Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri Topik Penting WRITING. SHARING.

Layangan Putus : Antara Writing Therapy & Story-telling

Ada suami yang mengeluhkan istrinya sekarang sangat khawatir kalau suaminya selingkuh. Sampai-sampai ke manapun suami pergi, dikuntit. Termasuk ke kios terdekat.

Ada jomblo yang curhat, ia dan kawan-kawannya semakin takut menikah.

Ada perempuan-perempuan yang bercerita, mereka semakin geram dengan pelakor.

Ada orang-orang yang mengutuk : writing therapy? Sesudah sakit hati makan royalty? Yang nulis sembuh, yang baca jadi sakit? Gak usah writing therapy! Kalau sakit, sakit aja sendiri!

Novel Layangan Putus dan web series di We TV menuai pro dan kontra. Ada yang terinspirasi dengan ketegaran Kinan, tapi ada pula yang gusar dengan issue perselingkuhannya. Apalagi, sosok Aris menurut Benni Setiawan sang sutradara, dikisahkan manipulative. “Manipulatif” adalah keahlian yang jauh melampaui keahlian berbohong atau berdusta. Dalam hidup, saya pernah bertemu pembohong. Pernah bertemu orang-orang yang manipulative. Percayalah, ngeri kalau bertemu dengan orang manipulative. Teman manipulative bisa memakan kita sampai habis. Pasangan hidup manipulatif? Sengsara sampai ke tulang sum-sum.

Sekalipun aktivitasnya sama-sama menulis (writing);  konsep writing therapy dan teknik menceritakan kembali (story telling) – terutama untuk publikasi sangat berbeda.

WRITING THERAPY (WT)

Terapi menulis merupakan salah satu cabang dari art therapy (AT) , digagas oleh James Pennebaker. Apa perlunya? Ternyata tidak semua orang bisa datang ke konselor atau psikiater lalu cerita, “…saya punya masalah berat. Saya cek cok dengan suami, kami bertengkar terus. Capek rasanya. Pingin ada jalan keluar. Apa jalan keluar terbaik? Saya siap dengan segala konsekuensinya.”

Kalau masalah psikologis bisa diceritakan segampang itu, banyak perkara beres.

Kenyataannya, orang yang punya masalah psikologis seringkali punya multiproblems dalam hidupnya. Sejak kecil dianiaya, gak punya rasa percaya diri, keluarga berantakan, gak pernah punya sahabat, gak pernah punya prestasi yang bisa dibanggakan. Hidupnya terombang ambing, lalu dia menikah. Punya masalah? Dia bahkan bingung harus cerita atau tidak! Padahal sudah babak belur.

Babak belur kayak apa?

Sudah menyakiti diri, menyakiti anak. Gak tau pernikahan harus bertahan atau harus terus. Hari demi hari diisi kecemasan sangat yang bahkan, membayangkan kematian jauh lebih manis dari hidup.

Cerita gak gampang. Masih mending kalau dipercaya. Kalau nggak? Kalau malah dikasih nasihat? “Yang sabar ya…yang lebih parah dari kamu banyak. Emang pernikahan pasti ada aja cobaannya.”

Wah, semakin ngerasa kalau diri harus diam seribu bahasa. Kenapa? Karena kalau curhat ujung-ujungnya kita pun akan menyalahkan diri sendiri , “ngapain sih cerita-cerita? Lebay, tau! Kamu aja yang terlalu lemah. Mau diledek cengeng, baperan, kayak anak kecil?”

Di sinilah fungsi writing therapy.

  1. Mengosongkan emosi buruk yang udah numpuk-numpuk kayak tempat pembuangan sampah akhir. Mana plastik, mana kertas, mana makanan basi; udah kecampur-campur gak keruan
  2. Mencoba berdiskusi dengan diri sendiri : “Sebetulnya apa mau diriku?”
  3. Menganalisa perasaan, pikiran dan apa perilaku-perilaku diri sendiri. Baik yang negatif maupun positif
  4. Menjadi tahap awal proses penyelesaian dengan orang yang bersangkutan. Ingat ya, tahap awal.

Ibaratnya begini.

Saya punya masalah sama Aris. Pingin banget ngomong tapi gak bisa. Gak bisa karena takut dibilang istri gak baik, gampang curiga, selalu nuntut ke suami. Apalagi kalau suami temperamental dan main baku hantam. Tambah gak berani ngomong. TAPI AKU PINGIN NGOMONG! UDAH PENUH DADA & KEPALA, MAU MELEDAK RASANYA. Kepala sakit. Dada sakit. Tubuh sakit. Makan susah, tidur apalagi.

 WT mengawali itu semua. Kayak diary. Saya nulis apa aja kecurigaan, perasaan, kekhawatiran, pikiran terkait Aris. Kadang, saking geramnya dengan Aris, saya gak bisa ngomong. Nama Aris gak muncul di WT, yang ada hanya inisial : XXX dengan tinta merah! Bahkan kadang, nama XXX sampai kita urek-urek-urek dengan tinta merah atua hitam sampai kertas bolong!

Begitu emosi tertumpah, lega. Pikiran jernih, mata terbuka. Maka persoalan setahap demi setahap mulai dirancang penyelesaiannya. Buat plan A, plan B, plan C, dsb.

Tapi, WT pun ada aturannya.

  • Tidak boleh dipublish
  • Dijaga kerahasiaannya, bahkan Aris pun jangan sampai tahu
  • WT harus ditingkatkan ke tahap skill yang berikut : asertif, negosiasi, dst. Sebab pada akhirnya, konflik dengan manusia lain harus diselesaikan
  • WT tak berhasil? Mungkin perlu dibantu psikiater terkait farmakologi

Banyak testimoni terkait WT ataupun AT. Bahkan, bisa menyelesaikan kasus traumatic. Namun sebagian besar yang saya ketahui, mereka rata-rata mempublish kisah sejatinya terkait perjalanan hidup dengan WT atau AT ketika persoalannya sudah selesai. Sebab, saat proses terapi, psikis sedang rentan. Mempublish, berarti siap dengan konsekuensi. Bisa jadi bukan menuai simpati, malah dimaki-maki.

STORY TELLING

Ada kisah-kisah WT yang diangkat menjadi novel atau film. Based on true story. Inspired by true event. Dalam story telling yang nanti bisa dikategorikan fiksi (novel, cerpen, film, sinetron), feature (kisah nyata yang dikemas dengan bahasa populer), autobiografi (kisah nyata diri sendiri), buku motivasi/ how-to, artikel , penelitian dan lain-lain; pasti ada perbedaan. Pasti ada penekanan. Karena targetnya berbeda. sasarannya berbeda, dan tujuan story telling atau penceritaannya berbeda.

  • Penelitian : angka perceraian di Indonesia …%. Perselingkuhan…%. Masalah ekonomi…%
  • Artikel : di era pandemic, angkar perceraian meningkat. Diduga penyebabnya adalah himpitan ekonomi dan kebosanan
  • Autobiografi : kisah sejati Aris dan Kinan melewati prahara, dituliskan oleh Kinan
  • Biografi : kisah sejati Aris dan Kinan melewati prahara, ditulis oleh Sinta (dengan perspektif psikologis, feminism, agama,  dsb)
  • Novel : kisah awal sampai akhir. Banyak bumbu-bumbunya, jumlah halaman bisa 200, 500, 1000. Banyak tokoh, banyak pengembangan karakter, banyak setting, banyak konflik.
  • Film : apa kisah paling menarik Aris Kinan yang bisa diangkat dalam jangka waktu 2 jam?
  • Sinetron / web series : apa kisah paling menggedor emosi, sehingga pemirsa bisa teringat terus serial itu, dan menanti-nantinya untuk pekan depan? Yang pasti bukan kisah kesulitan ekonomi, konseling, mendidik anak, kehamilan. Kisah paling menggedor emosi adalah konflik antar manusia, salah satunya : perselingkuhan

WRITING THERAPY & STORY TELLING

Adakah mereka yang menjalani writing therapy karena kasus traumatic, sekaligus membuat story telling mengesankan? Bagaimana jika keinginan penyintas untuk berbagi cerita dengna harapan orang di luar dirinya menjadi mengambil pelajaran, justru yang terjadi sebaliknya?

Film Joker misalnya, film itu bagus bagi kita untuk sadar betapa pentingnya kesehatan mental. Tapi film itu juga yang menginspirasi Kyota Hattori melakukan tindakan kejam di kereta api Tokyo, Oktober 2021 silam. Bukan hanya Joker yang menimbulkan inspirasi kelam. Film Birth on Nation, menjadi inspirasi terbentuknya Ku Klux Klan yang bahkan hingga kini masih terasa gerakannya. Termasuk dalam beberapa insiden Black Lives Matter, gerakan atas tewasnya George Floyd.

Beberapa WT menjadi sumber inspirasi kebaikan . My Journey Through Postpartum Depression dikisahkan dengan cantik oleh Brooke Shield. God’s Call Girl adalah kisah ekstrim Carla van Raay, seorang biarawati yang menjadi PSK. Sejak kecil ia diniaya secara seksual oleh ayahnya, yang kalau kita baca kisahnya, merinding panas dingin –adakah orang seiblis itu, dengan predikat seorang ayah?

Ada juga story telling yang menimbulkan pro kontra.

The Unspeakable Crime of Andrea Yates : Are YouThere Alone (Suzanne O’Malley) , kisah Andrea Yates yang membunuh 5 anaknya. Membuat kita tersadar pentingnya menjaga kesehatan mental ibu, terutama ibu yang memiliki anak kecil. Namun buku itu juga menjadi sumber kritik bagi mereka yang ingin punya anak banyak, yang tidak punya akses kesehatan, yang loyal pada agama tertentu, termasuk mahalnya obat-obat psikiatrik.

Battle Hymne og Tiger Mother karya Amy Chua pun demikian. Ibu macam apa Amy Chua, yang memaksa anaknya minum parasetamol ketika demam, hanya supaya anaknya tak melewatkan waktu les musik? Ibu macam apa yang memaksa anaknya untuk dapat nilai A semua dan hanya mengizinkan satu nilai B untuk mapel pilihan?

Ada 6 milyar manusia di atas muka bumi, dengan 6 milyar kisah hidup. Dengan 6 milyar persepsi. Jangan harap menyamakan persepsi karena latar belakang hidup masing-masing sangat berbeda. Apakah WT mungkin dijadikan ST yang menarik? Mungkin saja. Apakah yang perlu dipilih bagi ST : kisah bombastisnya, kekuatan karakternya, atau solusinya? Tergantung ST yang mana.

Yang pasti, ada sebuah premis dalam dunia kepenulisan.

“Sekali karyamu dilepas ke umum, ia menjadi milik dunia.”

Artinya, WT yang semula disimpan rahasia dan hanya menjadi milik pribadi, tak akan menimbulkan pro kontra. Tentu, tak ada efek luas kecuali bagi si penyintas. Tapi ketika menjadi ST yang dilepas ke umum, ia punya efek luas. Positif dan negatif sekaligus.

Bagaimana mengontrol negatifnya?

Disitulah para kritikus sastra dan orang-orang yang kompeten di bidangnya berperan.

Jadi, apa pendapat anda?

Kategori
Bunda Cantik. Beautiful Mother Hikmah Jepang mother's corner Parenting Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri WRITING. SHARING.

Lulusan Jepang, Dapat Beasiswa, Pintar, Tapi kok…

Sejak gadis berprestasi, punya cita-cita tinggi.

Berkali-kali pula mendapatkan beasiswa ke luar negeri.

Lulusan Fukuoka dari universitas bergengsi.

Apakah ia sekarang kehilangan motivasi?

—–

Kak H , sebut aja demikian. Cantik dan lemah lembut, pintar dan penuh sopan santun. Perjalanan menjadi relawan LMI kali ini mempertemukanku dengan seorang perempuan yang unik. Mahir berbahasa Jepang karena bertahun tinggal di sana (ya iyalah! 2010-2017). Ikut AFS tahun 2003-2004 di Tokyo dan diterima di Universitas Kyushu yang bergengsi di Fukuoka. We-o-we!

Mengambil S2 jurusan Bisnis dan Teknologi dengan penelitian tentang Karakteristik Halal Market di Jepang. Sempat menjadi dosen di sebuah universitas di Bandung tapi kemudian memutuskan : tinggalkan semua dan jadilah ibu rumah tangga.

Whaaat?

Trus, mengandalkan pemasukan 100% dari suami?

Membuang sia-sia bertahun ilmu di Jepang dan berkubang dengan permasalahan rumah?

Apakah kak H ini sebetulnya sedang kelelahan dengan tuntutan beasiswa, kuliah, penelitian, akademis, pekerjaan, plus urusan RT sehingga ujung-ujungnya ingin istirahat dari semua tuntutan itu dan beristirahat dengan dogma “menjadi ibu rumah tangga itu mulia?”

Baiklah.

Jepang dan Ibu

Apa yang anda kenal tentang Jepang? Bunga Sakura, mata uang yen, anime, manga, cosplay? Sebutan otaku atau wibu yang tenar di Indonesia; bagi anak muda. Rata-rata, yang ingin ke Jepang memang membayangkan keserbateraturan kota megapolitan, dan membayangkan mencicipi makanan khas yang restorannya  bertebaran di Indonesia.

Menghormati budaya leluhur adalah ciri khas bangsa ini.

Membayangkan perempuan Jepang akan terbayang AKB 48 , penyanyai YUI atau Utada Hikaru. Tetapi, bukan itu sosok yang ditemui kak H dalam kehidupan sehari-harinya di Jepang. Ia melihat, bahwa di Jepang perempuan sangat bangga menyebutkan dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga. Salah satu yang dikenal banyak orang adalah, bagaimana IRT di Jepang menyiapkan bento yang cantik bagi anak-anaknya. Rata-rata tidak ada yang memiliki ART sehingga pekerjaan rumah dikerjakan sendiri. Gak ngebayangin deh; belanja masak nyuci sendiri. Belum ngurus anak-anak dan lain-lain. Walau orang bilang, “ah, di Jepang mah enak! Segalanya serba teratur, serba mudah.”

