Kategori
Parenting Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY

𝐓𝐎𝐗𝐈𝐂 𝐌𝐀𝐒𝐂𝐔𝐋𝐈𝐍𝐈𝐓𝐘

Cowok ternyata gak selamanya kuat. Mereka juga bisa jatuh, terluka, sensitif dan nangis. Tapi biasanya; ketika ada cowok yang kayak gini, stigma kita udah langsung muncul : ah, lemah amat kamu. Cengeng!

Akibatnya, cowok suka gak berani menampilkan perasaan. Mereka kuat di luar, tapi rapuh di dalam. Betapa banyaknya lelaki yang tetiba menjadi agresif luarbiasa, atau bahkan jatuh pada psikotik (gangguan psikis yang sangat berat hingga pemikiran dan emosinya udah pecah berkeping-keping), gegara gak bisa cerita sampai di satu titik udah gak kuat lagi.😭

Betapa banyak anak lelaki yang semula riang berprestasi, lalu tetiba tampak murung menarik diri?
Sesungguhnya gak ada yang terjadi tiba-tiba. Semua sudah berproses lama, tapi gak kelihatan sebagaimana yang terlihat di permukaan.

Kenapa?
🟣Saat dimarahi di rumah oleh ortu, harus tampak tangguh (walau sebetulnya udah pingin kayak anak cewek yang nangis sambil gebrak-gebrak pintu)
🟣Saat diganggu oleh teman-teman cewek di sekolah , harus tampak tenang dan bijaksana : gak boleh membalas (hei, anak cowok gak boleh ngelawan anak cewek!), juga gak boleh tampak terintimidasi.
🟣Saat punya masalah dengan rekan kerja atau atasan perempuan; gak boleh bocor ke mana-mana. Meski perasaan sudah gak tahan, ingin berbusa-busa cerita.

Ada seorang lelaki muda yang pandai, cakap, berprestasi. Ketika ayahnya meninggal, mendadak ia menjadi 𝘪𝘯𝘴𝘢𝘯𝘦 alias kehilangan kewarasannya. Ternyata, ia yang tampak pintar dan selalu jadi kebanggaan keluarga; sangat rapuh di dalam . Satu-satunya yang bisa memahami dirinya adalah sang ayah dan ketika ayahnya wafat; pecahlah dirinya.😭

✒️Bila lelaki jauh lebih kuat dari perempuan; tentu bangsal rawat inap di poli jiwa tak ada kaum lelaki. Namun kenyataannya justru sebaliknya.

✒️Bagi kaum lelaki, berhentilah merasa punya kekuatan 𝘴𝘶𝘱𝘦𝘳𝘱𝘰𝘸𝘦𝘳 bak Gatotkaca atau Ironman. Lelaki dan perempuan sama saja; bisa kacau balau ketika tertimpa masalah bertubi.

✒️Bagi kaum perempuan yang menjadi istri, ibu, teman, sahabat, atasan, rekan kerja dsb : jangan anggap lelaki tak punya kelemahan. Mereka juga punya naluri, emosi, persepsi.

𝘚𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘴𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘪𝘯𝘢𝘳 𝘵𝘰𝘹𝘪𝘤 𝘮𝘢𝘴𝘤𝘶𝘭𝘪𝘯𝘪𝘵𝘺 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘙𝘢𝘮𝘢𝘥𝘢𝘯 1443 𝘏

Kategori
Artikel/Opini Cinta & Love Hikmah PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Rahasia Perempuan Topik Penting WRITING. SHARING.

TINDER SWINDLER & PEREMPUAN : KORBAN atau PANTAS DIKORBANKAN?

Menonton documentary Tinder Swindler, komentar pun terbelah. Apalagi kisah ini nyata banget di dunia per-datingan yang dibantu lebih mudah dengan aplikasi.
Banyak yang mencela Cecille, Pernilla dan Ayleen. Juga korban-korban yang lain.
“Lha, emang cewek cuma mau enaknya? Maunya dapat duitnya, dapat kayanya, dapat gantengnya? Giliran cowoknya susah dan butuh bantuan, nah lo!”
Walaupun dalam kisah Tinder Swindler, Simon Leviev (Shimon Hayut) dianggap sebagai pelaku fraud yang akhirnya dipenjarakan, yang ngebela Simon pun banyak.
Tuduhan-tuduhan terhadap cewek-cewek hedon macam Cecille mengalir.
“Kalau cewek macam lu gak gampang silau sama tajirnya cowok, ya gak bakal ketipu!”


Yang membela Cecille, Pernilla, Ayleen pun punya persepsi sendiri.
“Mereka adalah victim. Kok gak boleh bicara? Kok malah dihujat?
Yang akhirnya harus menghadapi bank-bank dan kreditur, dikejar-kejar penagih hutang adalah para cewek-cewek itu. Cecille harus berhadapan dengan 9 kreditur. Sampai-sampai saat ini, Cecille, Pernilla dan Ayleen galang dana karena mereka terlibat hutang yang sedemikian gedenya karena tipuan Simon. Simon? Sekarang udah bebas lho, memamerkan lagi pacar dan kekayaannya yang entah didapat dari mana.


