.”

Nyatanya tidak demikian.
Beberapa hal yang kusimpulkan :
♥ Saat anak jarang di rumah karena sekolah sepanjang hari, kita berarti kehilangan masa-masa manis bersama mereka. Dan entah bagiamana caranya, waktu emas itu harus ditebus. Lockdown seperti ini salah satunya
♥ Jangan anggap anak pintar mampu mengatasi semua. Seringkali, anak pintar mengalami kesulitan bersosialisasi dan kita harus mendampingi mereka agar mendapatkan teman yang sesuai

Semoga kamu semakin dewasa dan bijak dengan segala bekal perjalanan kehidupan yang serba pahit manis ya, Nak ♥

#GoodwillMovement
#lawancoronavirus
#lawancovid19
#family #keluarga
#parenting #orangtua
#dirumahsaja

Kategori
15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ACARA SINTA YUDISIA Catatan Perjalanan Quran kami Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Pesantren Fahim Quran : Hafal 30 Juz sekaligus ahli IT (Programming & DKV) !

Ini salah satu institusi, pesantren, lembaga atau apalah namanya yang menjadi impian saya sejak lama. Gimana caranya anak-anak bisa menghafal Quran sekaligus mempelajari bidang yang memang merupakan bakat minat mereka.

Menghafalkan Quran butuh stamina lahir batin. Konsentrasi tingkat tinggi, motivasi kuat, juga disiplin yang terus menerus. Pantauan dari para guru juga penting, mengingat anak-anak pra remaja dan remaja ini tentu jatuh bangun semangatnya. Biasanya, pesantren mengajarkan ilmu-ilmu agama terkait Quran, hadits, fiqih, bahasa Arab dan Inggris. Di Fahim Quran, bukan hanya cukup hafal 30 juz. Bahkan, salah satu nasehat ustadz Purwanto dalam acara setor hafalan Quran di senja itu, benar-benar menampar kita.

“Bagaimana kalian harus hafal, hidup, beraktivitas, hingga mati dengan seluruh nilai-nilai Quran.”

Beliau mendorong bahwa setiap santri yang menjadi penghafal Quran, harusnya punya semangat dan ambisi lebih. Jangan setelah hafal 30 juz, justru tidak mau berprestasi apa-apa. Tidak mau melakukan aktivitas apa-apa. Padahal alim ulama dan ilmuwan Islam di masa lampau, mereka penghafal Quran dan terus bekerja di bidangnya masing-masing. Kadang, seorang penghafal Quran merasa cukup sudah hafal 30 juz. Merasa sudah sampai di puncak ibadah dan dapat memberikan hadiah mahkota permata kepada orangtua kelak di hari akhir. Harusnya, penghafal Quran menjadi panglima ilmu pengetahuan dan motor dari penggerak peradaban!

Kenapa IT?

IT- information technology  atau teknologi informasi ( TI) adalah teknologi dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengirimkan, mencetak atau mengolah apapun terkait informasi. Saat ini, Indonesia sangat membutuhkan ahli-ahli IT sehingga tidak tertinggal dari bangsa lain. Ahli ini selain memiliki kemampuan tinggi, tentu harus memiliki ketahanan mental yang tangguh. Istilah Habibie, berotak Jerman berhati Makkah.

IT di Fahim Quran meliputi dua hal : Programming dan DKV (desain komunikasi visual).

Apa sih DKV itu?

Program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) mempelajari ilmu tentang penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan elemen-elemen visual atau rupa. Disini siswa akan belajar untuk mengolah pesan secara informatif, komunikatif, dan efektif, serta se-kreatif mungkin agar pesan dapat mencapai sasaran dengan memperhatikan unsur bentuk, warna, tekstur, ruang, huruf, dan segala hal yang berkaitan dengan visual (penglihatan). Misalnya membuat poster, logo, ilustrasi, desain web, foto, video, animasi, dan sebagainya.

Terus terang, anak-anak muda sekarang banyak banget memiliki kecenderungan di aesthetic. Ini hasil tes minta yang pernah saya lakukan pada  mereka, lho! Dulu, seni seringkali hanya dikaitkan dengan seni musik, seni tari, seni patung, seni lukis. Sekarang, aesthetic memiliki makna luas termasuk DKV. Sebuah pesan dari A (sender) akan diterima B (receiver) bila pesannya diterima dengan baik. Baik itu mencakup berbagai macam : baik caranya, bernas kontennya, menarik tampilannya, bisa dipahami maknanya. Pesan-pesan sekarang sangat butuh orang-orang DKV. Lihat aja iklan keselamatan di jalan raya yang digagas kepolisian. Tidak lagi sekedar “Hati-hati di Jalan” tetapi…. “Jatuh cinta itu enak. Kalau jatuh di jalan? Benjol!”

Pesan ini akan jauh lebih sampai ke anak muda (tahu sendiri kan, yang naik motor seenak udel kebanyakan anak muda!).

Fahim Quran juga mempersiapkan anak-anak untuk menjadi programmer. Kalau yang masih bingung, programming itu belajar apaan sih? Programming adalah menganalisis, menyusun, mengedit, menguji kumpulan bahasa pemrograman untuk kemudian menghasilkan sebuah program yang bisa menjalankan suatu tugas tertentu secara otomatis. Untuk lebih mudahnya programmer adalah orang yang membuat program itu sendiri dengan menggunakan kombinasi berbagai programming language. Umumnya, programmer sendiri terbagi menjadi 4 jenis yaitu funcional, operational, graphical dan web-based.

Kalau mau kuliah yang ada bahasa-bahasa programming nya, salah satunya kuliah di teknik informatika ITS. Hehehe, ini bukan promosi ya. Gegara penulis tinggal di Surabaya, tetanggaan sama ITS.

Nah, kalau yang masih bingung (khususnya orangtua) tentang apa itu programmer atau programming, mungkin bisa nonton beberapa film berikut. Film-film ini ada yang tentang kehidupan programmer, ada yang tetnang programming itu sendiri. Kalau nggak ada programmer, rasanya film-film gak akan sebagus ini.

Di Fahim Quran, para santri diajarkan untuk membuat bahasa programming. Sekarang, mereka sudah punya beberapa produk yang bisa diunduh di playstore, lho! Menurut ustadz Purwanto dan ustadzah Yaumi, keduanya pendiri & pengasuh Yayasan Fahim Quran, memadukan tahfidzul Quran dan ilmu IT merupakan tantangan tersendiri. Di satu sisi, menghafal Quran butuh ketekunan dan konsentrasi tinggi, tak bisa diganggu oleh aktivitas lain. Sementara, IT dengan jurusan programming dan DKV butuh konsentrasi yang berbeda. Tetapi, akan sangat disayangkan bila bibit penghafal Quran yang memiliki raw materials sangat bagus tidak dikembangkan sisi intelektual dan talentanya. Sebab, banyak anak muda sekarang yang mahir berkecimpung di dunia IT. Pegnhafal Quran rata-rata memiliki kemampuan memory yang kuat, cocok sekali dengan bahasa pemrograman yang butuh logika tingkat tinggi.

“Apalagi, sebagian besar programmer biasanya gamer juga,” jelas ustadz Purwanto.

Gaming disorder sangat dicemaskan para guru dan orangtua saat ini.

Insyaallah, di Fahim Quran para santri diselaraskan agar tetap dapat megnhafal Quran sekaligus memiliki tanggung jawab megnembangkan bakat minat serta talenta terpendamnya di bidang IT.

2 Jenis Santri di Fahim Quran

Yayasan Fahim Quran memiliki kelas putri, dinamakan santri Fahim Quran. Kelas putra dinamakan QBS, Quadran Boarding School. Keduanya terletak di Bogor, Jawa Barat.

Fahim Quran sebetulnya merupakan singkatan dari Fast-Active-Happy-Integrating in Memorizing Quran. Tahun ini adalah tahun ke-4 Fahim Quran berdiri. Meski baru 4 tahun berdiri, jumlah santri putri mencapai 98 siswi sementara santri putra mencapai 117 siswa. Karena banyaknya permintaan, Fahim Quran terpaksa harus menolak pendaftar, hiks…hiks.

Untuk menghafal Quran, Fahim Quran tak main-main. Mereka punya program sendiri yang pantas dicontoh. Ustadz Purwanto, sang pendiri, menyusun 9 cara metode menghafal Quran. Artinya, metode menghafal Quran ada banyak cara dan pendekatan sehingga orang-orang dengan tipe kepribadian/tipe pembelajar tertentu dapat menghafal Quran sesuai kondisi dirinya. Kebayang kan, ada anak-anak yang putus asa menghafal Quran gegara gak bisa-bisa nambah ayat L. Ternyata, dengan metode pendekatan yang berbeda-beda ini, anak-anak akan dapat menghafal Quran lebih mudah.