Emang bener juga sih. Tapi tetap aja, jadi IRT itu di belahan dunia manapun selalu melelahkan. Bagi Kak H, ia terkesan sekali selama tinggal di Jepang. Menjadi istri dan ibu itu dengan label di KTP – Ibu Rumah Tangga bukanlah sesuatu yang pantas membuat hati kecil tak bangga.

Transisi Wanita Karier ke Stay at Home Mom

Satu yang kutanyakan ke kak H saat ia memutuskan tinggal di rumah : bagaimana dengan cashflow keluarga? Apakah finansial cukup? Di satu sisi kita percaya rizki urusan Allah Swt, tapi di sisi lain tentu ada kecemasan terutama bagi seorang istri dan ibu : apakah gaji suamiku cukup? Setelah diposkan ke berbagai tempat ternyata secara nominal emang gak bakal cukup!

Apakah masih bisa pasrah : ah, itu urusan Allah?

Bukankah kita harus berupaya maksimal dengan bekal taqwa dan bertawakal di akhir usaha?

Ternyata, ilmu yang didapat kak H sepanjang ia berkelana ke negeri Jepun tak sia-sia. Apalagi bisnis dan teknologi menjadi keahliannya. Ia tahu, meninggalkan dunia kerja pasti punya resiko keuangan. Ia tahu, walau berupaya pasrah, pasti ada resah. Apalagi, ada anak-anak yang butuh dukungan materi immateri.

Jurus kak H ini bisa banget dipelajari adik-adik Muslimah yang kelak ingin berprestasi di dalam dan di luar rumah. Apakah akan menjalani karir di luar atau di dalam rumah, semua kembali pada pribadi masing-masing. Tapi jika seorang perempuan memutuskan full time Mom, kak H ini bisa dicontoh

  1. Sejak kuliah sudah merintis bisnis. Kak H ini emang kayaknya suka bahasa. Ia merintis lembaga bahasa asing bernama Hikari Language Center. Tampaknya ini menjadi tonggak yang bagus bagi siapapun (khususnya perempuan) bahwa merintis usaha apapun sejak dini, terutama masa sekolah/kuliah akan membuat masa depan lebih cerah. Kelak mau punya pilihan ngantor, part time job, full time mom gak masalah. Karena sejak single udah punya tabungan skill, syukur-syukur tabungan finansial.
  2. Ketika sudah menikah, punya anak, lulus S2; kak H ini melanjutkan secara online kursusnya dengan nama baru Hikari Bridge. Bahasa yang ditawarkan adalah Inggris dan Jepang. Siswanya 400 orang dari berbagai belahan Indonesia (mau ikutan daftar juga ah!)
  3. Ketika ada hambatan finansial, berusaha sedekah meski kondisi sempit. Alhamdulillah…ada aja bantuan dari Allah Swt (setuju, kak H!)
  4. Memantapkan hati bahwa kembali ke rumah bukanlah sebuah bentuk dendam, sekedar ingin istirahat, melemparkan tanggung jawab bahwa : “ah, yg wajib nyari duit kan suami!” Bukan seperti itu. Pendidikan al Quran, golden age yang berharga, ingin menjaga tumbuh kembang anak-anak dengan baik adalah cita-cita kak H untuk kembali ke rumah
  5. Ada salah satu quote menarik dari kak H : skill dan ilmu yang bertahun-tahun dipelajari selama ini hanya untuk mempersiapkan diri bekerja dan menjadi karyawan. (Hm, bener juga. Padahal setelah menikah kita bukan karyawan siapapun tapi justru majikan bagi diri sendiri. Gimana punya mindset jadi pemimpin perusahaan yang memajukan semua stakeholder dan mengatur semua sumber daya baik human resources dan financial resources. Kita kan gak selamanya bisa jadi buruh atau karyawan buat pihak lain, kan? )

Makasih banget atas ilmunya ya, Kak H yang Cantik!

Jadi belajar banyak nih, apalagi kita punya kesukaan yang sama : bahasa 😊

————–

#kisahunik #kisahajaib #relawanLMI #silaturrahim #3

Sedekah mudah, sedekah berkah, semoga harta berlimpah.

Infaq dan wakaf bisa dimulai dari 10K saja, lho!

👉 E-wallet atau transfer bank, klik ini aja https://pay.imoneyq.com/laz/lmi/XW1VX

Kategori
Cinta & Love Hikmah Hobby Kaca - Kiat Cantik Pernikahan Rahasia Perempuan Suami Istri WRITING. SHARING.

Ini Cara Hemat Suami Membuat Istri Cantik!

Siapa gak ingin punya istri kinclong?

Kulit kencang, glowing, awet muda?

Ternyata ada resep dari halaman rumah sendiri yang bisa dipakai, lho. Ssst, ini ada kisah seorang suami muda yang sayang banget sama istri dan putrinya lalu berbagi pengalamannya kepadaku. Mau tau nggak?

—–

Perjalanan ajaibku menjai relawan LMI di Ramadan 14412 H terus berlanjut dengan kata kunci : silaturrahim. Aku menelusuri kontak di HP dan sampaikan kepada seorang adik kelasku bernama W. Orangnya lucu, nyentrik, baik hati. Ia tak segan ikut menyumbang jika aku buat acara galang dana atau hadir di acara seminarku. Kalau lihat latar belakang pekerjaannya, orang sama sekali gak bakal nyangka W akan sangat telaten terhadap keluarganya.

Aku mengirimkan template ZISWAF lalu terjadilah obrolan panjang. Biasanya obrolan seputar perangko, tempat wisata dan sejenisnya. Kali ini ia memperlihatkan potongan-potongan lidah buaya yang membuatku melongo penasaran. Inti percakapan seperti ini.

“Nyobain ini, Mbak. Dikupas, diambil isinya. Nanti dicampur sama susu, kulitnya jadi kayak Cleopatra. Aku biasa buatkan ini untuk para princess ku.”

Whaaat?

Suami masak, ada. Suami rajin nyuci, ada. Suami belanja, ada. Suami rajin membuat kosmetik alamiah untuk istri? Wah, keren nih. Terus terang, hatiku sering galau melihat para suami saat ini. Ada yang susah komunikasi sama istri, ada yang sering berantem sama anak sendiri, ada yang kalau konflik lebih sering melarikan diri dari rumah.  Apalagi melihat berita di koran yang naudzubillah…sering hati ini menangis. Mendengar cerita W, tentu sangat menghibur. Di dunia ini insyaallah masih banyak suami dan ayah yang sayang keluarga!

Karena bagiku ilmu ini baru –aloe vera + susu –, maka aku lanjut nanya-nanya. Biasanya aku cuma pakai resep tradisional susu + jeruk lemon yang bisa membuat wajah cerah dan kencang. Kata W, aloe vera + susu bisa dipakai untuk kulit seluruh tubuh, leher, wajah bahkan rambut. Bila ada jerawat, tambahkan sedikit perasan jeruk nipis. Kepo juga aku! Kok bisa lelaki tahu sampai sebegitunya?

“Kakakku dulu cewek, jadi suka bikin-bikin kayak gitu. Jadi aku tau perawatan kulit,” jelas W.

Punya sisters banyak manfaatnya ya?

Para cowok jangan merasa sebel kalau punya saudara perempuan : ojek gratis, bodyguard gratis, kurir gratis. Punya saudara perempuan jadi nambah bekal ilmu dan pengalaman kelak  kalau punya istri.

Nah, nggak selesai sampai disitu. W ini bahkan memelihara bekicot dan lendirnya bisa dipakai untuk perawatan kulit wajah. Katanya, salon termahal pun nggak bisa menandingin efektifitasnya. Hahaha, iya deh! Percaya! Aku memang pernah beli produk masker pas di Seoul dulu dan isi masker tersebut tertulis terbuat dari sejenis bekicot/ siput. Hari gini beli apa-apa lewat online bisa, masih ada juga ya seorang suami yang rela merawat istri dan putrinya dengan perawatan tradisional hasil karya sendiri? Sampai-sampai rela memelihara bekicot di kandang dan rajin ngasih makan tiap hari. Tapi dipikir-pikir emang istri W cantik banget, dah.

Tuh kan, Para Suami!

Kalau dengar istri pingin cantik, jangan keburu diomelin karena harga meni pedi dan face treatment mehong! Coba deh para suami seperti mas W yang telaten. Udah istrinya tambah kinclong, hemat pulak, tambah disayang. Betul gak, Mas W? Buat para istri yang sudah disayang suami, jangan lupa juga balik menyayangi suami, ehm.

———

#kisahunik #kisahajaib #relawanLMI #silaturrahim #2

Sedekah mudah, sedekah berkah, semoga harta berlimpah.

Zakat fitrah 36K, fidyah 40K, Kel.dhuafa 200K, bingkisan lebaran 150K, iftar 20K, wakaf Quran 75K, wakaf Zakato Tower (bebas), infaq umum (bebas), & berbagai macam jenis wakaf yg bisa dipilih sesuai harapan muzakki

👉 E-wallet atau transfer bank, klik ini aja https://pay.imoneyq.com/laz/lmi/XW1VX

Kategori
Hikmah Pernikahan Rahasia Perempuan Suami Istri WRITING. SHARING.

Dia, Yang Mendapatkan Jodoh di Usia Sangat Matang

Perempuan pintar?

Terlalu mandiri?

Sangat metropolis?

Apakah benar perempuan tipe seperti itu akan lambat berjodoh?

Aku sering diminta menjadi konselor atua menulis di berbagai lembaga zakat, salah satunya LMI. Menjadi kebiasanku di saat Ramadan ikut berpartisipasi menggalang dana dari teman-teman yang kukenal. Bagian paling menarik dari tugas ini adalah ketika aku menyambung tali silaturrahim kembali dengan teman-teman yang lama tak kukontak karena masing-masing punya kesibukan luarbiasa.

Kemarin, kususuri nomer-nomer kontak. Berhubung HP pernah rusak dan harus diganti dengan ponsel sejuta ummat, aku harus kembali menginput nomer-nomer yang tidak terdeteksi menjadi nomer whatsapp. Lalu, aku menginput sebuah nomer dengan initial J (ah, nanti pembaca akan tahu nama aslinya karena aku akan berbagi link blog nya). Lalu muncullah pprofil picturenya dalam pakaian anggun putih nan cantik : ia telah menikah. Di blognya, kita pun tak akan tahu tahun lahirnya. Tapi pasti bisa mengira-ngira.

Aku dan J dulu sering bertemu di acara-acara literasi. Ia beberapa kali datang ke acara bedah buku. Ia, perempuan yang sosoknya langsung dapat ditebak sejak pertama kali bertemu : gaya bicaranya lugas, easy going, pintar karena banyak baca, sangat mandiri dan suka to the point. Perempuan pintar seperti J, wajar bekerja di tempat-tempat yang membutuhkan ketrampilan otak dan kemampuan negosiasi yang andal.

Beberapa tahun kami nggak bertemu, terlebih sejak Covid melanda awal 2020. Sesekali saja bertukar sapa dan terjadilah percakapan kemarin. Aku sempat merasa sungkan tapi sangat ingin tahu perjalanannya mendapatkan jodoh di usia yang sangat matang seperti ini. Ia bukan orang yang gampang tersinggung, kurasa, tapi tetaplah hal ini sensitif. Kutanyakan, apakah ia mau berbagi cerita? Karena pasti sangat bermanfaat.

Kusarankan bagi pembaca yang penasaran untuk langsung bermain ke blognya. Hal yang menarik adalah tulisannya yang terus terang mengungkap perjalanannya menemukan jodoh seorang lelaki sholih. Apa yang ditulisnya adalah refleksi pengalamannya dan aku salut sekali pada J. Ia tahu bahwa dirinya superior, pintar, sangat mandiri terutama finansial dan gaya hidupnya sangat metropolis sebagai seorang Muslimah. Ia memahami bahwa bagian-bagian spektakuler dari dirinya yang di satu sisi positif, di sisi lain dapat memunculkan kendala terutama terhadap lawan jenis. Tetapi ia tak pernah kecewa pada Allah, pada apa keputusanNya.

Suatu saat teman lamanya berkunjung dan terjadilah dialog-dialog yang lucu itu. Untuk usia J dan lelaki tsb, saling mengungkapkan keinginan utk menikah seharusnya tidak menjadi momen canggung. Tapi begitulah momen lamaran, bukan? Berapapun usiamu, kamu pasti akan canggung dan memerah pipi ketika meminta seseorang menikahmu. Aku terharu sekali membaca bagian ini dan…marah pada J bagaimana ia merespon lamaran si lelaki.

Ia tetap merasa superior! Pintar , sangat modern! Di hadapan lelaki sederhana yang jelas-jelas memintanya menjadi istri. Bahkan menurutku J sangat keterlaluan memperlakukan si pelamar dengan kata-katanya yang lugas (tajam dan nyelekit, kata orang Jawa).

Sekali lagi, aku tahu J bukan orang jahat. Ia memiliki personality sangat jujur, bahkan di perusahaannya ia adalah orang kepercayaan. Kecerdasan dan kejujuran yang berpadu satu, mungkin akan membuat orang menajdi sangat lurus. Kaku. Tak punya basa basi. Apakah bagi perempuan itu fatal? Hm, siapapun pasti punya pendapat terkait ini.

But, this is the best part.

Itulah bila jodoh di jalan Allah. Lelaki itu bukan mundur, merasa minder, atau merasa tak selevel. Ia yang matang justru mengungkapkan kenapa alasannya memilih J. Dan masyaallah…akhir kisah ini adalah kebahagiaan menyempurnakan setengah diin. Pernah, hatiku berkata.

“Ah, kamu sih terlalu pintar.”

“Kenapa kamu gak feminine sih? Sangat maskulin dan mandiri!”