The Tinder Swindler, adalah fenomena yang sebetulnya sudah lama terjadi di dunia percintaan. Cewek yang cepat tersentuh rasa emosionalnya, berhadapan dengan cowok yang porsi rasionalnya jauh lebih besar. Ketika cewek diliputi rasa cinta, kasihan, gak tega, ingin membantu; cowok bisa berpikir sebaliknya.
Seorang cowok -kalau nggak punya cinta di hatinya- lebih mengutamakan untung rugi ketika berhubungan dengan cewek. Bukan rahasia lagi, di era modern ini; banyak pula cowok-cowok yang kehidupannya dibiayai pacar ceweknya.
Ada diskusi menarik antara saya dengan beberapa orang, baik klien atau konselor yang cukup pantas direnungkan.
➖➖➖
🔻KORBAN SEKARANG SPEAK UP. KOK BARU SEKARANG? UDAH RUGI? DULUNYA UNTUNG?
Bisa jadi demikian.
Karena sekarang sudah rugi, jadi tertekan dan ingin bicara. “Lha, dulu kemana aja, Neng?” Ada orang-orang yang beranggapan, cewek sekarang juga pinter memutar balik keadaan. Oke, ini ada benarnya.
Tapi, banyak sekali perempuan yang tertipu karena si lelaki memang mahir sekali memanipulasi keadaan. Bukan berarti perempuan gak ada yang pinter manipulasi, ya. Ada juga. Dalam kasus-kasus seperti TS, perempuan butuh keberanian cukup untuk berani bicara. Misal, bayangkan seorang cewek yang bolak balik dipaksa melayani cowoknya, diancam, diterror. Kalau cewek itu imannya kuat, keluarganya kuat, lingkungannya bagus; dia pasti sejak awal berani nolak. Tapi kalau ceweknya rapuh? Gak punya siapa-siapa dan perjalanan keimanannya pun masih butuh dikuatkan, dia akan terjebak dalam dekapan cowok yang pandai merayu. Dia butuh mengumpulkan keberanian untuk mulai bicara.
Cecille dkk diancam dan diterror oleh Simon. Simon ini gak bergerak sendiri ya. Dia punya bodyguard banyak dan rekan bisnis banyak (ingat, dia horang kaya! Atau setidaknya, berpura-pura jadi orang kaya dan punya tim kuat yang ngedukung itu)
➖➖➖
🔻KORBAN JADI TERTUDUH
Ini yang paling menakutkan.
Cowok-cowok macam Simon, bisa memutar balik keadaan. Akun tinder Simon Leviev sudah dihapus, sekarang ia aktif di IG. Konon kabarnya ia melakukan pembelaan dan balik menuduh Cecille dkk mencemarkan nama baiknya. Bisa jadi, suatu saat cewek2 itu yang malah akan kena delik hukum. Mereka lagi lemah finansial, sementara Simon lagi banyak dapat dukungan dana. Terutama dari cewek-cewek yang jatuh hati padanya.
Saya bukan ahli hukum. Tapi nonton TS, jadi sedikit paham bahwa banyak kasus, korban akhirnya menjadi pihak yang dianggap mencemarkan nama baik karena lemahnya bukti.
➖➖➖
🔻KORBAN HARUS GIMANA?
🟡Pertama, menyimpan dan mengumpulkan bukti dengan baik. Semua chat, foto, voice note, video, dll jangan dihapus. Apalagi jika ada konflik dan sedang perang besar, cewek biasanya suka menghapus semua history chat. Cecillie dkk bisa membuktikan karena mereka masih lengkap menyimpan data (walau ada pula tuduhan, itu bisa direkayasa)
🟣Kedua, cari orang untuk menguatkan. Cecille mengontak orangtuanya. Ibunya selalu menguatkan dia. Keluarga, sahabat, dapat menjadi penguat di saat kritis. Cecille bahkan beberapa kali ingin melukai diri dan menghilangkan nyawa.
🔵Ketiga, niat baik. Terlepas segala kekurangan Cecille, Pernilla, Ayleen; mereka mengatakan bahwa walau airmata mengalir demi melihat banjir hujatan comment, mereka bilang bahwa mereka ingin setidaknya 1 perempuan saja terlepas dari cengkaraman lelaki seperti Simon. Terbukti, beberapa korban selain mereka mulai speak up. Dapat dibayangkan seperti apa gentarnya hati perempuan ketika akan berbicara.
🟢Keempat, hubungi pihak-pihak yang terlibat dan bicarakan dengan terbuka. Salut juga dengan Amex (American express) yang membantu Cecille dkk untuk dapat menemukan solusi. Walaupun cewek2 itu tetap dibebani hutang dan harus dibayar, Amex membuka kesempatan diskusi. Semula, Cecille dkk sempat berbohong ttg penggunaan uang2 tsb. Lalu, mereka mulai berpikir harus bicara jujur walau malu dan dianggap bodoh.
➖➖➖
Pendapat anda bagaimana?
Kalau ada pro kontra, silakan diskusi dengan bahasa yang santun ya.

#tinder #thetinderswindler #relationship 🔵

Kategori
Hikmah Pernikahan Psikologi Islam PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri Topik Penting

Lingkaran Rumit KDRT

Kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga, seringkali tak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Beberapa di antaranya terjadi dalam  waktu belasan bahkan puluhan tahun, bahkan menyisakan permasalahan besar yang bahkan tak terselesaikan. Ada yang tegar keluar dari permasalahan, ada yang terseok, ada yang menyerah dan pasrah bagaimanapun endingnya.

Video OSD yang ramai dengan pro kontra (video itu sebetulnya sudah berusia 2-3 tahun lalu, dan baru ramai kini), sesungguhnya menguak kembali pandangan-pandangan kita terkait KDRT. Antara harus sabar atau berani menghadapi situasi, diam terhadap suami atau menentangnya, menyembunyikan permasalahan atau membongkarnya; semua punya persepsi sendiri-sendiri. Yang mencoba bertahan dalam pernikahan karena ingin pahala kesabaran, itu baik insyaallah. Yang ingin melawan kedzaliman karena  termasuk jihad fii sabilillah, itupun baik insyaallah.