Jadi ingat ayat ini,

“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah ( QS 21 : 2)”

Kalau sudah hafal 30 juz, siswa akan diberangkatkan ke Mesir untuk tasmi kepada syaikh al Azhar. Di sana kurang lebih 3 bulan dan mendapatkan sertifikasi langsung dari pakarnya. Masyaallah…

Berikut ini beberapa hasil karya siswa siswi Fahim Quran (ingat ya, yayasan Fahim Quran menaungi santri putri yang namanya persis seperti nama yayasannya Fahim Quran – FQ. Dan santri putra Quadran Boarding School – QBS).

Yang suka programming, menghasilkan buah karya aplikasi-aplikasi bermanfaat untuk menunjang berbagai kegiatan baik yang bisa diterapkan oleh seiswa, orangtua, juga guru. Yang DKV suka sekali menyalurkan ide-ide mereka ke bentuk tulisan, gambar, desain grafis atau apapun yang berbentuk komunikasi visual. Termasuk membuat tulisan-tulisan. Biasanya memang, seorang komikus senang membuat storyboard sendiri. Begitupun sebaliknya, seorang penulis suka merancang ilustrasinya sendiri meski ia tak mahir melukis. Jadi ingat seorang komikus webtoon – Lookism– yang nama dan hasil karyanya saya tuliskan dalam buku 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak.

Ohya, ada kejadian mengesankan yang ditemui penulis di acara Mukhoyyam Quran, 20 Januari 2020 ini. Ternyata ada seorang ustadzah di sana yang telah lama saya kenal via medsos. Kami berkontak dan berteman via twitter, instagram dan wordpress. Masyaallah, terharu dan bahagiaaa banget akhirnya bisa dipertemukan Allah Swt. Namanya Alfi Najma Zahra. Ia suka sekali membaca serial Takudar. Jadi merasa sangat  berhutang pada para pembaca untuk menuntaskan serial pemimpin muslim dari Mongolia ini.

Bagi para orangtua dan calon siswa yang tertarik untuk menempuh pendidikan di Yayasan Fahim Quran, bisa klik www.sekolahimpian.com .

Semoga kamu temukan dunia impianmu, ya!

Kategori
15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak Buku Sinta Yudisia Hikmah Karyaku Kepenulisan Menerbitkan buku Nonfiksi Sinta Yudisia Oase WRITING. SHARING.

Apa Bakatmu?

Lama sekali, aku ingin menuliskan buku terkait bakat dan minat anak. Semua bersumber ketika aku sendiri terlambat memahami tentang potensi diriku.

Sejak kecil aku suka berkhayal : menjadi ratu, pasukan paskibraka, penyanyi, wonder woman dan banyak lagi. Sama sekali tak terpikir bahwa kemampuan mengkhayal itu perwujudan dari kreatifitas membuat cerita baru berdasarkan informasi yang sudah ada. Meski sudah suka menulis diary sejak SD, nyatanya aku malah masuk kelas Fisika ketika SMA. Saat itu, kelas di SMA dibagi A1 (Fisika), A2 (Biologi) dan A3 (Sosial). Dulu masih ada kelas A4 (bahasa) tapi jarang juga tersedia. Karena saat itu multiple intelligence belum dikenal, orangtua dan lingkungan mendorongku masuk kelas Fisika. Kata mereka, aku pintar.

Anehnya, aku masuk kelas Fisika tetapi kuliah di Ekonomi Akuntansi. Bayangkan! Sangat jauh panggang dari api hehehe.

Semakin hari aku malah nggak mengerti dengan keinginan dan cita-citaku. Kenapa makin lama nggak suka dengan sains? Gak suka ekonomi? Ketika usiaku menjelang 30 tahun aku coba-coba buat cerpen dan berhasil! Aku ikut beberapa lomba tingkat nasional dan Alhamdulillah, menang. Ketika itulah aku baru mulai sadar : “Oh, aku punya bakat nulis, ya?”

Tidak pernah terpikir menulis menjadi sumber pemasukan.

Setelah 10 tahun menulis aku semakin yakin bahwa menulis adalah duniaku. Apalagi ketika tes minat RMIB, kecenderunganku ke arah aesthetic dan literasi. Klop dah.Terus terang aku terlambat mengetahui minat dan bakatku. Andai sejak kecil aku sudah tahu bahwa bakat minatmu menjadi seorang seniman, aku mungkin akan kuliah di ISI atau masuk fakultas sastra.

Anak-anak : Mereka harus berkembang lebih baik

Sekarang, aku tak ingin kejadian yang sama terulang.

Jujur, awalnya aku masih terperangkap dalam paradigma lama : anak-anakku harus masuk sekolah yang jurusannya sains. Nanti mereka bisa enak memilih. Toh nggak papa kuliah ekonomi bila berasal dari kelas MIA, bukan?

Tetapi, anak-anak ternyata menderita ketika mereka dipaksa masuk kelas sains padahal dalam diri mereka mengalir jiwa altruist, jiwa seniman, jiwa kebebasan. Perlahan, aku mulai belajar dari sana sini. Kebetulan aku kuliah psikologi saat sudah menjadi ibu, jadi aku mulai dapat membaca walau masih kabur, tentang potensi anak-anakku.

Aku melalap berbagai jurnal.

Artikel.

Majalah.

Buku Indonesia dan Inggris.

Karya antologi putri-putri kami. Kiri : ada karya Arina. Kanan : ada karya Nisrina

Pada akhirnya, aku menyelesaikan membuat buku 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ini, sebuah buku yang sudah kuimpikan lama sebagai bentuk curahan perasaan dan pikiranku tentang bagaimana menemukan bakat terpendam anak-anak. Alhamdulillah, putri-putriku suka menulis. Tetapi bakat saja tanpa motivasi besar seperti mobil mewah tanpa bensin!

gundam and my family.JPG
Salah satu putra kami memiliki kesukaan merakit gundam

Kupikir semua anakku berdarah seni. Tetapi ada satu orang anakku yang baru kuketahui usia onsetnya, mahir merakit sesuatu saat SMP. Ia suka menabung dan membeli Gundam/ Gunpla.

Semoga buku ini bermanfaat bagi para orangtua di luar sana yang cemas, ingin tahu, kesal, marah; karena tak kunjung menemukan potensi anak-anak mereka yang sebetulnya memiliki innate talent atau hidden talent rrruaaarrrbiasa!

PO 15 Rahasia.jpg
Kategori
Oase Pernikahan Psikologi Islam PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager Suami Istri WRITING. SHARING.

Pernikahan Seharga Kaos Kaki

 

Pernah beli baju lebaran?

Ada yang beli sebelum Ramadhan tiba, takut bila agenda memilih-milih baju menggangu aktivitas puasa dan tarawih kita. Ada yang membelinya menunggu THR, karena beli baju lebaran butuh budget tinggi. Ada yang sengaja beli baju lebaran di mall terkemuka atau butik ternama, sebab lebaran termasuk momen tahunan yang istimewa.

emak pakai daster di hut ri 73.jpg
Emak berdaster

Baju daster?

Daster dapur, cukuplah harga 30ribu. Motifnya jelek, jahitannya gampang lepas, gakpapa. Yang penting enak, nyaman dipakai pas ulek-ulek bumbu. Umumnya, daster ini kalau robek, dibiarkan  begitu saja. Nanti kalau mirip keset dengan robekan-robekan serupa jendela, tinggal beli yang baru.

Kaos kaki?

Harganya murah, 10 ribuan. Beli tanpa mikir, nyuci kalau sempat. Kadang pas lewat alun-alun hari Minggu, nggak sengaja lihat dan kasihan pembelinya, belilah sepasang. Hilang satu, tinggal beli lagi. Hilang sebelah, sudah ikhlaskan. Ujung jempolnya sobek sedikit, mending buang aja. Repot amat jahit-jahit kaos kaki. Kalau masih layak, naik tahta jadi pegangan panci panas.

 

Harga waktu dan uang

Ada kata kunci dari pakaian yang kita beli : waktu dan harga.

Semakin penting sebuah acara, semakin tinggi uang yang disisihkan. Semakin banyak pula waktu yang dialokasikan untuk memikir, mendesain, memutuskan, membatalkan, mengkaji ulang. Tidak akan sama mendesain baju wisuda yang spektakuler dengan baju arisan yang setiap bulan ada. Tidak akan sama harga dan waktu membeli rumah dengan membeli sapu. Butuh waktu belasan bahkan puluhan tahun untuk mengumpulkan uang, memikirkan, memutuskan membeli rumah. Tapi sekedar sapu, bisalah sewaktu-waktu.

 

Berapa Harga Pernikahan Kita?