Lelaki itulah yang kemudian beranggapan bahwa J tidaklah seperti kulit luarnya. Ia perempuan yang apa adanya, shalihah, tak suka mengeluh. Dari banyak orang yang menyangka J seperti apa penampakannya, lelaki shalih itu justru berpikir sebaliknya. Bukankah demikian jodoh? Saling melengkapi, saling mengerti dan memahami. Seseorang tidak perlu berpikir bahwa ia harus mengubah dirinya demi untuk mendapatkan orang lain. Tentu, bukan berarti karakter buruk tak perlu diubah ya. J tak bisa berpura-pura bodoh, bersikap feminine, berlagak mengalah demi agar lelaki mau mendekatinya. Banyak lelaki yang sudah mencoba mendekati J dari dulu tapi mereka selalu mundur karena hanya dari berbincang-bincang saja mereka tahu J sangat pintar.

Mungkin, ada banyak pihak yang tak setuju dengan J. Fitrah perempuan seharusnya lemah lembut, tunduk dan mudah ditaklukan. Tapi seharusnya fitrah itu ditujukan hanya bagi suami, bukan dunia luar yang seringkali penuh topeng.

Terimakasih, J. Atas pengalaman hidupmu yang berharga.

Aku punya sahabat-sahabat yang belum menikah hingga kini. Aku mencintai mereka dan kadang bertanya-tanya : apa salah sahabatku sehingga belum menemukan pendamping? Usai membaca kisahmu J, aku menjadi paham. Demikianlah seorang perempuan harus menghargai dirinya sendiri, mensyukuri apa yang telah Tuhan titipkan pada dirinya : karakter yang dibentuk orangtua dan lingkungan, pengalaman-pengalaman sulit di belakang, harapan-harapan yang ada di pundak perempuan.

Lelaki shalih itu tidak perlu mengenakan topeng apapun ketika bertemu denganmu. Ia langsung nyaman dan tenang, walau kamu J, butuh waktu untuk yakin. Kisah lengkapnya bisa disimak dalam beberapa tulisan. Untuk kamu yang menunggu, Allah Swt punya rencana istimewa untukmu

https://www.jazimnairachand.com/2020/12/menuju-halal-2.html atau klik ini tentang kisah pernikahan menuju halal

—–

#kisahunik #relawanLMI #silaturrahim #1

Sedekah mudah, sedekah berkah, semoga harta berlimpah

👉 E-wallet atau transfer bank, klik ini aja https://pay.imoneyq.com/laz/lmi/XW1VX

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Cinta & Love Hikmah Jepang Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian WRITING. SHARING.

🍒Zoom Wedding : Nikah Kala Pandemic💑

Kelas Pranikah di kala coronavirus melanda ini memang unik. Rizqi Allah Swt gak pernah bisa ditebak, kapan datangnya. Termasuk jodoh. Ketika mengisi kelas pranikah yang biasanya membahas tipe kepribadian calon pasangan, penyesuaian diri dan komunikasi positif dengan keluarga pasangan; bahasan-bahasan menarik muncul.

♥ Mungkinkah menyelenggarakan pernikahan kala pandemic?
♥ Konsepnya seperti apa?
♥ Apakah tidak lebih baik pernikahan tersebut diundur?

Nah, ternyata banyak yang sudah disiapkan rizqi jodoh oleh Allah Swt, maju mundur menikah lantaran pandemic. Ada yang ditentang orangtua karena berharap pesta pernikahan dihadiri lebih banyak orang, jadi nunggu pandemic berakhir. Ada yang menginginkan kalau pernikahan itu diundur saja, nunggu situasi reda.

Kalau kita lihat sisi positifnya nikah kala pandemic:
1. Efektif dan efisien : hemat waktu, tidak harus antri tempat yang kadang mengakibatkan pernikahan ditunda lebih lama gegara cari tempat sewa acara yang representative. Juga hemat-hemat lainnya🌳

2. Hemat biaya. Gak perlu sewa gedung, sewa hotel untuk kerabat, sewa berbagai macam barang, dll. Bisa diselenggarakan di rumah karena yang hadir tetangga dan ring-1 keluarga inti🌱

3. Tidak ada tabdzir atau hal yang terbuang , terutama hal makanan. Ingat tulisan saya ketika sepulang umroh dan bertemu mahasiswi Ummu Quro? Jamaah Haji Indonesia pernah menjadi jamaah terkaya dibanding jamaah haji dari manapun! Tapi karena terbiasa boros dalam hal apapun, kita sekarang seperti ini. Salah satu sesi paling membuang adalah ketika sesi makan prasmanan. Buanyaaaak bangettt buang makanan!🍄

4. Tidak ada “kewajiban balas jasa”. Mufti Menk pernah memberikan nasehat terkait pernikahan di wilayah timur (termasuk Indonesia) dimana biasanya pengunjung membawa bingkisan berupa hadiah atau amplop. Kelak ketika si pengunjung punya hajat serupa, ada semacam kewajiban tak tertulis bahwa orang-orang harus melakukan hal serupa. Padahal tidak benar demikian. Yang dinantikan dari tamu yang hadir adalah doa-doa mereka. Sementara pihak penjamu menyediakan makanan sesuai kadar kemampuan. Tidak perlu berlebihan. Tapi namanya orang ya, kadang ngerasa gak enak kalau cuma menjamu sedikit. Nanti apa kata orang. “Masak nikah cuma makan soto?” Akhirnya, membengkaklah biaya hajatan sementara tamu juga lebih focus ke makanan daripada mendoakan mempelai 🌿

5. Lebih sakral, syahdu, bermakna. Akan jadi kenangan indah sepanjang masa ketika seseorang menikah di tengah situasi pelik. Kadang pesta pernikahan begitu hebohnya dengan arus tamu keluar masuk, antrian makanan dan souvenir, music dan sesi foto non-panggung. Ajang reuni sekalian kan? Saat pernikahan digelar sederhana, mempelai bisa meresapi nasehat dari penghulu dan perwakilan tetua kedua mempelai. Terasa sekali kepasrahan kepada Allah. Terasa maut demikian dekat. Terasa bermakna penyatuan dua jiwa.🍂

6. Trus gimana dong memberitakan pernikahan, menyiarkan pernikahan? Keluarga besar dan sahabat-sahabat bisa ikut? Bisa dengan teknologi google meet, zoom atau sejenisnya. “Yah..gak seru sih!” Emang lebih seru ketika tatap muka. Tapi kan dalam pernikahan yang kita cari keberkahannya? Bukan sekedar keseruan pesta dan foto-foto yang bisa disebar. Lagian, gak akan terulang lagi di masa yang akan datang kala pandemic berakhir kita nikah via zoom-zooman lhooo🍁

Nah, tanpa mengabaikan protocol kesehatan, kalau memang waktunya sudah tiba; segerakan saja pernikahan. Gak perlu nunggu pandemic usai yang itu berarti akhir tahun 2020, atau malah 2021. Nanti si dia keburu disambar orang, lho!
Kalaupun terpaksa harus ada pesta pernikahan, tetap pakai masker, gunakan hand sanitizer, jangan berkelompok dan segera bubar begitu memberikan doa dan bingkisan. Biasanya WO di kala pandemic menyelenggarakan makanan dalam bentuk nasi kotak.

Selamat berbahagia, ya 😊

Catatan lainnya menyusuk yaaa

Catatan mengisi kajian Pranikah di Kmi Kagawa Kagawa, 27 Juni 2020 dan Salimah Banjarmasin, 28 Juni 2020

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Hikmah Jepang Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Seksologi Islami

Kagawa : Naruto, Kenshi Yonezu dan Komunitas Muslim Indonesia

Menjelang mengisi acara KMI Kagawa 27 Juni nanti, saya jadi ingin tahu : Kagawa itu di mana? Maklum pengetahuan tentang Jepang gak seberapa bagus. Kalau dengar kata Jepang pikiran biasanya tertuju pada produk otomotif dan elektronik. Lebih lanjut pada anime, manga dan game. Lanjut lagi pada AKB 48, Inuyasha, Samurai X, Kenshi Yonezu, heheh. Saking masih tertancap dengan Inuyasha dan Samurai X, dua karakter film itu muncul dalam novel Polaris Fukuoka.

Akhirnya, cari-carilah di Wikipedia.
Senang banget kalau informasi itu ternyata saling berkelindan. Oh, ada kota Naruto ternyata? Oh, ternyata Marugame itu nama tempat? Oh, Kenshi Yonezu dari Tokushima?

Kalau lihat di peta, Kagawa terletak di pulau Shikoku.
Sama seperti Indonesia yang punya Kalimantan, Jawa, Sumatra dll. Jepang juga punya pulau utama seperti pulau Hokkaido, Honshu, Shikoku, Kyushu, Okinawa. Nah, pulau Shikoku ini punya 4 prefecture ( mirip provinsi ya). Prefecture di pulau Shikoku ini adalah Ehime, Kagawa, Kochi, Tokushima. Kota Naruto terletak di prefecture Tokushima. Kota Marugame terletak di prefecture Kagawa.

Wah, jadi tahu kan?
Kalau tokoh Naruto karya Masashi Kishimoto dalam serialnya ternyata adalah nama tempat sementara Marugame yang nama udon itu, juga nama tempat!😆

Kenshi Yonezu, musisi berbakat dari Jepang ternyata lahir dari keluarga miskin yang tinggal di Tokushima. Moga-moga saya gak salah menyimpulkan ya. Siapa tahu ada Tokushima yang lain selain dari yang ada di pulau Shikoku 😁

Acara 27 Juni 2020 insyaallah diinisiasi oleh Keluarga Muslim Indonesia yang tinggal di prefecture Kagawa. Basecampnya sendiri ada di Takamatsu, ibu kota dari prefecture Kagawa.

✍️☪️KMIK – Komunitas Muslim Indonesia Kagawa

Orang Indonesia di mana-mana suka ngumpul.
Nggak cuma di dalam negeri, di luar negeri juga suka kumpul-kumpul. Yang buat saya salut, di luar Indonesia, komunitas muslim suka membuat pengajian dan galang dana untuk membangun masjid. Masjid di Jepang dan Korea bukan seperti masjid di negeri kita yang luas, lapang, dengan ciri khas kubah lengkung. Dapat tempat sewa yang bisa untuk menyelenggarakan sholat Jumat saja, sudah sangat bersyukur.

🕌Seringkali, masjid di luar negeri hanya berupa ruangan mirip kamar apartemen. Biasanya, setelah perjuangan bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, baru bisa membeli apartemen. Atau tanah untuk masjid sendiri.

Menelusuri facebook KMIK, ternyata baru berdiri sejak 3 Januari 2019. Terpampang jejak perjalanannya yang variatif. Video Ramadan dari tokoh muslim Jepang, seperti Haji Kyoichiro Sugimoto yang terkenal, moment-moment perpisahan dengan pelajar Jepang yang harus mudik (or pulang kampung) ke Indonesia.

Jangan lupa, promosi makanan khas Indonesia yang sangat dirindukan di tanah seberang : mie instan!!! 🍜🍜

Kwkwkwk. Ini makanan wajib ternyata ya??

Penggalangan dana juga beragam, mulai dari zakat, fidyah, hingga galang dana Covid. Pengajian-pengajian online terus digalakkan mulai tafsir Quran, fiqih dan kajian bertema aktual seperti kajian psikologi dengan tema jelang pernikahan yang insyaallah akan saya bawakan nanti.

Pengajian offline terlihat cukup ramai, ya.
Jangan bayangkan keramaian pengajian seperti tabligh akbar yang biasa digelar di masjid atau lapangan di Indonesia. Bisa ribuan sampai meluber ke luar lapangan dan ke jalan-jalan. Berkumpul 30-100 orang saja sudah luarbiasa. Mengingat dakwah Islam di Jepang masih perlu dikembangkan dengan berbagai pendekatan.


Bagi yang ingin nanya-nanya gimana kuliah di Jepang, gimana kehidupan muslim di Jepang, sekaligus mempersiapkan pernikahan baik di masa pandemic atau pasca pandemic; bisa bergabung di pengajian KMIK ini. Catat tanggalnya ya! Jangan salah jam 😊

💑Membahas pranikah memang asyik banget. Bagi yang belum nikah, pasti berdebar-debar kan (mirip saya dulu) ngebayangin calon pasangan kita seperti apa. Dia orang mana sih? Anaknya siapa? Cakep nggak? Lulusan mana? Trus, orangnya model gimana : jutek, lucu, pinter, lemot atau ngegas? Ngebayangin calon pasangan pasti harap-harap cemas.

⏳Daripada membayangkan yang tidak-tidak, mending mempersiapkan diri aja sebaik-baiknya. Sembari mempelajari kira-kira calon pasangan seperti apa nanti. Bisa jadi kan dia anak horang kayah atau orang prihatin. Bisa jadi ia sudah kerja atau masih kuliah. Bisa jadi dia anak sulung atau anak bungsu. Bisa jadi dia sudah hafal banyak juz atau malah baru belajar Iqro. Bisa jadi dia anak BEM yang mahir orasi, atau anak introvert yang suka Jejepangan. Atau siapa tahu, dia juga suka KPop? Tapi fandomnya berseberangan dengan kamu hahaha. 😁😆. Nah, gabung aja di sini ya!

*Mengenal (Calon) Pasangan*

👉Hari : Sabtu, 27 Juni 2020
⌛️Jam : 21.00 Waktu Jepang / 19.00 WIB
▶️Link : Zoom
📱CP : +817041210548 (Supriadi)
💕Penyelenggara : KMIK (Keluarga Muslim Indonesia – Kagawa)

Kategori
Artikel/Opini Catatan Jumat Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri WRITING. SHARING.

Bagaimana Jika Suami Memiliki 99% Otak Kiri ?