Saya ingin berbagi cerita tentang mereka yang berhasil bertahan dan berhasil melawan, juga mereka yang gagal bertahan dan gagal melawan. Di sinilah kita merenung, mana kekuatan yang harus dioptimalkan jika ingin memilih salah satu : bertahan atau melawan.

Dimulai dari sebuah fenomena kisah perempuan dengan nama samaran Dea, Lola, Sofia, Mirna

  • Dea. Mengalami KDRT panjang. Lalu diam-diam melarikan diri bersama satu anaknya, hanya dengan baju melekat di badan. Perlahan Dea bangkit, bekerja, terseok. Ketika remaja, anaknya memprotes Dea karena Ananda merasa kehilangan sosok ayah
  • Lola. Mengalami KDRT panjang. Ia perempuan berkarir yang juga punya trauma kekerasan dalam rumahtangga orangtua. Lola bertahan dalam kesulitan walau dirinya babak belur karena tak ingin anak-anak tak punya sosok ayah
  • Sofia. Mengalami KDRT panjang. Ia memutuskan berpisah ketika anak bungsunya berusia SD kelas atas, agar anaknya menjadi saksi dan tidak memprotes ketika orangtua berpisah
  • Mirna. Mengalami KDRT panjang. Orangtua Mirna akhirnya turun tangan dan mencari berbagai cara agar Mirna terlepas dari suaminya. Perpisahan terjadi, Mirna terlepas dari KDRT tapi mengalami hantaman psikologis berat karena ia ternyata masih sangat mencintai suaminya

Contoh-contoh lain dari dunia sekitar kita sangat banyak. Bahkan mungkin, di tengah keluarga besar kita ada yang mengalami permasalahan KDRT yang telah terpendam bertahun-tahun. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa para perempuan itu tidak bisa berpikir logis? Tinggalkan saja lelaki penganiaya seperti itu. Rizqi Allah luas. Jadi, apa yang ditakutkan? Ada beberapa sebab mengapa KDRT menjadi persoalan rumit yang tak mudah diselesaikan seperti sinetron.

  • Lelaki yang melakukan KDRT biasanya memiliki gangguan psikologis. Ia tak mudah menerima keinginan istri untuk berpisah. Walau tampaknya sebagai suami ia baik-baik saja, ketika bahasan sampai pada persoalan inti seperti ini : bagaimana pernikahan berjalan seharusnya? Apa yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri? Bagaimana suami istri harusnya saling mendukung? Pertanyaan-pertanyaan penting semacam itu tak akan muncul dalam diskusi dengan mudah dan muncul ke permukaan. Pertengkaran, dominasi dan akhirnya salah satu terpaksa diam bila tak ingin pecah pertempuran
  • KDRT yang terjadi sekian lama, membuat perempuan pun melemah secara psikologis. Ia rapuh, rentan, sensitif, dan bahkan sulit berpikir jalan keluar. Kenapa? Karena self -esteemnya sudah hancur. Harga dirinya sudah remuk redam. Ketika ada orang yang mengajaknya keluar dari permasalahan, seringkali seorang istri sudah tak mampu menimbang dengan baik. “Nanti apa kata orang? Nanti suamiku bagaimana? Nanti hidupku bagaimana?” Padahal, ia sendiri sedang butuh bantuan tapi pikirannya justru tak tertuju pada menyelamatkan diri sendiri
  • Dunia timur mengharuskan memikirkan keluarga besar. Pikiran-pikiran yang berkelindan muncul : “orangtuaku sudah tua. Bagaimana mereka menerima kenyataan anaknya berpisah?”
  • Stigma janda. Sebagian beranggapan menjadi janda sungguh tak mengenakkan. Lebih baik memiliki posisi sebagai istri dan punya suami, daripada ditanya oleh orang : “Oh, saya seorang janda.” Padahal, menjadi janda dalam agama Islam justru sebuah posisi terhormat yang harus dijamin hak-haknya
  • Ketakutan anak-anak tak memiliki figure ayah. “Bagaimanapun, suamiku baik sama anak-anak. Anak-anak juga sayang ayahnya.” Melihat bahwa hubungan ayah anak masih baik, membuat seorang istri berpikir sekian kali untuk melepaskan diri.
  • Istri tak memiliki figure kuat selain suami. Tak ada lagi ayah atau saudara lelaki kuat sebagai pelindung, sehingga ia pun tak tahu ke mana harus berlari ketika mengalami penganiayaan

Bagaimana sesungguhnya jika seseorang ingin bertahan dalam kesabaran, atau ingin keluar dari lingkaran? Semua harus bersumber dari kemauan diri sendiri. Sebab, bila berasal dari orang-orang sekitar, hasilnya tidak akan positif.

Mirna misalnya. Orangtua dan saudara-saudaranya tak tahan melihatnya babak belur dipukuli suami. Mereka beranggapan Mirna terlalu lemah hati. Hanya memikirkan suami dan bukan anak-anaknya. Bagaimana tumbuh kembang seorang anak bisa menyaksikan ibunya dipukuli setiap hari? Prosesi melepaskan Mirna dari suami seperti di film-film action. Hasilnya? Jerih payah orangtua dan saudara justru memukul balik Mirna: ia menangis setiap hari, linglung dan selalu ingat suami!