Seorang klien saya memikirkan rencana pernikahannya sejak kecil. Ia tidak ingin pernikahannya seperti orangtuanya. Ia tidak ingin punya anak seperti kakak-kakaknya yang naudzubillah. Beranjak SMA, ia sudah menetapkan calon suami macam apa yang diharapkannya. Impiannya hadir dalam harapan dan langkah tahap demi tahap. Sejak kuliah S1 dan S2 rajin ikut kajian pernikahan dan parenting, yang pastilah mahal untuk kantung mahasiswa. Waktu sebagai mahasiswa yang tugasnya ampun-ampunan, ia sisihkan untuk mengikuti berbagai seminar. Uangnya yang pas-pasan, juga dialokasikan untuk menambah ilmu. Hasilnya, Alhamdulillah, ia mendapatkan suami yang sangat diharapkannya.

Ada seorang klien, yang justru ikut seminar-seminar menikah setelah ia menikah.

Di kepalanya ada rasa menghantui, kenapa ia pacaran sekian lama. Pada saat menikah terbukti , karakter pacarnya berbeda sekali dengan yang dulu. Tetapi ia menyadari satu hal, pacaran dan pernikahan ternyata bukan garis paralel. Malah seperti sumbu X dan Y yang beda banget arahnya. Ketika ia menyadari kurang ilmu dan merasakan dosa, ia banyak mengalokasikan waktu untuk belajar, belajar. Dengan statusnya sebagai istri dan ibu, ia masih mau menyeret-nyeret anaknya ikut seminar ini itu.

Tetapi ada pula orang-orang yang unik.

Anak-anaknya sudah bermasalah. Istrinya sudah kehabisan nafas. Ia masih saja tak pernah meluangkan waktu memikirkan pernikahan : ini enaknya ditangani bagaimana ya? Yang ada di pikirannya karir, karir, karir. Oke. Karir dan uang perlu. Kalau karir seharga baju lebaran, apa pernikahan harus seharga kaos kaki? Nggak juga. Kalau ingin karir dan pernikahan sama-sama seharga baju lebaran, luangkan waktu dan harga.

Kita akan sibuk mendeteksi raut muka atasan dan rekan kerja : wah, si bos kayaknya lagi nggak mood. Enaknya beliau diapain ya? Pasti seorang bawahan akan berjuang dua kali lipat performanya lebih baik hari itu agar mood bosnya segera baik. Tapi sering , kita gagal menangkap raut muka istri dan suami yang lagi keruh. Malah, kalau pasangan lagi keruh, rasanya pingin cepat-cepat cabut dari sisinya. Malas amat! Padahal, kalau bisa dijual, kira-kira berapa sih harga bos, rekan kerja, pasangan kita? Jawab sendiri.

Kaos_Kaki_Formal_Pria_Isi_3_Pasang___Kaos_Kaki_Kantoran___Ka.jpgAda yang memperlakukan bos seharga emas, memperlakukan teman-teman kerja seharga perak, tetapi harga pasangannya cuma seperti plastik disposable.

Pernahkah, kita berhari-hari mencemaskan pasangan kita?

Kok suami/istri sepertinya lagi banyak pikiran? Apa yang ada di benaknya? Apa yang sedang merisaukannya? Apa yang bisa kulakukan supaya dia baik kembali dan bagaimana caraku membuatnya senang?

 

Mengapa  Pernikahan Mahal?

Sebetulnya, nyaris semua orang menganggap pernikahan sesuatu yang ‘mahal’. Banyak orang bisa gonta ganti pacar tapi lamaaa sekali memikirkan dengan siapa ia akan menikah. Masih banyak orang beranggapan, kalau bisa menikah sekali saja seumur hidup. Kita ingin tua bersama, meninggal bersama, dan kelak di surgaNya pun bersama-sama.

Tetapi kita seringkali memperlakukan barang mahal dengan rasa sangat murah. Seperti kaos kaki. Nggak mikir, rusak tinggal buang, hilang ya sudahlah.

Seperti petunjuk di awal : waktu dan harga.

Tak pernah sama sekali mengalokasikan waktu untuk pasangan dan anak. Tapi berharap pasangan setia, pasangan mengerti, anak-anak shalih shalihah, anak-anak baik-baik saja. Berat amat mengalokasikan waktu, pikiran, uang untuk keluarga;  tetapi semua harus berjalan sesuai mestinya! Ibarat orang nggak mau invest apa-apa, tapi maunya dapat deviden dan  bunga.

Selayaknya kita berpikir : kapan ya bisa jalan berdua dengan suami/istri? Mana ya restoran yang nyaman untuk bicara? Bukannya istri nggak mau masak. Tapi situasi café atau resto yang dilayani, membuat istri fokus memandang wajah suami. Kalau memasak di rumah, ia akan sibuk memasak dan beberes. 1 jam duduk berhadap-hadapan di restoran; suami istri bisa menikmati ngobrol berdua. Abaikan harga makanan minuman yang mencapai seratus ribu. Abaikan pikiran ; aduh, mahalnya. Waktu berdua itu terlalu mahal untuk ditukar dengan uang seratus ribu.

Kapan ya jalan-jalan sama anak-anak?

Memang repot. Apalagi kalau punya anak mulai besar. Yang satu suka bioskop, yang satu suka ngemall, yang satu suka makan. Bagaimana orangtua harus mencari celah waktu supaya semua bisa berkumpul. Ribet, makan waktu, makan tenaga, bahkan mungkin makan biaya. Ketika anak-anak butuh perhatian di akhir pekan : aduh, capeknya nemani ke bioskop. Antri beli tiket, antri parkir mobil, macet di jalan raya. Lebih enak tidur di rumah (sembari pegang gadget tentunya!). Padahal saat ke bioskop kita bisa merengkuh pundaknya, menggandeng lengannya, mengacak rambut mereka. Nggak harus bioskop sih, bisa toko buku atau ke factory outlet.

Harga pasangan sangat mahal.

Harga anak-anak sangat sangat mahal.

Mereka investasi berharga di masa depan, ketika kita tua renta, ketika kita sudah meninggal di alam kubur. Coba tanyakan pada para pengusaha sukses : jenis usaha apa yang nggak butuh investasi uang dan waktu? Pasti kita ditertawakan. Kalaupun ada usaha yang modalnya 0, waktu adalah investasinya yang berharga.

Jangan pernah mengeluhkan pernikahan yang terasa gagal, sempit, menyesakkan kalau kita memperlakukannya seharga kaos kaki. Pikirkan keluarga. Pikirkan posisi kita ada di mana. Pikirkan pasangan suami/istri kita dengan sungguh-sungguh. Berjam-jam, berhari, berbulan; seperti kalau mau beli baju lebaran. Lalu alokasikan harga. Ya, mungkin memang harus menguras uang. Mungkin, harus mau keluar biaya untuk jalan berdua dengan si sulung yang mulai intens pacarannya. Mungkin, harus mau keluar biaya untuk ngobrol dengan si bungsu berdua yang nilanya mata pelajarannya semua jeblok.

married-couples-romantic-date-ideas.jpg
Romantic married couples

Oh, pernikahan belum masuk taraf membahayakan. Tapi ingin pembaruan kan?

Kok rasanya sudah agak hambar, ya. Ketemu di ranjang biasa aja. Lihat mukanya tidak ada desir di dada. Pesan pendek darinya di gadget juga bukan prioritas. Anak-anak kok mulai nggak ekspresif kalau ketemu orangtua. Lebih suka pakai headset kalau di rumah. Lebih milih hang out sama teman ketimbang orangtua. Ah, banyak tanda-tanda kecil yang mulai butuh reparasi.

Kategori
mother's corner My family Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY WRITING. SHARING.

Anak Kreatif = Anak Pintar? Tunggu Dulu

 

 

Pernah dengar anak cerdas?

Pastilah pernah.

Anak ini biasanya identik dengan sejumlah kemampuan, utamanya kemampuan akademis dan lebih spesifik lagi kemampuan logis matematis.  Biasanya, orangtua senang sekali punya anak seperti ini. Diajari apa-apa gampang. Diajari pelajaran sekolah langsung paham. Entah apa sejarah yang membentuk pola pemikiran orangtua, sehingga bahasa simbolik seperti matematika lebih dianggap berkelas daripada bahasa simbolik huruf lainnya.

Ingat, matematika itu sebetulnya seni berbahasa. Hanya saja pakai simbol angka.

Sementara bahasa yang menggunakan kata, frase, kalimat hingga menyusun sebuah pola itu juga bentuk bahasa dalam sisi lain. Makanya jangan remehkan ahli hukum yang mampu memutar balikkan fakta atau mampu menemukan celah bahasa secara jeli. Jangan pula remehkan para seniman yang mengolah tubuh membentuk tarian, mengolah warna menjadi lukisan, mengolah kata menjadi novel. Itu juga sebuah keahlian rumit terkait ‘bahasa’.

Anak pintar atau anak cerdas, seringkali membuat orangtua bangga.