Ini sebetulnya sebuah metafora aja, ya. Karena nggak  mungkin secara fisik otak manusia kiri semua. Pastilah separuh-separuh; kanan dan kiri. Tetapi secara psikis, bisa saja otak lelaki didominasi left brain. Sangat taktikal, mekanik, teknikal. Dan ini saya temui dalam cukup banyak kasus. Jujur, saya justru banyak belajar dari para klien. Kenapa? Sebab merekalah yang langsung berjuang dan mencoba teori-teori yang saya pelajari di bangku kuliah dan pelatihan.

Ilustrasi otak kanan & otak kiri

Contoh kasus 1

Suami istri yang puluhan tahun menikah, sebagian besar anaknya kuliah. Selama menikah, si istri nyaris sama sekali nggak pernah mencuci baju dan memasak! Suaminyalah yang memandikan anak-anak, belanja ke pasar, memasak, mencuci, menjemur bahkan menyeterika! Padahal suaminya seorang pekerja. Ck-ck-ck. Denger ini saya heran sendiri. Ada ya jenis lelaki dan suami yang seperti ini? Trus apa tugas istrinya?

“Kata suami, saya disuruh mendidik anak sebaik-baiknya. Kata suami, mendidik anak itu nggak gampang. Pasti capek.”

Hm, baiklah. Ada quote suami istri paruh baya ini yang luarbiasa bagi saya. Si suami bilang, “lelaki itu harus banyak mengalah, tetapi jangan sampai istri menginjak-injaknya.” Masyaallah.

Contoh kasus 2

Suami istri yang terlihat garing hubungannya. Suami nyaris nggak pernah bersikap romantis pada istri. Boro-boro mengelus. Bilang sayang aja nyaris kagak pernah. Tapi si suami ini menjamin semua kebutuhan istri dan anak-anaknya. Bahkan semenjak anak mereka masih bayi-bayi, suamilah yang mengganti popok. Menggendong tengah malam hingga si bayi tertidur lagi. Kecuali jika si bayi mau menyusu.

Suami yang garing ini, membuat istri sangat tertekan. Sepanjang mereka menikah hampir tak ada sentuhan romansa. Singkat cerita, mereka ingin berpisah.

Clue

Melihat para suami seperti ini, awalnya kesal banget. Apa sih susahnya bilang cinta? Bilang sayang? Tinggal bilang, “Dek, aku cinta kamu.”

Atau whatsapp gitu. Kirim-kirim pesan love. Atau telpon sesekali dan bilang, “Say, aku kangen kamu lho.” Gak butuh waktu lebih dari 30 detik, kan? Cuma tinggal pembiasaan aja. Lalu, terjadi hal-hal yang membuat saya perlu merenungkan hal yang sepertinya gampang itu. Salah satunya, lewat tes kepribadian yang biasanya saya tawarkan kepada klien supaya kami sama-sama tahu profil kepribadian dan hal tersebut menjadi rekam jejak untuk langkah selanjutnya.

Para lelaki ini, yang sulit dan garing menyatakan cinta, memiliki gambar-gambar khas dalam tes proyektif. Ketika saya menyaksikan gambar-gambar tersebut, pelan-pelan menskoringnya, merumuskan grafik psikologisnya, mengklasifikasikan dan menginterpretasikannya ; masyaallah. Ada sesuatu yang menjadi pembelajaran luarbiasa.

Lelaki-lelaki ini begitu mekanik. Taktis. Teknikal praktis.

Ibaratnya, semua belahan otaknya berisi pertimbangan logis dan matematis. Atau, kalau kita pernah menonton film I Robot dan Elysium, lelaki ini seperti robot yang diprogram dengan desain tertentu. Diinsert dengan data tertentu. Softwarenya berisi file-file yang sudah baku dari pabriknya. Dengan kata lain, yang mereka pikirkan adalah : bagaimana anak istriku bisa nyaman. Bagaimana anak-anak bisa sekolah di tempat terbaik. Bagaimana bisa membelikan rumah dan kendaraan layak untuk istri. Bagaimana keuangan keluarga tak morat marit. Bagaimana harus menambah sumber pemasukan bila memang masih kurang. Matematis. Logis. Tipe manusia seperti ini benar-benar kalkulatif. Kalau merasa tak penting tak akan dilakukan. Kalau merasa tak salah tak akan minta maaf. Padahal istri ingin sekali sesekali suaminya mengaku salah (meski gak jelas apa kesalahannya).

Tetapi para lelaki dengan 99% otak kiri dan program robot ini bukannya tak punya perasaan. Mereka bisa menangis. Mereka bisa hancur. Mereka bisa tampak tak berdaya di depan konselor, tampak luluh  lantak dan bertanya-tanya : “apa yang harus saya perbuat lagi buat istri saya?”

Melihat gambar-gambar proyektif mereka, pemikiran dan perasaan saya seperti di-reset ulang. Ya, mungkin ini para lelaki yang demikian garing dan keras, lantaran sepanjang hidupnya di masa lalu dibesarkan oleh keluarga yang prihatin. Orangtua menyuruhnya untuk mandiri sejak belia, kalau bisa ikut menanggung beban adik-adiknya. Ya, setelah dilacak, nyaris tak sejenakpun para lelaki ini sejak masa tumbuh kembangnya merasakan dunia yang berbunga-bunga. Mereka kerja keras di masa sekolah, kerja keras di rumah membantu orangtua, kerja keras di tempat kerja.

Softwarenya sudah berisi file yang maskulin dan serba lelaki.

Lingkungan dan pengalaman bertambah-tambah membentuknya jadi semakin otak kiri.

Tetiba, saya mulai berpikir bahwa para lelaki dengan 99% otak kiri ini justru memiliki sisi hidup yang juga merana nan garing. Dan mereka juga menantikan sentuhan tangan para bidadari di sisinya.

Seseorang Harus Memulai

Jadi, suami yang harus berubah?

Atau istri?

Selalu ada cara untuk mencari pembenaran.

“Kalau suami sudah mencoba romantic, istri akan luluh,” kata perempuan.

“Kalau istri minta maaf, suami akan mencair,” kata lelaki.

Well, saya gak ingin memperpanjang alasan-alasan. Nanti akan seperti pertanyaan : lebih dulu ayam atau telur? Lebih baik, kita berangkat dari data yang ada. Dan mencoba menganalisa fakta.

Saya hanya bilang, kurang lebih.

“Mbak, pasti tertekan ya punya suami keras seperti itu.”

Sang istri menangis berlinang air mata.

“Kalau opsi berpisah memang jadi jalan keluar, okelah. Tapi kita perlu kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar tak ada sesal.”

Si istri terdiam.

“Saya cuma mau nanya, kalau nanti berpisah, kira-kira Mbak akan dapatkan lagi nggak jenis suami yang seperti dia? Yang kalau malam ngurusi anak-anak, mengantar jemput anak istri kemanapun, menemani Mbak pergi kemanapun Mbak mau diantar? “

Si istri tertegun. Meremas tissue. Merenung lama. Dan airmatanya tumpah ruah. Wajahnya tampak galau.

“Sebetulnya…harus saya akui. Suami saya baiiiik sekali. Sangat baik. Hanya saja ia begitu keras dan kasar.”

Saya lega mendengarnya. Lega bahwa ia bisa menemukan kebaikan suaminya.

“Saya juga nggak tau apakah kalau pisah bisa ketemu lagi laki-laki seperti dia.”

Demikianlah.

Ketika menyadari bahwa suami mirip robot atau manusia 99% otak kiri; setidaknya seorang istri memahami bahwa suaminya memang tipologi orang yang tidak suka mengumbar romansa. Tidak suka mengumbar kata-kata dan janji. Bahkan tak akan mengucapkan sesuatu yang dia tak akan bisa tepati. Sangat matematis dan logis. Gak ada manis-manisnya (beda dengan iklan air mineral : kayak ada manis-manisnya hehe).

Tetapi, siapa tahu ternyata Allah memang menciptakan lelaki ala ‘robot’ macam itu. Kenapa? Supaya ada tangan-tangan bidadari yang akan memeluk suami, menyentuhnya lebih dulu, membisikkan kata mesra. Pra istri yang akan meng-insert file kehangatan dan keceriaan dalam kehidupan suami yang garing karena tempaan hidup. Siapa tahu, dominasi left brain itu akan menurun tak lagi 99%. Memang tak akan langsung drastis berubah.

File kehangatan itu bisa dimulai dari kata-kata lembut dan kalimat mesra. Para istri yang didominasi perasaan dapat memulainya lebih dulu. Yakinlah, bahwa ciptaan Allah tak ada yang salah. Manusia –dalam hal ini istri- yang mendapat tugas untuk membentuk lelaki robot itu menjadi lebih humanis dan manusiawi.

Kategori
Cinta & Love Oase Pernikahan Psikologi Islam PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri WRITING. SHARING.

Salah Paham dengan Pasangan ( bag. 1)

Pernah nggak sih menangkap pesan yang berbeda dari apa yang dilontarkan suami/istri?

“Adek di rumah ngapain?”

Itu pertanyaan singkat suami ketika sore pulang ke rumah.

Pertanyaan yang membuat airmata meloncat dan menjawab panjang lebar :

marriage-relationships-couple-marriages-married_couple-miscommunication-spelling_error-bwhn1956_low.jpg
Marriage error-relationship

“Aku tuh belum sempat seharian istirahat sama sekali! Cucian baju masih numpuk-numpuk karena beberapa hari banyak acara. Setrikaan gak ada yang urus. Mau ke laundry gak sempat. Belum lagi cucian piring! Kenapa nggak masak? Itu rice cooker bahkan masih direndam! Coba deh, Mas kalau akhir pekan sekali-kali di rumah. Ngerasain apa yang aku rasakan. Jangan main bola, keluar sama teman-teman. Nanti akan merasakan beratnya ngerjakan semua pekerjaan rumah. Enak kalau ke kantor, masih sempat duduk , buka facebook, minum kopi!”

Suami melongo, mencoba sabar. Meski jengkel keluar juga pertanyaan, “kan aku tadi cuma nanya : adek di rumah ngapain? Lha kok…?!”

Setelah mengusap airmata, menarik nafas panjang, menenangkan diri.

Barulah pikiran perempuan bekerja.

Lha iya, sih. Tadi suami kan cuma nanya : di rumah ngapain?

 

Indera dan Persepsi

Panca indera itu pintu masuknya persepsi alias pemikiran, pertimbangan, kesimpulan, sudut pandang, cara pandang. Informasi yang masuk lewat indera akan diolah otak dulu. Kalau otak perempuan lagi capek, ya gitu deh.

Pertanyaan suami : “Adek di rumah lagi ngapain?”

Kedengarannya  : ”adek di rumah ngapain aja sih? Kok seharian urusan ruang tamu sampai dapur gak beres-beres. Di kantorku ada banyak perempuan bekerja yang sambil ngasuh anak, urus suami juga. Mereka bisa tuh bagi waktu. Adek seharian di rumah tapi nggak ada makanan, cucian piring dan baju numpuk nggak karuan.”

Padahal belum tentu ini yang ada di pikiran suami!

Begitupun, suami bisa melakukan kesalahan yang sama.

Ketika istri nanya, “Mas, pegang HPnya masih lama?”

Karena pikiran suami lagi jutek, eneg, empet dengan banyak agenda; jawaban yang keluar adalah : “Aku tuh lagi rapat online, Dek. Aku nggak pernah ganggu lho kalau kamu pegang HP. Aku ngertiin kamu lho kalau kamu lagi buka medsos! Lagian aku nggak sering-sering kayak gini. Lebih seringan kamu!”

conversation false.png
False communication

Nah!

Istri pun senewen.

Nanya 1 kalimat. Jawabannya 5 kalimat! Kalimat negatif lagi.

Kalau soal matematika kayak penjumlahan, perkalian, pangkat , eksponen!

Padahal kalau situasi adem, atau orang luar yang kayak lihat sinetron ini paling-paling bilang : harusnya dijawab gini yaaa, Bapak Ibu Terhormat .

+ Suami : “Adek, di rumah ngapain?”

~ Istri : “Seharian tidur. Aku capek banget beberapa hari ini. Beli makan di luar aja ya. Rasanya badanku udah mulai meriang, panas dingin , mau sakit.”

+Suami (jatuh iba) : “Ya ampun…kamu kasihan banget. Udah kubelikan, mau makan apa?”

Itu bayangan penonton!

Atau seharusnya demikian…

~ Istri : “Mas, pegang HPnya masih lama?”

+Suami : “Bentar lagi. 2 menit lagi. Habis itu kutaruh. Aku juga kangen kamu.”

Jiaaah.

#gombal

 

Tapi begitulah hidup.

Mau tahu gimana mengatasi kendala komunikasi.

couple misunderstanding.jpg
Misunderstanding

Pertama

Penonton selalu lebih pintar dari pemain.

Menilai suami istri yang lagi bertikai lebih mudah, daripada kita menjalani pertengkaran itu sendiri. Ih, harusnya si istri sabar sedikit, kek. Atau : dasar lelaki! Maunya menang sendiri.

Demikianlah yang namanya komunikasi. Pasti ada salah-salahnya. Pasti ada buntu-buntunya. Pasti ada sumbatan-sumbatannya. Dan yang paling bisa melihat korelasi itu semua biasanya penonton. Penonton bisa jadi orangtua, kakak adik, teman, konselor dan seterusnya.

Kenapa penonton lebih  pintar?

Karena melihat gambaran utuh.

Kalau dengar suami istri bertengkar, kita seperti melihat televisi. Tayangan slide maju mundur. Dan kita bisa menilai : Naah, ini ini bagian kalimat yang buat suami tersinggung. Ini bagian gesture suami yang buat istri marah.

Tapi pemain, pelakon? Belum tentu.

Karena dia tidak mendapatkan gambaran utuh informasi.

Makanya jawabannya pun tidak tepat. Nilainya separo/ gak komplit/ malah negatif, alias jawaban yang cacat.

 

Suami : “Adek di rumah ngapain?”