Langkah-langkah bila terjadi KDRT :

  1. Yakinkan diri sendiri. “Apa sebenarnya yang kumau?” Kalau galau mencari keputusan, perbanyak istikharah. Baca al Baqarah, baca al Quran. Berdoa. Cari nasihat dari para penyintas dan dari konselor pernikahan, juga dari ahli agama. Terutama pakar syariah.
  2. Ingin bertahan? Perkuat diri. Terus konseling dengan ahli bagaimana cara melepas emosi dengan bijak. Rasa tertekan dari suami bisa berubah menjadi agresifitas pada anak-anak. Singkirkan barang-barang berbahaya yang bisa dipakai untuk melukai. Siapkan kamar khusus tempat perlindungan diri, terutama bagi anak-anak
  3. Ingin berpisah? Perkuat diri juga. Sebab keinginan pasti pasang surut, mengingat perjalanan berpisah tak akan mudah. Pelajari hukum agama dan hukum perdata. Pelajari juga hukum agama
  4. Siapkan mental bila terjadi hal-hal tak terduga. Beberapa kasus mengharuskan istri dan anak melarikan diri tanpa membawa bekal apapun. Apalagi bila seorang suami yang KDRT terbiasa mengkonsumsi alkohol dan sedang terlibat perselingkuhan

Kisah Sofia yang selamat dari KDRT dan sekarang hidup menjanda dengan anak-anaknya, bisa menjadi gambaran perjuangan seorang perempuan lepas dari kekerasan.

Sofia tahu tak mudah lepas dari suaminya. Ia juga menimbang, berpisah saat anak-anak kecil bisa jadi membuat cerita berbalik di kemudian hari . “Ibumu yang ninggalin ayahmu!” Begitu kekhawatiran Sofia (hal ini terjadi pada Dea). Setiap malam, Sofia menyiapkan mental akan dipukuli suami. Ia bahkan menyiapkan posisi terbaik, bila dipukuli suami padahal sedang hamil!

Ketika anak bungsunya SD dan sudah mulai bisa berkata, “Kenapa Ibu nggak pisah dari Ayah?” maka Sofia merasa ini waktu yang tepat untuk memulai langkah berikut.

Sofia punya abang lelaki (ini salah satu sisi kekuatannya), ia berkoordinasi. Bahwa ia akan berlindung pada keluarga abangnya dan meminta abangnya yang lelaki nanti berani menghadapi suaminya jika mengamuk. Sofia bahkan meminta maaf kepada tetangga-tetangga abangnya bila prosesi itu akan menimbulkan keributan. Luarbiasa bukan, perjuangan Sofia? Kita terengah mendengarnya.

Proses berliku itu alhamdulillah berujung usai. Sofia resmi berpisah dari suaminya. Ia membesarkan anak-anaknya seroang diri. Di kemudian hari suaminya membaik, dan sekarang sudah berkomunikasi kembali dengan anak-anak walau Sofia tak memikirkan rujuk.

Ketika kita membaca kisah Dea, Lola, Sofia, Mirna; mungkin hanya butuh waktu 10 menit membacanya. Mereka butuh 10 tahun, 20 tahun, bahkan seumur hidup untuk berjuang melawan KDRT.

Sekali lagi, tak mudah menjadi sosok seperti Sofia. Sebab tak semua perempuan memiliki posisi sepertinya yang memang memiliki fisik kuat (tubuhnya tinggi dan terlatih), psikis kuat (Sofia punya tipe kepribadian yang ekstrovert, periang, easy going, cukup tenang) dan seorang abang penyayang yang keluarganya supportif mendukung Sofia.

Lola, memutuskan untuk bertahan.

Ketika teman-teman, saudaranya gemas dengan kesabarannya, ia hanya berkata, “ya, memang ini sudah jalan hidupku. Sudah garis takdirku.” Kita bisa memaklumi Lola, sebab hanya suami satu-satunya relasi terdekat yang dimiliki. Ia tak punya orangtua, satu-satunya saudaranya pun punya masalah keluarga yang sama rumitnya. Sejak remaja, Lola sudah memiliki kepribadian rapuh karena orangtuanya pun hidup dalam KDRT.

Hanya doa-doa yang bisa kita lantunkan bagi para perempuan seperti Lola yang terjebak dalam sebuah perjalanan panjang pernikahan yang kelam.

Sekali lagi, kunci KDRT adalah : apakah sikap yang akan dipilih? Bila pilihan-pilihan itu telah menjadi ketetapan hati, teruslah bermunajat kepadaNya memohon pertolongan jalan keluar terbaik dan dimudahkan urusan. Kisah seperti Lola yang mencoba bertahan dalam kesabaran, ada pula yang berbuah manis. Suami yang akhirnya luluh dan memperbaiki diri.

Dalam kehidupan Dea, Lola, Sofia dan Mirna, tersimpan rahasia-rahasia pernikahan yang hanya mereka yang tahu. Apa yang terjadi sesungguhnya, hanya mereka dan Allah Swt yang tahu. Kita hanya bisa melihat dari luar dan memberikan masukan. Seorang psikolog dan psikiater hanya bisa memberikan dukungan sesuai keputusan klien. Karenanya, agama pun memberikan beberapa pilihan dan semuanya baik bila diniatkan karena Allah Swt.

Allah Swt akan memberikan kekuatan kesabaran bagi perempuan yang memutuskan untuk bertahan. Tapi bila seorang permepuan tak kuat menghadapi KDRT, bukan hal buruk baginya untuk berlari mencari bantuan. Seringkali bahkan stigma bahwa ia membongkar aib suami menjadi ancaman yang mengikat langkahnya. Selama ia benar-benar berniat ingin terlepas dari kedzaliman, berkonsultasi pada pihak ahli, mencari nasihat dari para penyintas; itu adalah rangkaian upaya baginya untuk berjuang di tengah badai.

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri Topik Penting WRITING. SHARING.

Layangan Putus : Antara Writing Therapy & Story-telling

Ada suami yang mengeluhkan istrinya sekarang sangat khawatir kalau suaminya selingkuh. Sampai-sampai ke manapun suami pergi, dikuntit. Termasuk ke kios terdekat.

Ada jomblo yang curhat, ia dan kawan-kawannya semakin takut menikah.