Sebab anak jenis ini senang sekali dengan pengakuan dan prestasi. Apakah ini buruk? Tidak juga. Anak-anak harus belajar berkompetisi agar ia tahu apa yang dinamakan perjuangan dalam hidup. Tempo hari, ketika di rumah kedatangan tamu dari China bernama Wendy dan Fan, saya menanyakan apa konsep pendidikan dari orangtua kepada anak.

Wendy, Fan, Sinta
Fan, Wendy, bersama Sinta dan PELITA

Wendy berujar bahwa orangtua biasanya mengatakan hal demikian kepada anaknya : kalau kamu nggak mau kerja keras, ada orang-orang di luar sana akan bekerja lebih keras dan meraih apa yang tidka bisa kamu capai.

Tentang kompetisi dan prestasi ini, baiklah, kita bahas di waktu lain apa pentingnya.

Tetapi, samakah anak cerdas-pintar dengan anak kreatif?

 

Ciri Anak Kreatif

Seringkali, orangtua angkat tangan ketika memiliki anak kreatif.

Rasanya males banget dah punya anak kreatif! Capeee.

Sebab anak kreatif berbeda dengan anak pintar dan cerdas lainnya. Boleh jadi, anak kreatif ini termasuk cerdas. Tapi tidak semua anak cerdas itu kreatif. Walau, jangan samaratakan anak kreatif dengan anak cerdas ya. Anak kreatif dengan IQ biasa-biasa saja ada. Sebab kreatifitas itu bisa diasah, ditumbuhkan, dibina dari lingkungan. Utamanya orangtua.

Anak Cerdas

  1. Mengingat jawaban
  2. Tertarik dengan ilmu
  3. Penuh perhatian pada tugas
  4. Kerja keras untuk berprestasi
  5. Merespon sesuatu dengan perhatian dan pendapat
  6. Belajar dengan mudah
  7. Butuh hingga 6-8 kali untuk menguasai sesuatu
  8. Memahami secara komprehensif

Anak kreatif

  1. Melihat perkecualian
  2. Terpukau dengan ilmu
  3. Mengantuk, mengabaikan tugas
  4. Bermain-main dengan ide dan konsep
  5. Berbagi opini yang aneh ajaib, bahkan penuh konflik
  6. Bertanya : bagaimana jika
  7. Pertanyaan : mengapa harus menguasai materi
  8. Kebanjiran ide, seringkali tidak dikembangkan

Pizza inayah.JPG
Pizza buatan anakku

Ada perbedaan mencolok antara anak pintar dan anak kreatif.

Anak pintar ingin menguasai segala. Ingin berprestasi. Tapi cenderung melahap apa saja yang diajarkan orang. Kalau di film India 3 Idiots, sosok cerdas diwakili Chatur Ramalingam sementara sosok kreatif adalah Rancho. Ibaratnya, anak cerdas diajari matematika, nyantol. Diajari fisika kimia, hayuk. Diajari biologi, bisa. Diajari geografi, sejarah, ekonomi ; oke.

Anak kreatif?

“Kok harus belajar ini?”

“Kalau aku mbolos emang kenapa?”

“Misal nih…misal aku nyontek dan nggak ketahuan, sebenarnya kenapa sih?”

“Aku mau jadi ilmuwan. Pengusaha. Pemimpin. Pencetak uang. Penari dan olahragawan. Komikus. Penulis. Fotografer.”

“Aku pingin jadi da’i dan ustadz. Tapi yang pintar main band sembari main music rock. Boleh gak?”

Gambar Ayyasy
Salah satu gambar anakku

Anak kreatif itu ajiiiiib bener.

Guru dan orangtua harus punya waktu untuk meladeni pertanyaan alien nya yang kadang-kadang buat gondok. Ia akan merespon why dibanding yes. Akan merepon what if dibanding okay.

Ciri khas dari anak kreatif adalah : mereka overflows with ideas alias kebanjiran ide namun sering tidak cukup waktu, tenaga (plus perhatian) untuk merealisasikan. Ini kekurangan anak kreatif yang harus diantisipasi sejak awal.

 

‘Meredam’ Anak Kreatif

Sekedar sharing.

Saya punya anak kreatif.

Ide-idenya busyet banget dah. Kreasinya keren habis. Anak kreatif model ini digandrungi teman-teman, kakak kelas, adik kelas. Dia favorit teman-temannya. Adik-adik kelas yang suka sama hasil karyanya, banyak deh. Namun, dia musuh guru-gurunya dan orangtua yang cerewet seperti saya. Hehehe…

Sebab, anak ini akan berpikir sesuai gaya berpikir dia.

“Kok aku nggak boleh bolos dari pelajaran itu? Aku bosan banget sama gurunya.”

“Kenapa aku harus mendengarkan pelajaran dari seorang guru yang gak pintar menerangkan?”

“Kenapa aku harus repot-repot belajar, sementara aku mau berkreasi?”

Anak macam ini, ketika telah mampu berpikir logis maka harus dibantu untuk membangun peta kognitif yang sehat agar pemahamannya tentang kehidupan sejalan dengan realitas.

‘Meredam’ kreatifitasnya bukan berarti mematikan daya kreasinya. Namun agar ia dapat lebih fokus mewujudkan apa yang diimpikan.

Anak kreatifku, ingin sekali menjadi pengusaha kelas kakap yang berpenghasilan ratusan juta dan mempekerjakan ribuan orang. Ketika kutanya mau jadi pengusaha apa, dia masih berpikir.

“Pengusaha hewan,” cetusnya.

“Baik,” kataku.

Nyatanya burung hantu, kucing, kelinci, ikan-ikan yang akan jadi proyek jualannya mati.

Ganti haluan.

“Mau buat patung dan kerajinan kertas,” katanya lagi.

Ia rendam kertas-kertas koran, jadi patung unik dan tertumpuklah di ruang tengah hingga teras berember-ember serbuk koran yang akhirnya mengeras seperti batu.

Di akhir masa SMA, aku bertanya.

“Kamu mau masuk kuliah mana, Mas?”

Ia menyebutkan kampus favorit teknik.

“Itu harus kuat matematika,” kataku.

“Lho, jurusanku gambar? Kenapa harus matematika?”

“Itu prasyaratnya.”

“Kok gitu? Aku malas belajar matematika!”

Butuh berulan-bulan bagiku meluruskan kognitifnya : malas dan tidak bisa itu beda. Tidak bia berarti dari sononya tidak memiliki kekuatan berpikir di bidang matematika. Malas, adalah punya kemampuan tapi enggan.

Bulan-bulan terakhir menjelang SBMPTN, ia masih berkutat pada pendapatnya : tidak-mau-belajar- matematika.

Aku yakin ia bisa, sebab kemampuan IQnya telah terdeskripsi. Namun ciri kreatifnya yang overflows with ideas dan what if-what if-what if benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Pada akhirnya, aku mendorongnya untuk ikut try out sana sini sembari bertanya pada kakak pengajarnya di bimbingan belajar. Barulah ia sadar sesadar-sadarnya : dibutuhkan kemampuan dasar matematika tingkat tertentu untuk masuk ke fakultas teknik universitas favoritnya.

3 bulan.

3 bulan tersisa menjelang SBMPTN.

Ia nyaris putus asa tapi masih dengan gaya what if nya : ah, kan banyak anak yang mendapatkan keajaiban? Kakak kelasku ada kok yang diterima meski gak pintar-pintar amat.

 

Kreativitas VS Realitas

Tak ada cara lain selain membenturkannya dengan realitas.

Kubeberkan bahwa kampusnya adalah universitas favorit terkemuka di Indonesia, saingannya banyak. Waktu 3 bulan tidaklah cukup untuk mengejar matematika yang diremehkannya.

“Jadi Ummi mendoakan aku nggak lulus, begitu?!”

Ia mulai menebar conflicting opinions, ciri  lain anak kreatif.

Aku mengajaknya duduk dan diskusi .

Hampir setiap hari.

Nyaris  @1 jam kuhabiskan untuk diskusi dengannya, di dalam kamar berdua.

“3 bulan itu kamu bisa menguasai matematika Nak, kalau kamu belajar 5 jam sehari. Malam pun demikian. 3 bulan bukan waktu yang mustahil buat Allah. Maka malam hari selain kamu harus belajar matematika kamu harus sholat malam. Kalau bisa 11 rakaat. Bukan cuma 2 + 3 saja.”

Ia akhirnya menurut.

Tapi ada realitas lain yang harus aku sadarkan.

“Mas, kamu baru berusaha mati-matian 3 bulan terakhir ini. Andaikan kamu gak diterima, kamu mau masuk universitas mana saja dengan fakultas yang lain; atau kamu mau tetap disitu tapi ngulang?”

“Masa’ aku nggak diterima? Aku sudah rajin sholat malam lho…”

Conflicting opinionnya masih belum sembuh!

“Gak ada yang mustahil bagi Allah.  Tapi banyak orang pintar tertunda keberuntungannya. Kamu mungkin salah satunya. 1 tahun kamu bisa pakai buat les bahasa atau kursus yang lain yang kamu suka,” hiburku. Mulai menekankan bahwa ia mungkin saja gagal tahun ini.