Si istri hanya melihat sekilas bayangan suami yang keningnya berkernyit, dahinya berkerut, wajahnya penuh tanya. Seolah suami mempertanyakan keseluruhan aktivitasnya. Padahal suaminya barangkali sedang menumpahkan perhatian : ngapain aja Say seharian di rumah? Aku ingin tahu aktivitasmu lho selama kutinggal dari pagi sampai sore.

Begitu juga istri ketika bertanya HP.

“Mas, masih lama pegang HP?”

Wajah istri yang bertanya-tanya ingin tahu seolah interview, interpretasi, lebih parah interogasi! Padahal bisa aja sebetulnya –andai dijabarkan- si istri akan menambahkan : “Kalau masih lama ku tinggal dulu aja. Aku ngurusi setrikaan bentar. Nanti kalau udah gak pegang HP, barulah kutemani makan sembari ngobrol-ngobrol.”

 

#senikomunikasi

#pasangan

#suamiistri

Kategori
Hikmah Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri WRITING. SHARING.

Cocokkah Orang Pintar Mendapat  Pasangan yang (Kurang) Pintar?

Anna (samaran),  terdorong rasa ingin tahu,  menjelang  menikah iseng mengajak calon suaminya mengikuti tes inteligensi. Hasilnya mengejutkan : calon suaminya memiliki skor IQ jauh di bawahnya. Mungkin penyebab yang terlalu mengada-ada, tetapi Anna benar-benar membatalkan pernikahan dencan calon suaminya.

Ia seketika gelisah dan terintimidasi, saat tahu kalau calon suaminya kurang pintar. Yah, begitulah kira-kira. Bagaimana nanti di tengah perjalanan? Bagaimana kalau suaminya lemot, dan Anna yang harus mengambil posisi memimpin untuk memutuskan perkara-perkara penting? Benar nggak sih, kalau orang pintar seharusnya nikah dengan orang yang sama pintarnya?

Dengan kata lain, kalau si cowok nilai raportnya rata-rata 9, berarti si cewek setidaknya punya nilai rata-rata yagn sama. Yah, 8 lah nilai reratanya. Kalau 6-7 masih kurang. Apalagi kalau di bawah 5! Begitupun sebaliknya. Kalau cewek selalu dapat nilai A atau A/B, dapat beasiswa ini itu, brillian di kampus dan organisasi; setidaknya dapat cowok yang sepadan juga, kan?

einstein and maric.jpg
Einstein & Maric

Albert Einstein & Mileva Maric

Hampir semua orang tahu Einstein dengan E = mc2 yang sering diplesetkan energy = makan cemal cemil, hehe. Di balik kesuksesan seorang pria, ada perempuan yang mendukungnya dari belakang : ibu dan istri. Ibu Einstein luarbiasa hebatnya, tentu tak terbantahkan. Masalahnya : apakah istri Einstein secerdas dirinya?

Jawabannya, ya.

Mileva Maric memiliki kegeniusan yang sama dengan Einstein. Bahkan surat cinta mereka ditulis dengan bahasa-bahasa kimia-fisika yang orang awam tak akan mengerti.

Awalnya, Einstein menjalin cinta dengan Marie Winteler yang cantik dan manja. Tetapi, lambat laun ia menjadi bosan karena surat menyurat mereka hanya berisi hal-hal melankolis dramatis. Einstein jatuh cinta pada seorang gadis pintar, dengan tubuh pincang, wajah tak terlalu cantik namun memiliki pesona. Mau tahu isi surat Mileva Maric kepada Einstein yang membius?

 

“Kuliah Profesor Lenard kemarin betul-betul bagus. Ia membahas teori kinetic panas dan gas. Ternyata, molekul oksigen bergerak dengan kecepatan lebih dari 400 meter per detik lalu professor yang baik itu menghitung dan menghitung… dan akhirnya keluar hasil walaupun molekul memang bergerak dengan kecepatan tersebut, tetapi ia hanya bergerak sejauh 1/100 lebar rambut.”

Surat menyurat keduanya bukan hanya membahas permasalahan pribadi tetapi juga penemuan ilmiah. Ya, mereka akhirnya menikah dan dikaruniai 2 orang anak : Hans Albert dan Eduard.Bahagia selamanya? Ternyata, cerita  tidaklah berakhir bahagia.

 

 

Permasalahan Si Orang Pintar

Einstein sangat cerdas dan, memiliki karisma alpha male yang luarbiasa. Wajahnya juga amat tampan dengan pesona yang mampu menaklukan hati para gadis. Mileva Maric sebaliknya. Tetapi bukan masalah penampilan yang menjadi sebab keretakan keduanya. Ketika karir Einstein melesat sementara Maric disibukkan dengan dua bocah lelaki; Maric mulai berontak. Bukankah mereka sama-sama bintang di Politeknik Zurich? Bukankah mereka sama-sama peneliti sains yang ambisius pada pencapaian?

Seenaknya, tak cukup memiliki sopan santun, punya konflik dengan rekan peneliti, menggila ketika kerja, tak mudah diatur; adalah jejak yang sama-sama dimiliki Einstein dan Maric. Pasangan seperti ini tampak sangat mencintai dan kompak pada awalnya, di satu titik, ternyata mereka tak dapat saling melengkapi.

Einstein berpisah pada akhirnya dengan Maric. Ia mencintai Mileva tetapi juga sangat kejam padanya. Kadang, kecerdasan seseorang sering berbanding terbalik dengan sifat empati. Maka tak heran, orang cerdas seringkali digambarkan tak punya hati, karena ia lebih sibuk berbicara dengan apa yang lalu lalang di benak.

Einstein punya catatan perjanjian dengan sang istri :

  1. Kamu akan memastikan pakaianku dicuci dan dibereskan.
  2. Kamu akan memastikan bahwa aku makan 3x teratur di kamar tidurku
  3. Kamu akan memastikan bahwa kamar tidur & kamar kerjaku selalu dirapikan, meja kerja hanya boleh digunakan olehku,

Setidaknya ada 9 poin yang diajukan Einstein kepada istrinya! Bahkan, si ilmuwan menekankan si istri tak boleh meminta keintiman atau hal-hal mesra lainnya.

 

 

kasturba & gandhi.jpg
Kasturba & Gandhi

Mahathma Gandhi & Kasturba

Kasturba adalah seorang perempuan sederhana. Perempuan rumahan yang tak pernah memiliki karir di luar rumah. Ia pandai memasak dan menenun. Sekilas, sosok sepertinya tak cukup pantas bagi lelaki yang sukses berprofesi sebagai pengacara di afrika Selatan : Gandhi. Sama seperti Einstein, Gandhi sangat cerdas dan memiliki karisma alpha male : ia tampan dan memikat.

Berbeda dengan Mileva Maric yang tak mampu mengimbangi langkah Einstein, Kasturba justru sebaliknya.Ialah pendukung Satyagraha & Ahimsa yang dicanangkan Gandhi.

Ketika Gandhi mewacanakan menenun kain sendiri, Kasturba yang pertama kali mengikutinya. Ketika Gandhi meminta Kasturba meninggalkan sendok garpu dan mengosek kamar mandi sendiri –sesuatu yang bertentangan dengan kasta mereka- Kasturba menurut patuh.

Kasturba memang tak memiliki kapasitas seperti Mileva Maric yang sangat cerdas dan mampu mengimbangi segala pemikiran intelektual suaminya. Kasturba mungkin tak mengerti mengapa sang suami meninggalkan kehidupan mapan dan memilih berjuang di India.

Satu yang dilakukan Kasturba : patuh.

Ledakan pemikiran, kekuatan semangat, kekeraskepalaan, sikap tak mau tunduk yang umumnya ada di perilaku orang-orang pintar; ternyata dapat diimbangi oleh Kasturba yang sederhana. Boleh jadi ia bukan perempuan brillian, tetapi jelas ia perempuan yang tepat.

 

IQ = Kematangan Kepribadian?

Siapa sih yang tidak ingin punya suami pintar? Siapa yang tidak bangga punya istri cerdas?

Setiap individu rasanya ingin punya pasangan yang dapat dibanggakan kepada orangtua, khalayak, teman-teman. Terkadang, keinginan itu menjadi sesuatu yang sifatnya lahiriah belaka tanpa melihat makna. Yang penting punya suami lulusan S2, dari universitas ternama. Yang penting punya istri dokter atau dosen. Keinginan itu tidaklah salah tetapi harus siap pula konsekuensinya.

Punya suami/istri super pintar akan menghadapi kendala seperti Maric/ Einstein. Orang pintar cenderung tak dapat dibantah dan suka seenaknya sendiri. Mereka kadang juga asosial, tak banyak punya teman, lebih suka bergulat dengan kecamuk pikiran sendiri. Pasangan hidup harus pandai-pandai menjelaskan ke keluarga. Einstein, selalu beperang dengan ayah ibunya ketika menjelaskan sikap Maric yang seringkali tidak manis kepada keluarga besarnya.

Bukan berarti bahwa orang pintar dilarang menikah dengan orang yang juga pintar, lho!

Ada kok dokter spesialis yang berjodoh dengan dokter spesialis, professor dengan professor, politikus dengan politikus, pengusaha dengan pengusaha. Tapi tidak semuanya demikian.

High IQ.png
High IQ

Sikap Anna di awal cerita tidaklah tepat. Memangnya orang IQ 130 harus menikah dengan yang IQ nya 130? Bisa-bisa nggak ada yang mau jadi makmum dan rakyat dalam rumah tangga kalau begitu!

Seorang yang super aktif di kampus dan peraih banyak beasiswa, tak harus mencari orang yang memiliki riwayat hidup sama. Boleh jadi, seorang lelaki yang sangat brilian di akademis, justru cocok dengan gadis yang biasa-biasa pencapaiannya tetapi memiliki sifat rendah hati, mengalah, sederhana dan tidak terlalu menonjol dalam akademis.

Begitupun sebaliknya.

Seorang gadis yang sangat berprestasi tidak harus menikah dengan lelaki yang memiliki segudang penghargaan dan medali. Mungkin, ia justru harus menikah dengan seorang lelaki sederhana yang akan menge-rem segala ambisinya.

IQ tidak segaris lurus dengan kematangan kepribadian. Terkadang, orang berIQ tinggi justru memiliki kemanjaan luarbiasa sehingga pasangannya harus ngemong sepanjang masa! Boleh jadi, yang memiliki IQ hanya rata-rata saja ternyata memiliki pribadi dewasa dan matang. Ia memang agak lambat memutuskan karena harus berpikir dua tiga kali sebelum memutuskan, karirnya pun tak bagus-bagus amat; tetapi ia adalah pendamping setia yang penuh cinta.

Nah, pasangan mana pilihan anda?

Tokoh tenar dengan IQ tinggi (kiri-kanan) :

 Habibie 200, Matt Damon 160, Rap Mon BTS 148, Natalie Portman 140

 

 

 

Kategori
Catatan Jumat Cinta & Love Oase Pernikahan Psikologi Islam PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian Suami Istri WRITING. SHARING.

Sempurna Hingga Ke Surga

Kisah suami istri ini demikian romantis, kebayang menovelkannya.emoji flower.gif

 

Sebut namanya Ali. Tinggi, atletis, ganteng. Ditambah pinter, baik hati, posisi bergengsi di instansi terpandang. Berkali-kali short course ke luar negeri. Australia, Swedia dll. Bule2 naksir Ali. Kebayang kan good lookingnya?

 

Sebut namanya Aisyah. Cantik, pinter, posisi bergengsi, mandiri finansial. Saking cantiknya, pernah 11 orang antri melamar!

 

Aisyah & Ali berjodoh. Sempurna. Fisik, finansial, karier, kesempatan. Selain beruntung, karib mereka sangat banyak karena Ali si good looking– berhati emas. Julukannya Ali si Baik Hati.

 

Orang tak tahu apa di belakang.

Orang tak tahu badai di depan.

gif shooting stars.gif

Beberapa tahun menikah, Ali jatuh sakit. Sakit yang amat jarang diderita orang kebanyakan hingga tubuh atletisnya memudar (dengar jenis sakitnya saja rasanya nyeri). Berat badan menyusut, kesegarannya hilang, ketampanannya lenyap. Ia hidup di kursi roda, tinggal kulit berbalut tulang. Cuci darah, jantungnya juga bermasalah, selalu berbekal oksigen kemana-mana. Ke kantor tertatih, di kantor tersedia oksigen besar. Di taksi selalu bawa oksigen kecil.

 

Aisyah si Cantik?

Setiap hari, sebelum kerja (dan sepulang kerja) memasak sendiri semua. Termasuk makanan kecil seperti pastel, bakpao. Ali doyan makan tapi makanannya harus amat dijaga.

“Honey, aku pingin ngemil,” begitu pinta Ali.

Aisyah bangun jam tiga pagi, nyaris setiap hari , untuk memasak menu utama dan makanan cemilan.

Terbayang betapa lelahnya Aisyah. Belum lagi ia harus berdedikasi di kantor. Mengingat, pengobatan Ali hanya sebentar ditanggung BPJS. Belum lagi, di belakagn punggung mereka berdua ada keluarga yang harus jgua ditanggung kebutuhan finansialnya. Saking capeknya Aisyah, kadang ia tak sadar tertidur di bawah ranjang masih membawa baskom berisi muntahan suami.

 

Bukan sekali dua kali Ali meminta Aisyah meninggalkannya,  “Honey, kamu boleh kok nikah sama orang lain. Kamu masih muda,  cantik.”

 

gif two people moon and star.gif

Tapi Aisyah menolak. Mereka sering tertidur sambil bergenggaman tangan. Saling memeluk dan menguatkan. Menangis bersamaan. Merasakan bahwa derita ini adalah milik mereka berdua, bukan cuma milik Ali seorang yang tengah diintai Izrail.

“Kita sempurnakan sampai akhirat ya, Mas,” Aisyah tersedu sembari memeluk suaminya.