Ada perempuan-perempuan yang bercerita, mereka semakin geram dengan pelakor.

Ada orang-orang yang mengutuk : writing therapy? Sesudah sakit hati makan royalty? Yang nulis sembuh, yang baca jadi sakit? Gak usah writing therapy! Kalau sakit, sakit aja sendiri!

Novel Layangan Putus dan web series di We TV menuai pro dan kontra. Ada yang terinspirasi dengan ketegaran Kinan, tapi ada pula yang gusar dengan issue perselingkuhannya. Apalagi, sosok Aris menurut Benni Setiawan sang sutradara, dikisahkan manipulative. “Manipulatif” adalah keahlian yang jauh melampaui keahlian berbohong atau berdusta. Dalam hidup, saya pernah bertemu pembohong. Pernah bertemu orang-orang yang manipulative. Percayalah, ngeri kalau bertemu dengan orang manipulative. Teman manipulative bisa memakan kita sampai habis. Pasangan hidup manipulatif? Sengsara sampai ke tulang sum-sum.

Sekalipun aktivitasnya sama-sama menulis (writing);  konsep writing therapy dan teknik menceritakan kembali (story telling) – terutama untuk publikasi sangat berbeda.

WRITING THERAPY (WT)

Terapi menulis merupakan salah satu cabang dari art therapy (AT) , digagas oleh James Pennebaker. Apa perlunya? Ternyata tidak semua orang bisa datang ke konselor atau psikiater lalu cerita, “…saya punya masalah berat. Saya cek cok dengan suami, kami bertengkar terus. Capek rasanya. Pingin ada jalan keluar. Apa jalan keluar terbaik? Saya siap dengan segala konsekuensinya.”

Kalau masalah psikologis bisa diceritakan segampang itu, banyak perkara beres.

Kenyataannya, orang yang punya masalah psikologis seringkali punya multiproblems dalam hidupnya. Sejak kecil dianiaya, gak punya rasa percaya diri, keluarga berantakan, gak pernah punya sahabat, gak pernah punya prestasi yang bisa dibanggakan. Hidupnya terombang ambing, lalu dia menikah. Punya masalah? Dia bahkan bingung harus cerita atau tidak! Padahal sudah babak belur.

Babak belur kayak apa?

Sudah menyakiti diri, menyakiti anak. Gak tau pernikahan harus bertahan atau harus terus. Hari demi hari diisi kecemasan sangat yang bahkan, membayangkan kematian jauh lebih manis dari hidup.

Cerita gak gampang. Masih mending kalau dipercaya. Kalau nggak? Kalau malah dikasih nasihat? “Yang sabar ya…yang lebih parah dari kamu banyak. Emang pernikahan pasti ada aja cobaannya.”

Wah, semakin ngerasa kalau diri harus diam seribu bahasa. Kenapa? Karena kalau curhat ujung-ujungnya kita pun akan menyalahkan diri sendiri , “ngapain sih cerita-cerita? Lebay, tau! Kamu aja yang terlalu lemah. Mau diledek cengeng, baperan, kayak anak kecil?”

Di sinilah fungsi writing therapy.

  1. Mengosongkan emosi buruk yang udah numpuk-numpuk kayak tempat pembuangan sampah akhir. Mana plastik, mana kertas, mana makanan basi; udah kecampur-campur gak keruan
  2. Mencoba berdiskusi dengan diri sendiri : “Sebetulnya apa mau diriku?”
  3. Menganalisa perasaan, pikiran dan apa perilaku-perilaku diri sendiri. Baik yang negatif maupun positif
  4. Menjadi tahap awal proses penyelesaian dengan orang yang bersangkutan. Ingat ya, tahap awal.

Ibaratnya begini.

Saya punya masalah sama Aris. Pingin banget ngomong tapi gak bisa. Gak bisa karena takut dibilang istri gak baik, gampang curiga, selalu nuntut ke suami. Apalagi kalau suami temperamental dan main baku hantam. Tambah gak berani ngomong. TAPI AKU PINGIN NGOMONG! UDAH PENUH DADA & KEPALA, MAU MELEDAK RASANYA. Kepala sakit. Dada sakit. Tubuh sakit. Makan susah, tidur apalagi.

 WT mengawali itu semua. Kayak diary. Saya nulis apa aja kecurigaan, perasaan, kekhawatiran, pikiran terkait Aris. Kadang, saking geramnya dengan Aris, saya gak bisa ngomong. Nama Aris gak muncul di WT, yang ada hanya inisial : XXX dengan tinta merah! Bahkan kadang, nama XXX sampai kita urek-urek-urek dengan tinta merah atua hitam sampai kertas bolong!

Begitu emosi tertumpah, lega. Pikiran jernih, mata terbuka. Maka persoalan setahap demi setahap mulai dirancang penyelesaiannya. Buat plan A, plan B, plan C, dsb.

Tapi, WT pun ada aturannya.

  • Tidak boleh dipublish
  • Dijaga kerahasiaannya, bahkan Aris pun jangan sampai tahu
  • WT harus ditingkatkan ke tahap skill yang berikut : asertif, negosiasi, dst. Sebab pada akhirnya, konflik dengan manusia lain harus diselesaikan
  • WT tak berhasil? Mungkin perlu dibantu psikiater terkait farmakologi

Banyak testimoni terkait WT ataupun AT. Bahkan, bisa menyelesaikan kasus traumatic. Namun sebagian besar yang saya ketahui, mereka rata-rata mempublish kisah sejatinya terkait perjalanan hidup dengan WT atau AT ketika persoalannya sudah selesai. Sebab, saat proses terapi, psikis sedang rentan. Mempublish, berarti siap dengan konsekuensi. Bisa jadi bukan menuai simpati, malah dimaki-maki.