Pffuhhhh.

Alhamdulillah, ketika pada akhirnya  tahun itu ia diterima di fakultas favorit universitas favorit yang diimpikannya, tanpa mengulang.

Tapi begitulah perjuangan orangtua menghadapi anak kreatif yang sering kali membayangkan dunia adalah hasil kreasinya sendiri. Prasyarat, syarat, ketentuan, peraturan…gak penting sama sekali!

Bagiku, sayang sekali bila kreativitas anak kita tidak difokuskan pada  hal-hal tertentu. Dan kadang, dibutuhkan energi ekstra untuk mamahamkan anak kreatif, di titik tertentu, bila mereka ingin mewujudkan kreasinya maka mereka harus belajar berhadapan dengan realitas. Sebab mewujudkan kreasi butuh perjuangan besar. Bukan hanya sekedar angan-angan dan ide-ide canggih namun tak bisa dikembangkan.

Rangkuman penting:

Bantu anak kreatif membangun peta kognitif yang realistis plus fasilitasi kreasinya sebelum membenturkannya dengan kondisi di lapangan.

 

Kategori
Jurnal Harian My family Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY WRITING. SHARING.

Asyik Punya Anak Banyak, atau Anak Sedikit?

 

“Hah? Anakmu 4?”

Dosen saya terbelalak. Beliau tak percaya saya bisa punya anak banyak. Maklum, badan saya kecil mungil.  Waktu melihat ekspresi beliau yang seperti itu, sebetulnya saya ingin terus bilang : “aslinya saya ingin punya anak 6 atau 12 lho, Pak.”

 

Waktu putri sulung saya sekolah di SMP Negeri, dia juga sering menerima ungkapan terkejut dari teman-temannya.

“Hah, Adikmu 3? Banyak bangettt?”

“Padahal temanku ada yang bersaudara 9 ya, Mi, hahaha,” si Sulung tertawa.

“Coba dosen Ummi tau ada orang seperti Ustadzah Yoyoh Yusroh yang putranya 13,” sahutku pula.

moslem family
Happy moslem family!

Anak Sedikit : Pengeluaran Tak Banyak

Orang memilih punya anak 1 atau 2, dengan beberapa alasan. Ada yang alasannya kesehatan. Ada yang alasannya keuangan. Yang alasannya kesehatan; biasanya karena si ibu tak mampu melahirkan banyak. Bolak balik caesar. Yang pertimbangan keuangan, biasanya mengatakan ,

“Yah…tau sendirilah. Berapa harga susu. Berapa biaya sekolah. Berapa biaya anak sakit. Bukannya tak percaya rizqi Allah, tapi sebagai manusia kita juga harus usaha. Kalau puunya anak banyak tapi orang tua nggak mampu memberikan pendidikan dan kesehatan yang layak, akhirnya mereka tidak akan menjadi asset yang  baik juga.”

Begitulah kira-kira.

Saya tak menyalahkan pendapat ini.

Sebab, memang dalam kenyatannya, ada teman-teman yang beranak banyak sudah berjuang sekuat kemampuan untuk memberikan pendidikan dan kesehatan yang layak pada anak-anak. Namun, karena situasi ekonomi dan kebijakan pemerintah  tidak berpihak pada keluarga beranak banyak, akhirnya beban ekonomi dipikul hanya oleh keluarga yang bersangkutan.

 

Anak Banyak : Asset Keluarga dan Negara

Bagaimana dengan orang yang memilih beranak banyak?

Saya salah satunya. Alasannya klise : saya suka keluarga yang ramai, mengingatk keluarga saya dulu hanya 3 bersaudara. Saya punya abang 1, adik 1. Rasanya kok sepiiii kalau semua sudah sekolah dan pulang sekolah. Saya sering keluar mencari teman bermain, tetangga-tetangga sekitar. Saya iri waktu kecil, ada tetangga depan rumah yang punya anak 5. Sebel banget, kalau saya berantem dengan anak tetangga yang seusia; maka kakak-kakaknya akan membela dia sementara saya hanya seorang diri menghadapai konspirasi!  #Jiaaah

Saya bertekad : awas ya, bseok saya mau punya anak banyak! Hehehe.

Menikah, awalnya saya ingin punya anak banyak.

Apalah daya, anak pertama keguguran. Alhamdulillah, anak-anak yang berikut muncul. Hanya saja, kesehatan saya sepertinya kurang menunjang hingga ketika kehamilan ke-5, dokter memutuskan agar saya tidak lagi mengandung.

Lalu apa rasanya punya anak 4?

Heroik bangettt laaah.

Inayah, ayyasy, ahmad, nis.jpg
4 anak kecil yang lucu dan heboh!

Sepeda Motor 1

Waktu itu satu-satunya kendaraan hanya sepeda motor. Maklum, suami menempuh studi D4 di Jakarta saat saya hamil anak ke-4. Jadi kalau keluar rumah, suami yang nyetir motor. Saya di belakang. Si sulung dan nomer dua di depan, saya memangku anak ketiga sembari hamil. Untung waktu itu badan suami dan saya masih kurus-kurus, jadi cukup aja motor kecil begitu heheheh.

Punya anak-anak kecil 4 itu antara nangis dan tertawa, bahagia dan jengkel.

Si sulung masih kecil saya titipi sebentar adiknya untuk belanja ke warung sayur. Kalau bawa anak 3 kebayang deh repotnya. Jadi saya titipi dia dengan adiknya. Pulang-pulang heboh.

“Ummiiiii…akuu digigit Mbaaak!” si adek nangis kekejer.

Yah, perebutan barang mainan atau makanan kecil. Si sulung gemes karena adiknya tak mau berbagi, lalu ia menggigit tangannya!

 

Banyak Insiden Menakjubkan

Punya anak 4 itu rempong. Anak 3 masih belum terasa capeknya, tapi 4? Itu benar-benar menguras tenaga. Maka kita harus bisa berbagi tugas dengan suami dan anak-anak. Dan berbagi tugas itu tidak selamanya mulus, sebab terkadang, malah justru semakin menambah ruwet!

“Mbak, tolong adik dimandikan ya,” aku minta si sulung memandikan si bungsu. Sama-sama cewek.

3 menit. 5 menit. 7 menit. 15 menit.

Kupikir main air, main sabun, atau main apalah.

Tahu-tahu!

Si bungsu yang saat itu masih sekitar usia 5 tahun, keluar cengar cengir. Pakai handuk. Si Sulung juga terlihat antara gugup dan tertawa.

“Kenapa?” tanyaku melihat mereka berdua.

“Ini gimana cara melepasnya, Mi?” si Sulung bertanya.

Aku menatap takjub pada rambut si bungsu yang terurai panjang. Ia memang anak cewek yang feminin, memelihara rambut panjang ketika itu. Si sulung mengeramasinya, lalu si bungsu menyisir rambut panjangya di kamar mandi. Rupanya, ia menyisir tak sampai ujung rambut bawah, sudah dikembalikan lagi ke ubun-ubun. 3x diulangi, sisir itu nyangkut,ruwet, uwel-uwelan di pangkal rambut! Kalau di ujung rambut, bisa dipotong saja. Tapi ini di pangkal? Mau dibotakin?

Hari yang sudah full akhirnya bertambah padat dengan upacara melepaskan sisir dari rambut. Kupotong dengan pisau yang dibakar api, kupatahkan kecil-kecil, tetap saja bundel semrawut gak karuan. Akhirnya, rambut si adek terpotong juga…

Si sulung memang suka bereksperimen dengan rambut. Sebelumnya, rambut adik laki-lakinya dipotong seperti di salon; hingga seperti keset . Panjang, pendek, botak tak beraturan.

Alhamdulillah… insiden-insiden yang terjadi tak sampai menimbulkan kecelakaan. Tapi aku sebagai ibu harus ngelus dada, sport jantung, siap waspada ketika salah seorang anak berteriak.

“Miiii!!”

Rasanya jantung ini melorot ke kandung kemih.

Alhamdulillah, bila anak mulai besar

 

Berbagi, Berdiskusi, Cari Uang Sendiri

Kata orang-orang tua, punya anak banyak itu repot pas kecil. Senang pas besar.

Saat anak-anak sudah mulai masuk sekolah usia SD, aku mulai merasakan senangnya punya anak banyak. Mereka dapat disuruh ke warung, buang sampah, membantu mencuci, menyapu dan saling menjaga satu sama lain. Semakin dewasa, saat usia SMP dan SMA; mereka mulai dapat diajak berdiskusi tentang segala sesuatu. Bahkan, mereka seringkali membagi cerita lucu yang membuatku dan suamiku tertawa terbahak. Kadang mereka mengkritik kami.

lukas graham.jpg
Lukas Graham

“Ummi harus dengan lagu Lukas Graham 7 years Old,” kata si Sulung, “Itu bagus banget, cara orangtua mendidik anaknya. Ummi juga harus lihat serial Ted di youtube, ada serial-serial tentang orangtua muslim mendidik anaknya di Eropa. Atau bagaimana cewek mempertahankan hijabnya.”