 

Aku menangis melihat foto mereka saat Ali masih bugar. Lebih menangis saat melihat Ali sholat di atas kursi roda, bekerja mengetik di laptop di ranjang RS dg berbagai slang menancap di tubuh. Kecerdasannya masih dibutuhkan instansi tempatnya bekerja.

 

“Kenapa saya sangat mencintai mas Ali ya, Bu?” tangis Aisyah.

gif love.gif

Itulah mawaddah. Kau mencintainya karena ia tampan, cantik, pintar, berpangkat, nermartabat. Itulah wa rahmah. Kau iba kepadanya sebab ia lemah,  sakit, butuh bantuan, butuh penopang. Rahmah ini seringkali dianggap tak masuk akal. Suami lemah, sakit-sakitan, tak berdaya, tak mampu memberi nafkah lahir batin; mengapa tak ditinggal saja? Toh syariat memperbolehkan. Tapi demikian keajaiban sakinah mawaddah warrahmah. Sekali kita mengikat janji dengan seseorang karena Ilahi Rabbi; tiga elemen itu akan senantiasa mengiringi, insyaallah.

 

 

 

Teori cinta ala Zick Rubin dan Robert Sternberg pupus sudah. Cinta yang seperti bangunan segitiga, dengan sudut commitment, passion, intimacy. Cinta yang kokoh kuat konon kabarnya harus berdasar komitmen, kedekatan hati dan juga hubungan fisik yang intens.

Apa yang didapat Aisyah dari Ali dari segi passion? Nyaris tak ada. 7 tahun Ali terbenam di kursi roda, kepayahan bahkan hanya untuk berdiri sholat. Ali masih bekerja di kantor bukan hanya lantaran ia sangat pintar, tapi bekerja juga menjadi bagian dari semangat hidupnya.

Apa yang didapat Aisyah dari segi intimacy? Sangat minim. Sebab fisik Ali yang telah sedemikian lemah; tak dapat lagi menjadi teman berbagi untuk mendengar keluh kesah seputar kantor, rekan kerja, tuntutan atasan.

Tapi mereka berdua sungguh kuat mengikat diri dalam tali komitmen . Impian “kita sempurnakan hingga ke surga” benar-benar merasuk hingga Ali mencoba menghibur Aisyah untuk ikhlas dan sabar (ketika Aisyah pada akhirnya menolak meninggalkan Ali). Pun Aisyah mencoba ikhlas, bahwa Ali dengan segenap derita yang tertambat di dirinya adalah bagian dari perjalanan panjang mereka berdua.

Rubin dan Sterberg pun mengakui.

Jika ikatan passion mudah lepas, ikatan intimacy lebih kuat untuk terurai, maka ikatan komitmen itu betul-betul bagai rantai baja yang tak mudah teriris derita. Semoga, kisah Aisyah dan Ali yang sekelumit ini, memberi inspirasi cahaya bagi kita –bagiku juga- bahwa komitmen “sempurna hingga ke surga” itu sebuah teori yang mungkin tidak tercantum dalam jurnal ilmiah manapun, tetapi terpatri dalam jiwa sebagai ikatan janji kepada pasangan dan kepada Ilahi Rabbi.

 

Kategori
Buku Sinta Yudisia Cinta & Love Nonfiksi Sinta Yudisia Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Seksologi Islami

Seksologi Pernikahan Islami

Siapa yang bisa diajak bicara terkait seks? Suami? Orangtua? Kakak/adik? Teman? Atau justru lihat YouTube, cari info dari film macam Fifty Shades of Grey. Mungkin juga, buka situs-situs  yang dirasa informatif.
Seks adalah bagian dari hubungan suami-istri yang melibatkan banyak aspek. Bukan hanya fisik tetapi juga emosi, moral, tanggung jawab.
cover seksologi islami biru
Sayangnya, seks semakin kehilangan kualitasnya sebagai dari ibadah yang mulia.
Seks tidak lagi dilakukan dalam ikatan pernikahan atau dilakukan dengan cara semestinya.
Kalaupun dilakukan dengan pasangan sah; semakin pudar pula sebagai bagian dari pleasure principle. Bisa jadi karena kelelahan, hilangnya cinta, atau salah satu pihak mengalami  personality disorder, sexual abuse di masa lalu, adiksi pornografi atau bahkan menderita sex & love addiction sehingga berkali-kali melakukan affair hingga pasangan sah tidak lagi dapat melakukan hubungan intim.
Selain pendekatan agama dan ilmiah, buku ini dilengkapi penjelasan psikologis tentang bagaimana mengatasi berbagai kendala dalam pernikahan terkait seks.
ilustrasi seksologi
Craving Seksologi.JPG
daftar isi seksologi
Buku ini dikemas dengan warna biru tosca yang cantik, sampul hardcover,   lay out & ilustrasi menarik hingga tak bosan membaca. Tersaji dalam 314 halaman.
Harga: Rp. 135.000 (belum ongkir).
Pembelian jumlah tertentu dan reseller dapat diskon menarik.
☎📞Kontak
Vidi 0878-5153-2589
Arina 0815-4513-7523
————–
Rekening :
Mandiri 142-00-1673-5556
Bank Syariah Mandiri (BSM) 7070968597
BRI 0101-01-009291-50-9
Semua a.n Sinta Yudisia Wisudanti
————-
Pemesanan bit.ly/Seksologi
❤
💐
🌸
🌺
🍥
💐
🌺
🌸
❤
Kategori
My family Oase Perjalanan Menulis Pernikahan Psikologi Islam PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY UNTAG, My Campus WRITING. SHARING.

Saat Suami Dapat Mendidik Istri

 

“Kamu tuh hasil bentukan dan didikan suami kamu,” celetuk sahabatku. Begitu kira-kira konteks kalimatnya.

Aku terkejut. Selama 24 tahun menikah, hampir nggak pernah dengar kalimat seperti itu. Mungkin yang mirip-mirip ada, tapi kalimat yang diucapkan temanku belum lama ini menyentak betul. Bagiku, suami adalah kekasih, sahabat, mitra. Kadang teman adu urat leher juga hahaha. Kalau nggak ada suami, nggak ada yang diajak diskusi seru mulai anak sampai urusan sosial politik ekonomi.

Guru?

Apakah suamiku adalah guruku?

Hmmm.

 

Nasehat CJ Lewis

Penulis Narnia ini memberi nasehat kepada pendidik ,”alirilah gurun, bukan menebang pohon.” Konsep mendidik itu mungkin dilakukan suamiku ketika pada awal nikah, aku belum tahu mau jadi apa. Impian untuk jadi istri dan ibu yang baik, ada. Tapi adakah cita-cita selain itu?

Aku suka masak dan jahit. Aku pernah berjualan kue tradisional dan menjahit baju sebagai pemasukan tambahan dan penyaluran hobby. Aku juga suka nulis. Masalahnya, mana impianku yang benar-benar mau difokuskan? Nah, disitu masalahnya.

Aku suka jahit. Baju anak-anakku ketika kecil, nyaris semuanya aku jahit. Korden, aku buat sendiri. Seprei sarung bantal-guling, juga. Teman-temanku bilang : “buat butik aja!”

Oke. Bolehlah.

Aku juga suka buat patchwork. Patchwork ku, cantik-cantik lho. Dompet, tas dan berbagai kreasi kerajinan tangan. Suamiku, mendukung sepenuh hati. Tapi kayaknya ia pun jengkel setengah mati. Tiap kali aku ajak belanja, niatnya beli benang dan kain.

“Kenapa pulangnya bawa ember, sandal, keset dll??”

Rupanya suamiku nggak paham, kalau perempuan bilang 5 menit; itu maksudnya 1 jam. Kalau bilang cuma mau beli benang, itu maksudnya beli benang, gunting, pensil, kertas karbon, kain dan mungkin mesin jahitnya sekalian! Ternyata, aku punya kelebihan dan kekurangan yang baru kuketahui kelak ketika aku lulus sebagai psikolog.

“Ummi tuh nggak fokus, yah,” tegur suamiku. “Yang dikerjain apa aja sih?”

Kalau aku berangkat mau isi acara, suamiku udah rapi lebih dahulu. Aku masih sibuk belanja, cuci piring cuci baju, beberes kamar.

“Perempuan mana bisa pergi begitu aja! Kalau keluar rumah, ya yang di dalam harus beres dulu, ” kilahku.

“Ya, tapi skala prioritas dan fokus, Mi,” tegasnya.

Baru kuketahui, bahwa suamiku tengah “mengaliri gurun” dan bukannya “menebang pohon”. Ia nggak pernah bilang ,”ya udah, berangkat sendiri aja. Capek aku nganter kalau harus ngebut.” Meski ngomel panjang pendek, ia tetap setia mengantarku ke tempat acara.

Nggak pernah ia berkata, “kalau gini caranya, males aku antar kamu belanja!” atau ”kalau gini caranya, nggak usah nulis aja!”

Yang ia lakukan ketika  awal kumenulis adalah, terbangun di tengah malam, terkantuk-kantuk, membuatkanku secangkir kopi susu. Menemaniku yang masih terbata mengetik tak-tik-tuk; dan ia akan tertidur di kursi. Melihat potensiku yang masih sekecil kecambah alias taoge, suamiku nggak langsung menebangnya. Tapi mengairinya, entah kapan bisa jadi pohon kacang hijau.

Percaya itu Lebih dari Cinta

Kemarin, waktu naik ojek online, aku mendengar lagu manis Judika. Endingnya adalah :

Karena percaya itu lebih dari cinta

Duh, aku terharu banget dengar lagu itu. Sampai-sampai, putriku Arina menoleh ke arahku dan kami berpandangan sembari kompak berkata ,” manis bangeeett!”

Bertahun lalu, teman-teman perempuanku pernah berkata:

“Wah Sin, suamiku pencemburu banget. Mana boleh aku pergi nginap-nginap.”

“Suamiku nggak bolehkan aku jadi penulis. Katanya : buat apa?”

Anak-anakkupun nanya, “Abah nggak cemburu sama Ummi? Padahal ummi udah sampai kemana-mana, ke luar negeri juga.”

Yah.

Aku akhirnya nanya ke suamiku ,”Mas cemburu nggak kalau aku ke luar negeri? Kalau aku foto berdua dengan adik-adik FLP yang sebagian cowok? Kalau aku ketemu professor Koh Yung Hun? Kalau aku ketemu A, B, C?”

Jawaban suamiku simple, “aku percaya Ummi. Insyaallah karena kita diikat keimanan.”

Itu jawaban normatif yaaa.

Jawaban konyolnya adalah ,”gak ada yang lebih ganteng dari aku!”

Dan bener juga sih. Kalau dilihat-lihat, diamati, suamiku paling ganteng. Terserah cewek lain mau bilang apa yah. Bagiku, pria ganteng itu yang bisa sholat jamaah di masjid. Sederhana dalam berpenampilan, tapi tetap tampil stylish. Yang bisa jadi qowwam dan imam buat keluarga. Yang perkataan dan perbuatannya senada. Yang penyayang orangtua, istri, anak-anak, saudara-saudaranya. Yang punya banyak teman. Sebab, bagiku orang ini kharismatik. Dan itu suamiku kwkwkwk. Kalau ada kriteria yang lain dan itu cocok buat para istri, berarti lelaki itu paling ganteng buat istrinya.

Kembali pada asas percaya.

Suamiku mempercayaiku tanpa pernah bongkar-bongkar apa isi inbox FB, atau private message di whatsapp. Kalau sesekali ia melihat, wajarlah. Kadang, kami melihat HP satu sama lain untuk lihat foto lucu, meme lucu, video konyol atau bahkan pesan-pesan hikmah yang mungkin gak ada di HP sendiri. Tapi itu jarang sekali. Kadang 2 atau 3 bulan sekali.

Ketika melepasku ke luar negeri, yang dikatakannya adalah, ”aku bakal kangen. Tapi aku percaya Ummi.”

Akhirnya, aku tak pernah panik, khawatir, cemas, ketakutan kalau ketemu siapa saja yang ilmunya bisa kudapat. Aku ceritakan semua pada suami ilmu yang kuperoleh hari itu, pekan itu, tanpa beban.

“Mas, aku ketemu professor ini. Luar biasa pandangannya. Aku ketemu pengusaha ini, luarbiasa capaiannya.” Bahkan, “Mas, aku naik taksi, supir taksinya masyaallah banget…”

Cemburu?

Pernahlah. Tapi hanya di permukaan, nggak sampai yang benar-benar masuk ke hati. Aku sering sekali cerita tukang sayur, supir, tukang bangunan, satpam yang kukagumi lantaran kehebatan mereka mendidik keluarga. Suamiku akan berkata, “dulu Abah juga begitu. Kalau bukan karena Abah Ummi, Mas nggak akan sekolah setinggi ini.”

Penghormatan suamiku pada orangtua kami, sungguh luarbiasa.

 

Aku Harus Membekalimu

Murid harus lebih baik dari gurunya.

Aku pernah nanya : kok boleh aku kuliah S1, S2? Padahal saat itu ekonomi mepet dan situasi serba kejar tayang. Kata suamiku : kalau suatu saat nanti aku harus sendiri, aku punya bekal cukup untuk mendidik anak-anak dan membantu mereka sampai mereka bisa mandiri. Ini bukan berarti kami berpisah atau salah satu meninggal ya, huhuhu. Suamiku kerja di institusi pemerintah yang rotasi mutasinya tinggi. Sudah pasti, aku harus sendiri menangani anak-anak. Itu butuh ilmu, bahkan butuh support ekonomi juga.

Sinta Wisuda S2.JPG
Arina putriku, aku dan Agus Sofyan

Aku kuliah S2 magister psikologi profesi di Universitas 17 Agustus Surabaya lebih dahulu. Suamiku saat itu masih S1. Tapi ia biasa aja, bahkan sering mengantarku penelitian ke sana kemari, magang di RSJ Menur. Barulah kemudian suamiku lulus S2. Bahkan, ia sudah bilang beberapa kali : nanti kita bareng kuliah S3 ya. Aamiin yaa Robb…

Selama ini itu kuanggap mitra.