STORY TELLING

Ada kisah-kisah WT yang diangkat menjadi novel atau film. Based on true story. Inspired by true event. Dalam story telling yang nanti bisa dikategorikan fiksi (novel, cerpen, film, sinetron), feature (kisah nyata yang dikemas dengan bahasa populer), autobiografi (kisah nyata diri sendiri), buku motivasi/ how-to, artikel , penelitian dan lain-lain; pasti ada perbedaan. Pasti ada penekanan. Karena targetnya berbeda. sasarannya berbeda, dan tujuan story telling atau penceritaannya berbeda.

  • Penelitian : angka perceraian di Indonesia …%. Perselingkuhan…%. Masalah ekonomi…%
  • Artikel : di era pandemic, angkar perceraian meningkat. Diduga penyebabnya adalah himpitan ekonomi dan kebosanan
  • Autobiografi : kisah sejati Aris dan Kinan melewati prahara, dituliskan oleh Kinan
  • Biografi : kisah sejati Aris dan Kinan melewati prahara, ditulis oleh Sinta (dengan perspektif psikologis, feminism, agama,  dsb)
  • Novel : kisah awal sampai akhir. Banyak bumbu-bumbunya, jumlah halaman bisa 200, 500, 1000. Banyak tokoh, banyak pengembangan karakter, banyak setting, banyak konflik.
  • Film : apa kisah paling menarik Aris Kinan yang bisa diangkat dalam jangka waktu 2 jam?
  • Sinetron / web series : apa kisah paling menggedor emosi, sehingga pemirsa bisa teringat terus serial itu, dan menanti-nantinya untuk pekan depan? Yang pasti bukan kisah kesulitan ekonomi, konseling, mendidik anak, kehamilan. Kisah paling menggedor emosi adalah konflik antar manusia, salah satunya : perselingkuhan

WRITING THERAPY & STORY TELLING

Adakah mereka yang menjalani writing therapy karena kasus traumatic, sekaligus membuat story telling mengesankan? Bagaimana jika keinginan penyintas untuk berbagi cerita dengna harapan orang di luar dirinya menjadi mengambil pelajaran, justru yang terjadi sebaliknya?

Film Joker misalnya, film itu bagus bagi kita untuk sadar betapa pentingnya kesehatan mental. Tapi film itu juga yang menginspirasi Kyota Hattori melakukan tindakan kejam di kereta api Tokyo, Oktober 2021 silam. Bukan hanya Joker yang menimbulkan inspirasi kelam. Film Birth on Nation, menjadi inspirasi terbentuknya Ku Klux Klan yang bahkan hingga kini masih terasa gerakannya. Termasuk dalam beberapa insiden Black Lives Matter, gerakan atas tewasnya George Floyd.

Beberapa WT menjadi sumber inspirasi kebaikan . My Journey Through Postpartum Depression dikisahkan dengan cantik oleh Brooke Shield. God’s Call Girl adalah kisah ekstrim Carla van Raay, seorang biarawati yang menjadi PSK. Sejak kecil ia diniaya secara seksual oleh ayahnya, yang kalau kita baca kisahnya, merinding panas dingin –adakah orang seiblis itu, dengan predikat seorang ayah?

Ada juga story telling yang menimbulkan pro kontra.

The Unspeakable Crime of Andrea Yates : Are YouThere Alone (Suzanne O’Malley) , kisah Andrea Yates yang membunuh 5 anaknya. Membuat kita tersadar pentingnya menjaga kesehatan mental ibu, terutama ibu yang memiliki anak kecil. Namun buku itu juga menjadi sumber kritik bagi mereka yang ingin punya anak banyak, yang tidak punya akses kesehatan, yang loyal pada agama tertentu, termasuk mahalnya obat-obat psikiatrik.

Battle Hymne og Tiger Mother karya Amy Chua pun demikian. Ibu macam apa Amy Chua, yang memaksa anaknya minum parasetamol ketika demam, hanya supaya anaknya tak melewatkan waktu les musik? Ibu macam apa yang memaksa anaknya untuk dapat nilai A semua dan hanya mengizinkan satu nilai B untuk mapel pilihan?

Ada 6 milyar manusia di atas muka bumi, dengan 6 milyar kisah hidup. Dengan 6 milyar persepsi. Jangan harap menyamakan persepsi karena latar belakang hidup masing-masing sangat berbeda. Apakah WT mungkin dijadikan ST yang menarik? Mungkin saja. Apakah yang perlu dipilih bagi ST : kisah bombastisnya, kekuatan karakternya, atau solusinya? Tergantung ST yang mana.

Yang pasti, ada sebuah premis dalam dunia kepenulisan.

“Sekali karyamu dilepas ke umum, ia menjadi milik dunia.”

Artinya, WT yang semula disimpan rahasia dan hanya menjadi milik pribadi, tak akan menimbulkan pro kontra. Tentu, tak ada efek luas kecuali bagi si penyintas. Tapi ketika menjadi ST yang dilepas ke umum, ia punya efek luas. Positif dan negatif sekaligus.

Bagaimana mengontrol negatifnya?

Disitulah para kritikus sastra dan orang-orang yang kompeten di bidangnya berperan.

Jadi, apa pendapat anda?

Kategori
Covid-19 Hikmah Oase Parenting PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian Survivor Covid-19 Topik Penting

Mendampingi Anak-anak yang Kehilangan Orangtua karena Covid-19

“Apa yang harus saya lakukan? Teman saya kehilangan orangtuanya yang wafat karena Covid. Kalau ortu sakit lama, tentu bisa menyiapkan diri. Tapi meninggal karena Covid, begitu cepat mendadak. Saya sendiri sering dilanda kecemasan, takut kehilangan orangtua saya.”