Si kecil pun sudah mulai berdakwah kepada orangtuanya, “Ummi kurang dengung tuh, baca Qurannya.”

Keempat anak kami, kadang kami minta untuk mengoreksi hafalan orangtuanya.

Apalagi ketika anak-anak mulai berprestasi dan menang lomba; mereka bisa punya uang sendiri.

Rasanya terharu sekali ketika mereka memberikan uang itu ke kami.

“Uang ini dipakai Ummi aja.”

“Ummi pinjam ya?” tanyaku.

“Nggak ussah pinjam, Mi. Buat Ummi aja. Aku juga sudah hutang hidup sama Ummi.”

Duh, kalau sudah begini terharu rasanyaaa.

Kalau ayah dan bunda dan adik-adik yang sudah (siap) menikah; pilih anak banyak atau anak sedikit?

 

 

Moslem family http://www.manchestereveningnews.co.uk/business/business-news/muslim-cleric-tortured-in-libya-for-months-874486

Lukas graham https://www.livenation.com/artists/98423/lukas-graham

Kategori
Bedah Buku Sinta Yudisia Buku Sinta Yudisia Hikmah Karyaku Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY WRITING. SHARING.

Ibu-ibu yang Membangun Sekolah

 

 

Buku MATA : Mendidik Anak dengan Cinta, Alhamdulillah mendapat sambutan positif dari masyarakat. Setiap kali bedah buku ini, para ibu-ibu yang hadir berkenan membelinya. Mereka pun membeli tak hanya bagi diri sendiri, tapi menyimpan untuk dijual lagi atau diberikan pada teman.

Cover MATAAda hal-hal unik yang kutemukan ketika membedah buku ini.

Baik di Surabaya, atau di Tegal; aku bertemu para ibu yang merasa harus berbuat sesuatu bagi pendidikan anak-anaknya. Mereka bukan orang yang iseng, yang kekurangan uang sehingga cari-cari pemasukan dari SPP sekolah atau justru kelebihan uang hingga mau invest buat sekolah. Bukan!

Mereka justru para ibu yang resah dan tergelitik tentang kondisi sekolah saat ini.

Memang,t ak ada sekolah yang 100% sempurna.

Mau sekolah negeri, internasional, swasta, Islam terpadu, homeschooling, pesantren tradisional, pesantren modern, atau  sekolah di luar negeri sekalipun ; semua memiliki titik kelebihan dan kekurangan sendiri. Salutnya, para ibu-ibu ini berusaha untuk membangun sekolah dengan harapan serta target yang mereka idamkan.

Mereka lalu belajar, belajar, belajar. Tidak semua ibu-ibu yang merancang sekolah ini basic ilmunya adalah pendidikan atau psikologi lho! Malah ada yang pengusaha wedding organizer, pengusaha empek-empek, pengusaha butik , hingga apoteker. Dan ketika mereka semakin luwes membanguns atu sekolah; mereka membangun lagi sekolah yang lain.

Aku?

Hm, insyaallah membuat sekolah masuk dalam daftar impianku.

MATA di Al Musthafa Surabaya dan Yasyis, Tegal

Untuk saat ini, aku lebih ingin membangun sanggar seni. Thesisku tentang Writing Therapy, yang merupakan salah satu cabang dari Art Therapy. Cukup banyak ibu-ibu yang bertanya : ada kelas menulis? Ada kelas menggambar? Ada kelas memasak? Ada kelas music? Ada kelas menari? Dll. Yah, aku belum bisa menyediakan semua seni yang menjadi sarana terapi. Tapi untuk kelas menulis dan menggambar, bisa insyaallah. Aku bisa menulis; anak-anakku jago menggambar dan bisa kuberdayakan untuk membantu kelas tersebut.

Anak-anak istimewa yang kesulitan mengikuti pelajaran akademis normal di sekolah; umumnya butuh komunitas khusus  yang akan membantu mereka mengasah motorik halus, social skill, soft skill.

Para ibu-ibu, sungguh hebat!

Mereka bukan hanya memberikan kontribusi pada ekonomi keluarga dan masyarakat sekitar, membangun peradaban ; tapi selalu punya pemikiran-pemikiran unik untuk menembus kesulitan. Hehehe. Kalau anda seorang ibu seperti saya; pasti merasa demikian. Seroang ibu nyaris tidak mungkin berkata tidak bisa, tidak punya, tidak akan. Kebutuhan keluarga dan anak-anak baik kebutuhan ekonomi dan pendidikan; memacu para ibu untuk harus bisa, harus punya dan selalu akan.

Jempol besar dan banyak untuk para Ibu!

Kategori
My family Nonfiksi Sinta Yudisia Oase Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Bisakah Menciptakan Anak Genius?

 

 

Rasanya sebuah kebetulan yang menakjubkan, ketika Mei ini buku Mendidik Anak dengan Cinta dan National Geographic Indonesia mengangkat tema yang tak akan pernah habis dibahas : IQ dan Kegeniusan.

 

Sebagai seorang psikolog, salah satu hal paling merangsang minat bagi saya adalah tentang perihal genius. Yang bila seseorang berhasil menguasai hal tertentu dengan brilian, ia akan dikatakan gifted. Sampai-sampai saya benar-benar ingin membuat buku khusus tentang bab Genius dan Gifted. Atau istilah radikalnya, ekstrim kanan.

 

Saya penyuka sejarah.

Selalu terpukau oleh gambaran orang-orang hebat dunia : Shalahuddin al Ayyubi, Al Fatih, Steve Jobs, Einstein,  Habibie, Nelson Mandela, Mahathma Gandhi. Saking liarnya pikiran ini, tiap kali bertemu orang pintar saya tergelitik bertanya : berapa skor IQ nya? Bukan untuk memvonis, untuk mengkotakkan, apalagi menghakimi. Namun instink saya berkata, pasti ada apa-apanya dengan orang itu. Apalagi bila bertemu orang hebat yang IQnya biasa-biasa saja. Ini jauh lebih mengesankan.

 

Pasti anda tak percaya bahwa Darwin dan Einstein awalnya dianggap biasa-biasa saja.

Membaca Natgeo Indonesia terbitan kali ini, benar-benar semakin membuat saya penasaran dan semoga semakin membakar impian-impian. Saya harus punya sanggar. Harus punya klinik art therapy. Harus punya pusat penelitian sendiri, terutama tentang anak-anak berbakta dan genius. Yang, kata Natgeo, jumlahnya sangat banyak di dunia. Hanya , karena lingkungan tidak memahami si genius ini, mereka dibiarkan layu dan mati.

 

Einstein dan Sidis

 

Dua orang ini benar-benar saya coba pelajari. Yah, meski saya tak punya irisan otak Einstein seperti yang tersimpan di museum Mutter, Philadelphia. Tetapi quote, buah pemikiran, biogarafi dua tokoh ini mudah ditemui.

Dua-duanya punya potensi otak hebat. Tapi jalan hidup yang dilalui sangat berbeda. Kiranya, saya simpulkan yang ternyata juga sesuai dengan Natgeo temukan. Ada hal-hal yang dapat dicapai dengan potensi IQ kita semua. Kalau diabaikan, layu dan punahlah ia.

  1. Seorang genius tidaklah solitaire. Einstein punya banyak teman. Mileva Maric, Michael Angelo Besso, Marcel Grossman adalah beberapa teman baik Einstein. Sidis? Ia dikabarkan sangat susah membangun relasi interpersonal. Bagaimana bisa demikian? Hal ini tekait dengan poin-pon yang lain.
  2. Orangtua yang mendukung. Einstein, Marc Zuckerberg, Steve Jobs, Margareth Tatcher, Terence Tao punya orangtua yang sangat megnerti anak mereka. Anak-anak spesial yang awalnya didiagnosis tidak pintar, namun orangtua memberikan banyak fasiltias pembelajaran. Ingat , fasiltias tidak selalu mahal! Steve Jobs hanya diberikan meja kecil, palu kecil, paku-paku. Sebab ayahnya hanya tukang kayu. Hermann Einstein hanya memberikan kompas kecil. Sidis? Orangtua memasukkannya ke Harvard di usia muda, memaksanya megnuasai banyak bahasa, mengontak media-media untuk menuliskan tentang anaknya yang berbakat. Najmuddin Ayyub mendampingi Shalahuddin al Ayyubi dalam memaknai intrik politik dan kekuasaan. Sultan Murad II, memilihkan guru-guru terhebat bagi Al Fatih.
  3. Gairah besar. Seorang genius harus didorong punya motivasi dan kegigihan. Sebab biasanya, anak pintar memang cenderung mudah bosan, mudah beralih, mudah meninggalkan hal-hal yang tadinya dimulainya dan tidak ingin diselesaikannya. Einstein, didorong relasi interpersonal yang bagus, punya teman-teman yang mendorongnya untuk berkarya. Ketika dunia dilanda perang, dengan cepat Einstein menjadi pejuang zionis sejati. Sidis? Rasa sendiri membuatnya patah arang hingga di usia 40an tahun ia harus masuk asylum. Al Fatih punya orang-orang yang mendorong dan memotivasinya untuk terus berjuang,s alahs atunya Aq Syamsudin, sang ulama kharismatik. Shalahuddin al Ayyubi, selain mendapat dorongan dari sang ayah Najmuddin Ayyub, juga senantiasa mendapat pendampigan dari Asaduddin Shirkuh, pamannya yang brilian dan pemberani.