Tapi ternyata, itu juga sikap seorang guru.

Guru adalah pendidik yang mengairi gurun, menumbuhkan kepercayaan, memberikan teladan, mengembangkan potensi.

Pantas temanku bilang, “kamu tuh hasil didikan dan bentukan suami kamu!”

Tentu, jejak didikan orangtuaku masih tersisa di diriku. Tapi sesudah menikah, sungguh, suami adalah guru yang utama.

Ah, terimakasih suamiku, guruku.

Yang sudah rela berpayah-payah mendidik istrimu yang kadang manja, ngeyel, ngambek, sering ngomong ala perempuan banget (ya iyalah) yang buat suami elus dada. Potensiku berkembang dan melejit, karena guruku selalu mendorong di belakang. Mendampingi di samping. Dan kadang, ketika aku nggak tahu jalan, berada di depan untuk membukakan wawasan.

 

Kategori
Cinta & Love Oase Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri

Pisah Kebo (VS Kumpul Kebo) , baikkah?

 

Kumpul kebo? Pasti pernah dengar ya.

Rerata kita yang masih lekat dengan kultur timur nggak akan setuju. Apalagi yang lekat dengan kultur religius. Kumpul kebo artinya hidup serumah, tanpa ikatan pernikahan sah. Kenapa kumpul kebo, bukannya kumpul kucing, kumpul ayam, kumpul kodok; saya nggak tahu. Intinya, kumpul kebo sudah hidup seatap bak suami istri yang sesungguhnya. Makan tidur bareng, tapi tidak ada buku nikah. Tidak ada ijab qabul. Tidak ada saksi, penghulu, pun tentunya tidak ada komitmen. Bubar ya bubar aja.

Lalu apa kumpul kebo?

Apakah itu versi lawan dari kumpul kebo?

kerbau
Pisah kerbau

Makna pisah kebo dalam tradisi lama

“Pisah kebo” artinya hidup tidak serumah, meski masih suami istri. Penyebab pisah rumah, atau setidaknya pisah ranjang, adalah karena pertikaian, perselisihan, adanya ketidaksepahaman. Tetapi, di sini suami belum menjatuhkan talaknya. Belum terlontar kata-kata ‘cerai’ dari mulutnya atau perkataan serupa.

Pisah kebo di sini memiliki tujuan positif dan membangun.

Suami istri yang sedang tegang berat, harus dipisah. Ya, bagaikan minyak sama air. Kutub utara selatan. Balon dan jarum. Jerawat dan ujung jari jemari. Kalau ketemu, mungkin akan saling pencet , saling sikat sampai meletus salah satunya. Kalau nggak ada yang jedorrrr; kayak belum manteb.  Pernah kan lihat suami istri kayak gini?

“Aku mau ngomong, Mas!”

“Ya udah aku dengerin!”

“Mas itu emang gak perhatian. Aku ngomong cuma diem. Aku ngomel cuma muka masem. Aku maunya Mas ngomong, kita diskusi!”

Suami yang udah nggak tahan dengar omelan, maunya langsung cabut. Tapi istrinya nggak membolehkan suami kemana-mana. Pokoknya suaminya harus dengar, sampai salah satu meledak. Entah suami meledak karena nggak tahan kuping, atau istri meledak nggak tahan lihat suami diamnya keterlaluan.

Situasi yang serba salah dan tidak menentu ini, karena tiap kali bahasan mesti panas, kadang bisa diselesaikan dengan “pisah kebo”.

 

Kemana perginya kalau pisah kebo?

separation.jpg
Separation for a moment

Lagi ke rumah orangtua?

Nginap di hotel?

Curhat ke saudara?

Oho, tunggu dulu.

Ada beberapa pisah kebo yang sukses membuat suami dan istri mesra kembali, lebih lengket dari alas sepatu yang nginjak permen karet.

  1. Sebut Romi dan Suci (samaran) . Kebetulan, cek cok terus. Nggak pernah ada kata temu karena memang berbeda latar belakang, berbeda persepsi dan gaya komunikasinya beda banget. Si suami pintar dan kalem, istrinya over ekstravert dan harus dikasih tahu berkali-kali biar ngerti. Jadilah tiap kali ketemu, kayak balon nitrogen ketemu jarum. Jedar. Jeder. Jedor. Sekalem-kalemnya suami, kalau istrinya over cerewet akhirnya panas juga. Situasi rumah yang nggak pernah adem, akhirnya membuat penengah suami istri tersebut mengajukan usulan.

“Kamu harus minggir sebentar ke pesantren!” ujar mediator kepada Suci.

Suci menurut. Dengan seizing suami tentunya, Suci menyepi ke pesantren. Nggak jauh dari kota mereka tinggal, jadi Romi sering nengok si istri.

Eh, setelah pisah kebo seperti ini, timbul rasa sayang. Ternyata kalau jauh, kangen juga ya?

2. Beda Romi dan Suci. Beda pula Awan dan Bintang (samaran). Sama seperti Romi dan Suci, ampun deh dua-duanya. Kali aja tempurung kepala keduanya bukan tersusun dari unsur kalsium, tapi dari besi seperti kepala Magneto. Kerasnya minta ampun. Nggak ada kata ketemu. Kalau sudah marahan, entah di depan anak-anaknya juga berantem. Kan nggak baik kalau begitu, ya?

Untung saja, Bintang bisa pisah kebo sesaat. Kemana dia lari? Ternyata lari ke…rumah orangtua Awan. Bukan ke rumah orangtuanya sendiri lho.

“Kalau aku ke rumah orantuaku, mesti disuruh pisah,” kata Bintang. “Mending aku lari ke rumah mertuaku. Meski tetap aja diomelin, dimarahin, tapi mereka biasanya kasih masukan supaya aku sabar. Aku mau ngalah. Meski aku jengkel karena disuruh sabar; nginap di rumah mertuaku membuat aku merasa harus mempertahankan keutuhan rumah tanggaku. “

 

3. Ada lagi suami macam Tatsuo dan Yong Hae ( kalau ini nama tokoh yang ada di novel Sirius Seoul hehehe). Begitu istri-istri mereka buat masalah, para suami ini memutuskan pisah kebo. Ninggalin istrinya sejenak. Buat ngapain? Kalau Tatsuo ninggalin istrinya buat naik gunung. Kalau Yong Hae ninggalin istrinya buat mancing 2-3 hari. Hihihi…betah banget ya? Para suami ini pisah kebo dengan istrinya, untuk menikahi hobi-hobi mereka yang mungkin sudah lama ditinggalkan. Ada yang naik gunung, mancing, ke toko buku ( kalau ini mah cuma beberapa jam!) dll.

Para suami ini pisah kebo untuk menenangkan diri, mendinginkan pikiran, memuaskan letupan emosi yang disalurkan ke hobi bermanfaat. Kalau pikiran dan hati sudah lapang; kembali ke rumah. Siap-siap diomelin lagi ya, hehehe.

pisah ranjang.jpg
Pisah sementara

 

Baguskah pisah kebo?

Pisah kebo bisa jadi alternative penyelesaian, ketika kedua belah pihak merasa sama-sama benar. Merasa sama-sama nggak mau menurunkan tensi perseteruan. Kadang, pisah kebo bisa dilakukan baik-baik. Artinya, istri minta izin sama suami. Suami minta izin ke istri. Tapi yang kayak gini kayaknya agak susah kalau jujur, ya?

“Mas, aku lagi mangkel banget sama kamu. Izinkan aku ke pesantren ya!”

“Dek, Abang lagi setengah mati sebel sama kamu. Sampai-sampai Abang ingat cewek yang Abang taksir  waktu TK dulu. Izin mancing ya?”

Kayaknya gak bisa deh pakai bahasa jujur kayak gitu.

 

Salah satu pihak harus berkepala dingin, untuk menjalankan aksi pisah kebo.

Suci misalnya bilang, “ Mas, aku pingin belajar fikih deh. Biar ngerti dikit-dikit agama. Tahu sendiri kan, agamaku masih jelek.”

Romi ridho melepas istrinya. Bayangkan kalau Suci terus terang ngomong kalau dia lagi gak pingin ketemu suaminya!

 

Bintang pun demikian.

Izinnya, pingin ngajak anak-anak jenguk kakek neneknya. Padahal sebetulnya ia ingin menghindar sesaat dari suaminya.

Tatsuo dan Yong Hae pun demikian.

“Naik gunung bareng anak mapala,” atau ,”diajakin mancing sekalian reunian bareng teman SMP.”

Saat pisah kebo, para suami atau istri punya kesempatan sesaat menjauh dari akar masalah, pemicu masalah atau penyebab masalah. Dalam kondisi tenang dan menepi ( bukan menyepi, karena bisa jadi tempat yang dituju malah ramai seperti pesantren atau rumah mertua); ada kesempatan untuk menimbang lebih.

Banyak sekali, setelah pisah kebo, suami istri yang menyadari kekurangan diri dan kelebihan masing-masing.

 

Kata Romi, Suci lebih kelihatan tenang dan kalem dari pesantren; begitupun Suci jadi kangen kepada Romi. Awan lebih menghargai Bintang, karena istrinya mau menginap di rumah ibu bapak Awan sekaligus berkesempatan melayani mereka meski sebentar. Ayah ibu Awan senang pula melihat cucu-cucunya. Melihat Bintang mendapatkan dukungan penuh dari ayah ibunya, Awan pun lebih menurunkan tensi.

 

Tatsuo pun demikian.

Naik gunung hanya lihat pohon, rumput, batu; jadi ingat sosok istrinya yang bisa masak.

Yong Hae, setelah berhari-hari bertemu ikan, pun teringat sosok istrinya yang meski nggak bisa masak, selalu menyediakan teh hangat manis. Plus aroma panas omelan.

 

Pisah kebo dengan tujuan merenungi diri, merenungi makna pernikahan, mengingat tujuan hidup sembari menuliskan satu demi satu kebaikan pasangan jiwa; akan membawa kerinduan untuk bersama kembali.

Ah, meski dia galak, keras, terlihat jahat; sesungguhnya gak ada pasangan jiwa yang lebih unggul dari pasangan yang telah Tuhan pilihkan untuk kita.

 

Kunci pisah kebo :

  1. Niat
  2. Pilih tempat yang baik
  3. Pilih rekan/ mediator yang baik

Jangan sampai pisah kebo ke hotel, dengan layanan plus-plus!

——————————-

Sebagian tulisan kusisipkan dalam Seksologi Pernikahan Islami

Cover Seksologi Islami - Ungu

Kategori
Buku Sinta Yudisia Cinta & Love Nonfiksi Sinta Yudisia Oase Perjalanan Menulis

Seksologi Islami (1)

Antara Fatal Attraction dan Unfaithful

(1)

Setiap kali dengar kata seks, apa yang terlintas di benak?

Seronok, erotisme, film X-rated? Rasanya merinding, bulu kuduk berdiri, sebab terlintas adegan-adegan ‘panas’ yang mungkin secara tak sengaja pernah dikonsumsi. Atau tiap kali mendengar kata seks,  justru merasa hal tersebut merupakan  sebuah kata yang punya makna suci dan luhur.

Seksologi Islami! (1) - kecil.png
Utak atik cover pakai Canva 🙂

Seks memiliki makna istimewa dalam Islam, sebab dalam al Baqarah perempuan di analogikan sebagai ladang dan lelaki sebagai petaninya. Dalam psikologi, seks punya makna sangat penting. Hubungan seks bukan hanya merupakan pleasure principle saja, tetapi bermanfaat bagi sistem limbik-dalam yang menjadi salahs atu kekuatan relasi emosional antar manusia.

 

Tetapi, seks menjadi berbahaya bila dikonsumsi di luar nikah. Anda pernah menonton film Fatal Attraction yang dibintangi Michael Douglas dan Glenn Close, atau Unfaithful yang dibintai Richard Gere dan Diane Lane? Mengapa yang paling menjadi obsesif dalam seks di luar nikah adalah perempuan? Sebab sistem limbik dalam perempuan lebih besar dari lelaki. Dan begitu teraktivasi dengan seks, perempuan sulit melepaskan lelaki. Meski dianiaya sekalipun. Itulah sebabnya, sering dijumpai cowok cewek yang pacaran kelewat batas, sang cewek sulit melepaskan pacarnya, meski dianiya dan disakiti secara tak manusiawi sekalipun.

Seksologi Islami  kecil.png
Canva juga. Lebih cerah ya?

Buku ini sedang dalam tahap editing di penerbit. Jadi covernya bisa jadi bukan seperti yang saya posting di sini hehehe.

Mohon doa agar barakah bagi semua ya

Kategori
Cinta & Love Oase Pernikahan Psikologi Islam PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

#Jodoh (1) : Perlukah Tes Kepribadian untuk Memilih Suami / Istri?

Kasus 1

Seorang gadis, sebut namanya Ina, menangis ketika tahu keadaan calon suaminya. Ia dan Anton (samaran) berniat menikah selepas Ina kuliah. Mereka satu almamater dan berkenalan di kampus, disibukkan dengan agenda masing-masing dan menyepakati akan segera ijab qabul setelah selesai kuliah. Beberapa kali Anton masuk rumah sakit dan Ina tidak terlalu menanggapi. Ina berpikir, orang masuk rumah sakit karena DB atau tipus adalah hal biasa. Tetapi suatu ketika saat Anton masuk rumah sakit, Ina mengutarakan kepada orangtua Anton keinginan untuk menjenguk. Orangtua Anton menolak dengan alasan putra mereka butuh istirahat. Ina curiga. Sebab tidak ada teman-teman Anton yang menjenguk dan ia pun tertolak. Ina mengupayakan berbagai cara untuk mencari tahu dan alangkah terkejutnya Ina ketika pada akhirnya menemukan fakta, calon suaminya dirawat beberapa kali di …rumah sakit jiwa. Berlinang air mata Ina. Ingin ia meninggalkan Anton tetapi di sisi lain, Ina merasa Anton adalah lelaki yang sangat baik. Tulus. Jujur. Apa adanya.