23 Juli 2021 mengisi acara kemuslimahan yang diselenggarakan PWK ITS. Mahasiswi penanya tsb, menangis. Ia yang sudah memasuki usia remaja akhir dan masuk ke dewasa awal saja merasa dag dig dug. Takut kehilangan orangtua. Takut kehilangan orang yang dicintainya.

Apalagi anak yang masih SMA. SMP. SD, bahkan TK.

Tak terbayangkan rasanya.

Di hari-hari biasa, kehilangan orangtua akan menghadirkan simpati. Orang-orang mengulurkan tangan, membantu materi, menawarkan menjadi orangtua asuh. Bantuan finansial mengalir, dukungan dari banyak pihak didapatkan : guru-guru, pihak sekolah/kampus, saudara besar, tetangga, handai tolan.

Wafat karena covid?

Bahkan kematian demikian senyap. Pemakaman terasa asing. Anak yang kehilangan orangtua tak melihat orang-orang merawat jenazah orangtua mereka, memandikan, menyolatkan. Tak ada kerabat datang menghibur.

“Duh, ortunya wafat karena covid. Jangan-jangan anaknya juga positif. Gimana mau merangkul mereka? Mau memeluk?”

Bantuan finansial, tentu tak sama seperti hari-hari biasa. Masing-masing orang sedang kepayahan mengurus diri sendiri dan keluarganya. Apalagi jika ada yang sakit, mencari tabung oksigen sudah merupakan perjuangan spektakuler bagi sebuah keluarga.

Kehilangan orangtua karena covid sudah sangat memukul. Sejak divonis sakit, serangkaian protocol kesehatan memang harus diterapkan. Diisolasi, diasingkan, dipisahkan dari orang lain untuk menghindari penularan. Kontak fisik ditiadakan, bahkan kadang komunikasi terputus 100%. Apalagi bisa si pasien harus masuk kamar ICU, tanpa ada kerabat yang menemani. Karena kerabat yang lain juga tengah diisolasi. Ya Allah. Terbayang betapa bingungnya seorang anak yang tetiba menghadapi kenyataan ini.

Dua pekan lalu ia masih memiliki orangtua, lalu tetiba orangtuanya lenyap dibawa ke RS. Tak ada kabar berita, lalu pemberitahuan terakhir orangtua telah tiada. Hanya tersisa makam dengan nisan bertuliskan nama yang tak ingin dipercaya.

Vino bukan satu-satunya.

Saya sendiri mendampingi beberapa anak yang orangtua mereka wafat karena covid. Pikiran saya sebagai psikolog dan konselor terbelah-belah, tenaga pun terbagi-bagi. Namun, segala kendala tak boleh menjadikan kita lalai dari merumuskan langkah-langkah penting. Keputusan besar.

Anak-anak ini adalah asset bangsa. Orangtua mereka syahid dalam wabah (tha’un) dan jelas mereka anak-anak istimewa. Sebagai orangtua, psikolog, penulis dan bagian dari anggota masyarakat, saya terpikir beberapa hal.

  1. Layanan konseling psikologi online untuk anak-anak.

Anak-anak ini pasti kebingungan. Walau orangtua mewariskan harta besar, mereka tetap akan merasa sangat kehilangan. Layanan konseling psikologi yang khusus menangani anak-anak ini perlu segera diluncurkan. Para psikolog dan relawan yang memiliki kepekaan terhadap anak-anak, bisa terlihat di sini.

Hotline , call center, layanan oleh lembaga zakat, layanan komunitas dll dapat menjadi bagian dari solusi ini.

2. Shelter psikologis.

Di barat dikenal foster family dan orphanage; bila tidak ada keluarga besar yang menampung.

Bila kita ingin mengadopsi konsep tersebut, memang perlu menimbang beberapa norma. Dalam Islam misalnya, dikenal konsep aurat sehingga tak bisa menitipkan anak pada foster family jika anak-anak mulai aqil baligh. Namun jika anak-anak belum aqil baligh, masih bisa dititipkan di foster family. Lalu, bagaimana jika kakak adik beda tahapan usia? Tentu ini perlu menjadi pertimbangan. Jangan sampai kakak dan adik dipisahkan, karena mereka telah kehilangan orangtua.

Shelter psikologis bisa berupa Yayasan anak yatim, Yayasan dhuafa atau sejenisnya. Bukan hanya memperhatikan pasokan fisik tetapi juga sangat memperhatikan kebutuhan psikis anak-anak.

Bagi yang ingin tahu seperti apa foster family, saya sarankan menonton film Shazam. Film superhero yang berbeda, karena salah penekanan film ini adalah bagaimana hubungan anak dan orangtua dalam foster family.

3. Dukungan materi

Ada banyak kehilangan dari seorang anak yatim/ piatu. Kebutuhan gizinya, kebutuhan akademiknya bisa terbengkalai. Belum lagi bila si anak ingin sesuatu seperti ingin beli mainan, ingin beli jajan dan kebutuhan sekunder/tersier yang seolah tak penting namun dibutuhkan.

Kebutuhan materi ini juga perlu diperhatikan kita bersama agar anak yatim/piatu tidak kehilangan hak-haknya. Tentu, dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara donator dengan kondisi riil di lapangan.

4. Dukungan immateri

Dukungan ini sangat penting dan sering kali melelahkan.

Anak yang menangis dan meratapi orangtuanya terus menerus, bahkan yang histeria dant trauma, tentu membutuhkan pendampingan khusus yang menyita waktu dan energi. Bagi berbagai institusi (Yayasan, lembaga zakat, komunitas) perlu membuat SOP agar dapat mendampingi anak-anak ini secara berkesinambungan. Seringkali, perhatian tertumpah di awal-awal waktu saja karena rasa simpati yang begitu besar. Rasa iba akan kehilangan orangtua dan melihat anak-anak ini seperti anak ayam kehilangan induk.