Ayo, kita siapkan diri kita dan anak-anak kita untuk mengembangkan diri hingga optimal. Siapa tahu kita genius yang berikutnya!

 

Kategori
Cinta & Love da'wahku Dunia Islam Oase

Surat Cinta untuk Rohingya dari Anak-anak  SDIT Al Uswah, Surabaya

 

 

 

Hanum, 5C

Assalamualaikum

Dear rakyat Rohingya,

Hai, aku Hanum. Aku berasal dari Indonesia. Aku sangat senang sekali jika surat ini bisa tersampaikan pada kalian. Ingin sekali aku bisa bertemu kalian. Aku hanya ingin menyemangati kalian, tetaplah menjadi seorang muslim. Tetaplah bersatu untuk Islam. Jangan mau kita ditindas!tunbnjukkan bahwa kami muslim tidak lemah. Percayalah bawha Allah akan membantu hambaNya yangs abar berjuang untuk Islam. Kalian harus tetap semangat memperjuangkan hak kalian. Berdoakan kepada Allah pada masa lapang dan sempit. Mari kita bersatu untuk Islam, buatlah nama Islam harum. Aku akan datang mendukungmu rakyat Rohingya. Insyaallah jika kalian ingin berusaha, maka apa yang kalian inginkan akan tercapai. Amin.

rohingya-4

Khadijah, 4C

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum

Apakabar saudaraku? Senang kalau bisa berkenalan bagaimana keadaan disana? Mohon maaf ya kami tidak bisa membantu kalian. Aku sangat terharu dengan perjuangan kalian meskipun kalian diperkosa dan dibantai. Kalian tidak meninggalkan agama Allah. Insyaallah jika kalian meninggal terbunuh akan mati syahid. Sungguh kejam orang Myanmar yang beragama Budha mengapa mereka berbuat begitu? Padahal orang Islam tidak mengganggu agama Budha! Aku disini menitip salam untuk saudarakau di Rohingya, orang Islam. Semoga kami bisa menyusul ke surga Allah. Amin. Selamat berjuang.

rohingya-2

Neina Nur Rahmania, 4B

Assalamualaikum, warga Rohngya, namaku Neina.

Aku tinggal di Indonesia. Kotanya Surabaya. Aku dari SDIT Al Uswah. Aku kasihan sekali karena kalian diusir oleh negara kalian sendiri. Karena kalian ingin hidup, karena kalian rela hidup di kapal. Andaikan aku bisa membantu kalian, aku akan memberi  kalian rumah, makan, dll. Tapi aku tidak bisa membantu. Tapi aku bangga kepada kalian, karena kalian tetap berjuang memeluk Islam. Sebelum saya mengakhiri surat  ini saya akan meminta maaf sebesar-besarnya karena  tidak bisa membantu kalian. Semoga Allah menghapus dosa kalian dan memudahkan kalian hidup. Kalau ada yang terbunuh, aku tidak terima. Karena agama Islam tidak bersalah. Tetap semangat ya!

Wassalamualaikum.

 

Nadia Sabila Azka, 4C

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Perkenalkan nama saya Nabila Nadia Azka. Saya dari Surabaya Jawa Timur. Setelah guru saya menceritakan tentang keadaan kalian semua, saya merasa kasihan, takut dan lainnya. Saat guru saya menceritakannya, saya berpikir bagaimana jika saya sedang berada di Rohingya.  Setiap hari seperti disiksa. Tapi saya berasa kagum dengan kalian semua. Kalian tidak pantang menyerah dan sebagainya. Tapi saya disini masih suka menyerah dan masih butuh bantuan orang lain. Saya sangat kagum dengan kalian semua. Saya akui kalian hebat, kuat, pintar dan hebat. Kalian sudah dibom, ditembak dan sebagainya. Jika saya yang digitukan saya merasa sangat kesal dengan para pembonm dan penembak. Saya akan mendoakan kalian semua yang di Rohingya agar kalian semua bisa masuk surga. Dan semoga kalian selalu kuat dan sehat selalu. Dan semoga tempat tinggal kalian bisa kembali. Rohingya hebat.

 

Nisrina Huwaida Qurrota Aini, 5A

 

Assalamualaiakum sadaraku di Rohingya.

Perkenalkan namaku Nisrina Huwaida Qurrota Aini.

Saat ini aku sekolah di SDIT Al Uswah Surabaya dan duduk di kelas 5. Aku sangat sedih  melihat kalian semua diusir oleh negara Myanmar. Aku akan selalu mendoakan saudara Rohingya bsia bertahan hidup. Aku yakin manusia yang membela agama Islam selalu dilindungi oleh Allah. Kalian pasti bisa!!! Allahuakbar!

Allah pasti menempatkan suadaraku di Rohingya di surga tertinggi Allah, amin. Salam dari Nisrina. Aku sayang saudaraku Rohingya.

 

Anisa Titi Larasati, 4B

Dear Rohingya,

Assalamualaikum s audaraku di Rohingya.

Perkenalkan nama saya Anisa Titi Larasati dari Indonesia.

Kami sedih mendengar derita kalian disana. Saya ingin membantu kalian semua. Semoga kalian dilindungi oleh Alalh SWT. Semoga kalian juga mendapatkan banyak bantuan. Kami sangat kasihan kepada kalian semua. Karena kalian hidup berhari-hari tetapi tidak mendapatkan makanan dan minunman. Maafkan saya karena saya belum bisa memberikan donasi kepada kalian. Saya hanya bisa berdoa untuk kalian. Love you Rohingya.

 

Fasya Syaffanah, 5A

Assalamualaikum…

Perkenalkan nama saya Fasya Syaffanah.

Saya bersekolah di SDIT Al Uswah. Saya biasanya dipanggil Fasya. Saya berumur 11 tahun. Oh ya maafkan kita ya kita sebagai warga Indonesia cuma bisa bantu doain aja. Kita tidak bisa pergi ke neeara kalian. Semoga Allah selalu melindungi kalian. Aku turut berduka cita atas bencana yang sekarang kalian timpa. Katanya kalian diusir dari negara Myanmar karena kalian muslim. Yang mengusir kalian adalah orang Budha. Aku sebagai salah satu warga Indonesia mengucapkan minta maaf. Negara Myanmar telah mengusir Rohingya itu adalah hal yang sangat kejam. Semoga Allah selalu menjaga kalian, selalu melindungi kalian, selalu menolong kalian.

save-rohingya-insta-2-copy

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Cinta & Love mother's corner Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY

Children with Special Needs (ABK) : stem cell, pubertas, lapangan pekerjaan, hingga pasangan hidup ?

 

 

Mengisi acara bersama Prof. Bambang, spesialis anak ; mas dokter Hafid Psikater, mas Bayu psikolog adalah kesempatan berharga yang jarang-jarang saya dapatkan. Plus moderator ayah Aris yang tangguh, ayah dari ananda Raffi yang didiagnosis dengan Autism. Saya rangkum percik-percik ilmu luarbiasa hari itu untuk menambah khazanah pemahaman saya pribadi.

Apa aja sih yang didiskusikan?

Di bawah ini saya rangkum bahasan menarik yang insyaallah bermanfaat bagi pembaca : stem cell, pubertas, lapangan pekerjaan bagi ABK, pasangan hidup, relaksasi atau hipnoterapi, juga dukungan komunitas.

 

  1. Stem cell

Pertanyaan seorang peserta seminar menarik, tentang stem cell. Sang ibu bercerita, putranya yang mengalami autism disuntik stem cell di lengan. Ada perubahan perilaku sebab 2 hari sang putra lebih pendiam dari biasanya.

Benarkah stem cell dapat mengobati autism?

prof-bambang
Prof.dr. Bambang Permana, Spesialis anak

Penjelasan Prof. Bambang sangat menarik.