 

Kasus 2

Sebut namanya Ayu. Seorang pebisnis sukses dan memiliki keluarga yang bahagia. Anak-anaknya cerdas dan pintar, dikaruniai suami lelaki yang baik dan penyayang, Adi (samaran). Dari luar, tentu banyak yang iri pada Ayu. Tetapi Ayu menyimpan masalahnya sendiri. Bertahun-tahun dalam kehidupan mereka, ialah yang menjadi tulang punggung. Mencari nafkah, berjualan apapun hingga laris manis dikenal pelanggan, mampu membeli properti dan mobil yang diinginkan. Termasuk, ia membayar hutang-hutang keluarga, utamanya hutang sang suami. Adi lelaki sholih tetapi ia tidak cukup tangguh sebagai pencari nafkah. Dahulu, Ayu menerima pinangan Adi karena melihat keluarga Adi kakak-beradik. Mereka orang-orang tough dan pejuang keras. Adi sendiri sebetulnya lulusan Universitas bergengsi. Tetapi ternyata, dari keluarga besar Adi, dialah yang berbeda. Jauh di luar dugaan Ayu, Adi ternyata tak memiliki daya tahan sebesar saudara-saudaranya.

 

*********

muslim wedding 2
Pernikahan yang penuh misteri

Ina, pada akhirnya berketetapan hati untuk menerima suaminya yang skizofrenia. Penanganan ODS- orang dengan skizofrenia ( untuk menghormati mereka, maka tidak disebut ‘pengidap, penyandang, penderita’) telah mencapai kemajuan pesat. Farmakologi alias bantuan obat-obatan dibutuhkan sepanjang hayat. Karena Anton menunjukkan gejala yang mirip sepanjang tahun, maka akan dapat diprediksi kapan datangnya gangguan. Yang penting, situasi dan lingkungan harus terkontrol. Anton kemungkinan harus tinggal di kota yang tenang, jauh dari tekanan dan kebisingan.

Begitupun Ayu.

Setelah ia menyadari bahwa kepribadian suaminya berbeda dari saudara-saudaranya terdahulu, bahwa suaminya memiliki potensi sendiri yang mungkin dalam pandangan orang terstigma sebagai pemalas dan orang yang enggan bekerja keras; Ayu  dapat menerima dan perlahan mencoba memahami. Konflik dan perang dengan suaminya masih berlangsung sesekali, namun kognisi Ayu mulai dipenuhi pemahaman sedikit demi sedikit.

Ada pernyataan menggelitik dari seorang psikolog.

Ia berharap, ada tes psikologi ketika sepasang calon suami istri akan menikah. Sebab menurutnya, tes psikologi sama pentingnya dengan imunisasi tetanus dan cek HIV Aids. Tes psikologi  akan memberi bekal bagi pasangan seperti apa kondisi belahan jiwa mereka.

 

Menilai Pasangan dalam Konsep Dunia Kuno

Sesungguhnya, menilai seseorang untuk masuk bursa kerja atau masuk bursa menantu/pasangan hidup telah dilakukan sejak zaman kuno. Kalau anda orang Jawa, pasti pernah dengan namanya weton. Weton ini mencakup hari lahir dan hari pasaran. Misal Senin Pon, Selasa Pahing, Rabu Legi dan macam-macam lagi. Orang Jawa yang memegang teguh aturan ini akan punya prinsip :  menikah harus hari ini, tidak boleh makan ini itu, dst. Secara pribadi saya kurang setuju dengan yang berbau khurafat atau takhayul. Namun tentang weton, saya melihatnya mirip zodiac.

Weton dan zodiac memprediksi tipe kepribadian seseorang. Namanya prediksi, tentu tidak mutlak 100% salah.

“Lho, katanya Aquarius tenang, kalem, menghanyutkan. Nyatanya dia keras dan gak bsia kompromi.”

“Ngakunya Leo! Pemimpin dan pendobrak, inisiator. Ternyata lahirnya doang yang Agustus, tapi nyalinya kayak anak kecil!”

Saya pernah bertanya tentang orang-orang yang saya kenal,  diprediksi wetonnya.

Sebut Tia dan Andi. Dua orang ini ternyata setelah ditelusuri memiliki weton yang keras. Harusnya mereka tidak menikah, tapi karena takdir  maka menikahlah. Orang-orang Jawa yang memegang filosofi Jawa dengan kuat mengatakan, orang seperti Tia dan Andi ini kalau tidak tirakat alias menahan diri dari segala godaan (godaan makan, godaan harta, godaan bicara, godaan marah dst) akan remuk redam rumah tangganya. Saya pikir ada benarnya. Sebab Tia dan Andi ini sama-sama keras kepala. Ampun dah kalau mereka sudah bertikai. Tidak ada yang bisa melerai selain diri mereka sendiri. Meminta Tia mengalah? Haduh, dia akan berkomentar bahwa dirinya sudah berkorban ini itu. Andi mengalah? Dia bilang sudah banyak mengalah sebagai laki-laki. Jadi? Syahwat Tia dan Andi dalam banyak hal belum dapat dikendalikan seperti syahwat bicara, dst. Istilah orang sekarang nyolot. Baik Tia atau Andi bisa berkata-kata yang membuat ubun-ubun berasap. Lha saya yang tidak seatap aja bisa panas kuping, apalagi mereka yang seatap seranjang saling melempar kata-kata tajam mendengar pilihan kata-kata mereka yang kelewat tajam.

Kejadian yang lain, sebut namanya Donna dan Rangga.

Sama seperti Tia dan Andi yang wetonnya tak selaras, Donna dan Rangga ini mendapat peringatan dari banyak kalangan bahwa pernikahan mereka akan penuh tantangan. Saya sependapat dengan para penasehat Jawa. Secara psikologis, Donna dan Rangga sama-sama anak mami yang sepanjang hidup mereka, sang Bunda mengambil alih peran kemandirian dan tanggung jawab. Alamak! Dua orang yang belum mandiri, manja, egois disatukan dalam satu mahligai. Yah, dapat ditebak Donna dan Rangga menjalani hari-harinya. Sampai-sampai seorang penasehat Jawa berkata : kalau keduanya tidak puasa Daud, pernikahan tersebut akan buyar.

muslim wedding 1.jpg
Indahnya mahligai

Menilai (Calon) Pasangan dari Sudut Pandang Psikologis

Menurut saya, tes kepribadian masih relevan untuk dilakukan bagi mereka yang ingin menikah; asal jangan tes inteligensi (kecuali bila sangat diperlukan). Sebab pernah terjadi kasus, sepasang calon pengantin akan menikah dan iseng-iseng mereka tes inteligensi. IQ si lelaki ternyata jauh di bawah perempuan dan calon mempelai itu lalu membatalkan rencana pernikahan mereka!

Tes kepribadian ada banyak sekali.

Yang sederhana, untuk dapat memahami OCEAN – openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreebleness & neuroticm. Manakah yang lebih dominan, manakah yang lebih rendah? Tes kepribadian inipun sebaiknya berupa anjuran, bukan seperti cek HIV Aids atau imunisasi yang lain. Sebab, di Indonesia pemahaman tentang dunia psikologis masih belum sepenuhnya diterima.

Dari sini, calon suami atau istri bisa mendapatkan data yang mungkin suatu saat dibutuhkan. Bila ternyata dengan data tersebut dia bersedia menerima dengan segala konsekuensinya, Alhamdulillah. Kasus Ina dan Anton adalah salah satu kasus sangat ekstrim. Sungguh indah kata-kata Ina.

“Mengapa saya sok suci dan sok baik, sok pintar dengan menilai Anton? Memang dia ODS, tetapi sepanjang saya berhubungan dengan lelaki, Anton lah yang paling baik. Saya belum pernah menemukan lelaki sebaik dia. Dia jujur, tulus, apa adanya. Saya khawatir ketika meninggalkannya, justru tidak mendapat lelaki sebaik dia.”

bulan nararya
Bulan Nararya : novel psikologis dengan kisah seorang perempuan yang memiliki suami ODS

Memang, orang-orang seperti Anton ini memiliki kekurangan di bidang stabilitas mental. Namun seringkali, orang-orang seperti ini yang sangat baik hatinya. Hati mereka suci dan murni, tidak memiliki prasangka dan kebencian sama sekali. Ah, memang Allah memberikan satu kelebihan dibanding yang lain. Lagipula, sebagai orang terpelajar, Ina lalu banyak belajar tentang ODS dan cara penanggulangannya; termasuk rutinitas mengkonsumsi obat dan mempersiapkan rencana masa depan. Masyaallah…cinta yang indah ya? Mengingatkan saya pada novel Bulan Nararya.

Ketika telah memiliki data tentang gambaran kepribadian calon pasangan, atau mungkin ketika kita telah  menikah dan baru tahu tentang tes kepribadian ini; gunakan data ini secara bijak. Jangan sampai ketika tahu kekurangan (calon) pasangan maka kita serta merta mundur atau meninggalkan. Boleh jadi watak pasangan keras dan tidak mau kompromi; tetapi dia tipologi orang yang mudah didinginkan dengan sentuhan dan kelembutan. Boleh jadi pasangan seorang pencemas dan selalu punya pandangan negatif terhadap segala sesuatu; tetapi di sisi diri kita yang punya sifat optimis dan terbuka, si dia akan melejit potensinya.

Love and marriage.jpg
Cinta dan pernikahan

Ingat, Kepribadian BUKAN Inteligensi!

Ayu dan Adi, Tia dan Andi, Donna dan Rangga mungkin terkecoh . Lelaki pilihan hidup mereka adalah lelaki brillian di dunia kampus dan dunia kerja. Adi, Andi, Rangga adalah orang-orang dengan inteligensi jauh di atas rata-rata; terbukti dari kemampuan akademis mereka dan keahlian bisnis mereka.

Perempuan seperti Ayu, Tia, Donna ‘terkecoh’ bahwa orang dengan inteligensi tinggi pastilah orang yang dapat diandalkan. Ternyata belum tentu demikian. Orang dengan inteligensi atau IQ tinggi belum tentu memiliki kematangan pribadi, mampu bersikap dewasa, dapat mengambil keputusan tepat di situasi sulit, menjadi solution-maker di saat kritis dan sederet harapan kita yang melambung tinggi.

Kadang, orang dengan IQ tinggi justru memiliki relasi kurang baik dengan manusia lain. Kadang orang dengan IQ sedang atau bahkan di bawah rata-rata dapat memiliki hubungan hangat dan harmonis dengan sekitar. Pendek kata, ketika memilih pasangan, janglanlah silau oleh sesuatu yang terlihat sebagai pencapaian, prestasi, kehebatan dan seterusnya.

“Wah, pasanganku aktivis kampus. Pasti dia keren!”

“Dia jadi pembicara dimana-mana, tentu senang kalau jadi pasangan hidupnya.”

“Pengusaha muda, pintar, kaya. Siapa yang nggak mau jadi istrinya?”

Inteligensi atau IQ sering dapat tampil ke permukaan tetapi karakter seseorang dapat tersembunyi jauh di dasar perilaku keseharian dan baru terlihat gambaran sesungguhnya ketika seseorang telah seatap, serumah, semeja makan, seranjang. Ada kan, orang yang demikian hebat di kantor, disenangi atasan, rekan kerja dan anak buah; namun di rumah perilaku dan kata-katanya sangat kejam kepada istri/suami dan anak-anak? Yang tampil di luar rumah adalah persona dirinya yang terpoles rupawan, yang ada di rumah adalah citra dirinya yang sesungguhnya.

Tes kepribadian untuk melihat profil psikologis pasangan, tentu harus hati-hati diputuskan.

Tes kepribadian untuk merekrut karyawan atau manajer telah lazim dilakukan, sebab ketika tertolak, calon pekerja dapat mencari pekerjaan lain. Tetapi profil kepribadian seseorang dalam rangka memilih atau dipilih sebagai pasangan hidup, dapat menjadi stigma yang melekat sepanjang waktu. Apalagi bila kemudian orang dengan hasil profil negatif, ditolak untuk menjadi calon menantu atau calon istri/suami.

Saya pernah melakukan tes kepribadian kepada seorang gadis, sebut namanya Lusi. Hasil tes kepribadiannya sungguh ‘ajaib’ sebab jalan kehidupan di belakang Lusi demikian traumatik. Rasanya ngeri membayangkan gadis seenergik Lusi memiliki kisah hidup sedemikian rupa. Saya sampaikan kepada lelaki yang baru menikahinya.

“Tahukah anda seperti apa masa lalu Lusi?”

“Saya tahu dengan persis Mbak, karena itu saya siap menikahinya dengan segala konsekuensinya.”

Lelaki sholih ini, sebut namanya Sholih, memang mencoba menepati janjinya. Ia selalu bersiap ketika Lusi tiba-tiba mengalami tremor hebat dan pingsan di jalan terkena situasi traumatik. Salah satu yang disiapkan Sholih adalah ia telah mengatur jadwal pekerjaannya dan berkomunikasi dengan rekan-rekan sekerja bahwa sewaktu-waktu ia harus keluar mendadak dari kantor sebab Lusi membutuhkan bantuan dirinya. Sholih juga memiliki beberapa nomer telepon darurat yang akan selalu dikontak untuk memastikan Lusi baik-baik saja.

Tentu ssaja, tes kepribadian untuk memahami pasangan ini tak diperlukan bila kita betul-betul telah memahami dia dengan sebenar-benarnya. Kadangkala, ada sisi keraguan dalam diri, apakah dia persis sama seperti kesehariannya di luar rumah? Benarkah ia penyayang? Benarkah ia orang yang lembut dan seterusnya.

 

Insyaallah bersambung:)