Beliau menjelaskan penelitian-penelitian terkait autism yang hingga kini terus digalakkan. Sebelum menjawab tentang tepatkah stem cell bagi autism, profesor Bambang menjelaskan penyebab autism :

  1. Kelainan fungsi otak karena inflamasi di jaringan interkoneksi otak kanan-kiri sehingga menimbulkan gangguan perilaku ASD (autis spectrum disorder) hal ini bisa disebabkans alah satunya oleh virus
  2. Logam berat. Dulu, orang menyangka imunisasi penyebab autis. Namun kecurigaan itu tidak mendasar sekarang. Logam berat banyak ditemukan di laut dalam, maka anak autis secara populasi sangat besar ditemukan di peseisir pantai. Sekarang warga AS jarang mau makan salmon sebab ikan salmon disebut-sebut banyak mengandung logam berat.
  3. Gangguang system imun pada pencernaan. Akibatnya protein-protein besar dari usus masuk ke darah, otak menimbulkan inflamasi. Maka perlu diperbaiki system pencernaan.

Apakah stem cell bermanfaat bagi autis?

Bila memperbaiki sitem imun pencernaan, kemungkinan suntikan stem cell akan bermanfaat bagi penyandang autis. Mengapa ananda pasca disuntik menjadi lebih diam? Kemungkinan sedang terjadi proses di dalam tubuhnya sehingga menimbulkan reaksi tersebut.

 

  1. Pubertas ABK

Hal yang mengkhawatirkan bagi orangtua dan pendidik adalah menghadapi pubertas ABK. Samakah pubertas mereka? Apakah mereka mengalami gangguan hormone? Apakah mereka dapat tertarik pada pasangan ?

Untuk pubertas, profesor Bambang mengambil contoh CP atau cerebral palsy dengan level 1, 2, 3, 4, 5. Bagai CP 1 tidak ada masalah dalam keseimbangan hormonal sehingga bagi remaja putra dan putri dengan CP 1 akan mengalami masalah pubertas yang sama saja dengan orang lain. Bagi CP 3-4-5 ada gangguan hormonal pada hipofis yang mengakibatkan ketidakwajaran proses.

Oleh sebab itu sekolah inklusi harus memasukkan unsur  pendidikan + kesehatan kedalam kurikulum agar semua pihak dapat mendampingi penyandang CP menuju kehidupan yang optimal.

 

 

  1. Lapangan pekerjaan

Bagaimana orang special need atau berkebutuhan khusus bekerja?

Beberapa perusahaan otomotif mempekerjaan penyandang thalessemia dan mereka memiliki kebijakan mengizinkan pekerja thalessemia untuk istirahat 3 hari tiap 6 minggu. Microsoft kono kabarnya mempekerjakan 1% pegawainya yang merupakan penyandang autism.

Lapangan pekerjaan sangat terbuka bagi orang berkebutuhan khusus.

Begitu banyak penyandang disleksia menjadi tokoh : David Boies, Steven Spielberg, Keira Knighley, Justin Timberlake, Keanu Reeves, Vince Vaughn. Daniel Radcliffe mengidap disfraksia. Autism salah satunya Claire Danes. Disabilitas seperti Stephen Hawking.

 

  1. Pasangan hidup

Apakah orang berkebutuhan khusus dapat menikah?

Profesor Bambang memberikan penjelasan khusus untuk CP. Untuk CP 1 dapat menikah dengan siapa saja, insyaallah. Namun mulai CP 3,4,5 sebisa mungkin orang dari pasangan normal sebab penyandang ini membutuhkan bantuan dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, takdir Allah akan menentukan siapakah jodoh terbaik bagi orang berkebutuhan khusus.

 

  1. Ketidaksiapan orang tua

Banyak orangtua tidak siap menerima diagnose anak ABK. Ada yang meninggalkan pasangan dan anaknya. Ada yang bercerai. Namun tidak sedikit yang justru menjadi solid dan kuat luarbiasa, menjadikan kehadiran anak ABK sebagai anugerah tak terkira.

ortu-teladan
Incredible parents 🙂

Sedih, kecewa, merasa melakukan satu dosa, terpukul dan menolak takdir adalah sikap yang dialami orangtua ABK. Setelah menemukan kekuatan kembali, biasanya orangtua akan berjuang untuk memulai langkah panjang perjalanan.

ABK tentu membutuhkan kesabaran, dukungan financial dan dukungan sosial.

Bagi orangtua yang merasa terpukul, ikutlah komunitas agar mendapatkan pengalaman berharga dari orangtua-orangtua yang mengalami kejadian serupa.

 

  1. Komunitas

Family support group sangat penting. Di Surabaya ada komunitas yang digagas oleh dokter Sawitri. Kebetulan saya dan dokter Sawitri menerima penghargaan untuk perempuan berprestasi versi AILA 2016 kemarin di bulan April.

Mbak Sawitri ini punya komunitas Peduli Kasih ABK. Menjadi penjembatan antara orangtua-orangtua yang memiliki anak gangguan pendengaran, autis, cerebral palsy, down syndrome dan banyak lagi. Bertemu sesama orangtua akan berbagi informasi berharga seputar dukungan optimal terhadap ananda tercinta, juga, saling mendoakan dan menularkan aura positif.

Dukungan orangtua terhadap anak ABK sangat penting.

Dukungan pasangan terhadap orang berkebutuhan khusus sangat penting. Ini saya ungkap secara khusus di novel Bulan Nararya dan juga tema skizofrenia yang pernah saya tuliskan sebelumnya. Suami, istri, anak-anak yang dapat menerima kekurangan salah satu anggota keluarga; akan mengoptimalkan peran masing-masing. Kerjasama setiap anggota akan menghasilkan buah yang membanggakan!

 

  1. Beda cacat dan disabilitas

Menarik sekali hal singkat yang dipaparkan mas Bayu. Mas Bayu adalah seorang psikolog, relawan ABK Peduli Kasih dan penyandang disabilitas.

bayu
Mas Bayu, Psikolog yang luarbiasa !

Apakah beda cacat (impairment) dan disable?

Impairment atau cacat, dinisbatkan pada penderita dan seolah-olah itu menjadi aib serta kekurangan seumur hidunya. Missal cacat pendengaran, cacat penglihatan, atau impairment yang lain. Padahal, orang cacat bila diberi peluang dan pelatihan, akan sama aktivitasnya dengan orang normal. Ingat, 10% penduduk dunia adalah orang dengan kebutuhan khusus.

Bila, orang autis, disleksia, hearing impairment, cerebral pasly, maupun penyandang special needs lainnya mampu mandiri bahkan berkontribusi positif; apakah ia masih dianggap cacat?

Bahkan mungkin, ia tidak lagi dianggap disable sebab justru kiprahnya melampaui orang normal pada umumnya. Di Indonesia sendiri dikenal difabel atau differential ability , bahwa orang cacat sebetulnya bukan ‘cacat’ tapi mereka memiliki kemampuan lain. David Boies, pengacara terkenal dan kaya raya dari Amerika, memiliki cacat membaca. Sebagai penyandang disleksia ia mungkin membaca berkas klien hanya beberpa lembar berhari-hari saat orang normal hanya butuh 2 jam! Namun, David Boies mampu mendengar cermat dan menghafal cepat, serta merumuskan perkara dengan brilian sehingga mampu memenangkan kliennya. David Boies tentu tidak cacat, tapi justru punya different ability.

Apakah kita masih mengatakan Nick Vujicic cacat sementara ia adalah motivator tingkat dunia? Maka sebutan cacat, impairment, disable, handicapped harus sangat berhati-hati dilabelkan.

 

  1. Mirroring, hipnoterapi dan aura ketenangan

Sepanjang sesi seminar dan tanya jawab, biasalah, anak-anak heboh di belakang. Sebagian anak-anak yang hadir adalah children with special needs. Sesi seminar rebut. Sesi coffe break ribut. Sesi pemberian reward ribut.

Tetapi ada moment yang pantas dicatat ketika mas dokter Hafid (saya menyebut demikian karena dokter yang satu ini masih muda dan lucu banget!) memberikan panduan singkat tentang relaksasi.

Duduk di kursi. Telapak kaki menempel di lantai. Relaks. Posisi nyaman.

Setiap kali kita menarik nafas maka kedua tangan mengepal, telapak kaki menekuk ke atas sekua tmungkin ( kea rah tulang kering). Lalu hembuskan nafas pelahan sembari melepaskan kepalan tangan dan meletakkan kembali telapak kaki ke lantai.

Hal ini dilakukan semua peserta seminar berulang-ulang sembari memejamkan mata.

Apa yang terjadi?

Anak-anak yang semual heboh pun menjadi senyap!

Ternyata sikap tenang, sepi, senyap dari orangtua menular kepada anak-anak. Pantas saja emosi positif juga membawa dampak positif. Kalau orangtua heboh, ngomel, ngedumel panjang lebar; anak-anakpun makin gelisah. Betul kan?

 

Support Group ABK PEduli Kasih.JPG
Para relawan, guru, pendidik ABK yang luarbiasa 🙂