Seiring berjalannya waktu, perhatian kita pupus oleh agenda lain padahal kebutuhan anak-anak ini terhadap pendampingan justru semakin besar. Apalagi jika anak-anak memasuki masa remaja, atau masuk usia sekolah; masa-masa krisis kepribadian yang dihadapkan pada berbagai pilihan sulit.

5. Pembentukan relawan

Kondisi saat ini tak mungkin hanya ditangai satu pihak. Pemerintah akan kewalahan menghadapi berbagai macam dampak pandemic. Ekonomi dan kesehatan yang membutuhkan fokus utama, sudah pasti harus ditangani pemerintah. Anak-anak terlantar seharusnya ditangani negara. Tapi bagaimana bila pemerintah tak cukup punya akses sampai warga paling pelosok, atau warga yang tidak terdata? Psikiater, psikolog, kementrian sosial boleh jadi kewalahan oleh gelombang kasus dan juga burn out.

Relawan-relawan yang merupakan “darah segar” dapat diberdayakan. Mereka bisa jadi pelajar, mahasiswa, fresh graduate, lansia yang masih sehat dan produktif. Orang-orang difabel yang fisiknya terbatas namun memiliki kemampuan untuk mendampingi dengan kesabaran, atau bahkan para veteran covid 19 yang pernah mengalami trauma parah lalu bangkit dan sekarang ingin berbagi kekuatan.

Saya membentuk komunitas Ruang Pelita sejak tahun 2011.

  Akronim dari Ruang Pendampingan Psikologi & Literasi. Selama ini fokus di berbagai acara untuk anak muda yang bertema kekoreaan dan jejepangan. Selama pandemic, Ruang Pelita turut membantu menggalang dana untuk masker, APD, mengumpulkan ponsel bekas. Kali ini menggalang dana untuk #bantuoksigen

Mungkin, tidak banyak yang bisa kami berikan.

Tapi komunitas-komunitas kecil seperti kami yang banyak tersebar di berbagi penjuru Indonesia insyaallah bisa membantu pemerintah untuk mengatasi gelombang pandemic dengan segala dampaknya. RuangPelita ke depannya juga ingin mendirikan shelter psikologis yang dapat mendampingi anak-anak yang trauma karena covid.

Pandemic covid 19 tidak hanya menyisakan tantangan besar di dunia kesehatan dan ekonomi secara global. Permasalahan psikologis merebak di mana-mana. Banyak sekali tenaga kesehatan yang depresi bahkan trauma menghadapi pasien seiring tingginya angka kematian.

Bagaimana dengan anak-anak?

Mereka kerap diabaikan, namun kelompok paling rentan ini sesungguhnya kelompok yang sangat membutuhkan uluran tangan. Dengan tulisan ini saya berharap banyak pihak akan saling bersinergi untuk membantu anak-anak yatim/piatu Covid 19 agar sembuh dari trauma dan bangkit menyongsong masa depan.

#covid19 #coronavirus #survivorcovid19 #penyintascovid19 #helpchildrenofcovid19 #helpchildren

Kategori
Artikel/Opini BERITA Covid-19 Hikmah PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian Surabaya Survivor Covid-19 Topik Penting

Kesempatan Hidup 2 % : Belajar Memancing Keajaiban dari Seorang Dokter Penyintas Covid 19

Masih banyak kabar duka. Tapi biarkan aku bercerita tentang kabar bahagia terlebih dahulu. Kisah tentang seorang lelaki, psikiater, yang terpapar covid 19 untuk kedua  kalinya. Kali ke-2 harus menggunakan ventilator dan  menyabung nyawa.

Ia selamat. Hidup! Lolos dari lubang jarum dan angka kemungkinan 2% untuk  selamat.

Well, don’t talk to me about destiny or unexplained miracle.

Tapi kita pelajari bersama, mengapa semua ini terjadi. Allah memberikan mukjizat, setelah terpenuhinya aspek-aspek yang lain. Apakah yang tidak menerima mukjizat adalah orang yang jelek? Tidak. Mereka yang wafat adalah syahid. Mereka yang survive adalah petarung. Mereka yang petarung sejati, lalu syahid, adalah manusia pilihan. Mereka yang petarung dan tetap hidup, mendapat tugas untuk hidup lebih baik lagi.

Mengapa lelaki ini lolos dari maut? Dengan D-dimer 13.000, saturasi jauh di bawah normal, bergantung ventilator – alat yang terdengar sangat mengerikan seperti kita mendengar vonis hukuman mati atau vonis kanker stadium IV; setiap orang akan menebak. Izrail akan mengetuk pintu kamar ICUnya sebentar lagi.

Nyatanya ia, tadi pagi segar bugar. Memberikan materi yang membuat mata peserta berlinangan dan kembali menimbang-nimbang sebuah pertanyaan penting : apakah hidupku sudah berharga?

Berikut ini cuplikan kisah yang kurasa, menjadi penyebab beliau mendapatkan mukjizat Allah Swt saat hidupnya di ujung tanduk mendapatkan tindakan ECMO

  1. Semangat dari istri tercinta. Ketika setiap orang menebak-nebak bahwa umurnya tak akan lama, sebaliknya dengan sang istri. Ia mengatakan,”Mas jangan bingung. Jangan khawatir. Ini tak akan lama, sebentar lagi insyaallah selesai.”
  2. Sang istri “merampas” HP dari tangan suami. Walau ribuan orang memberikan doa dan semangat, HP di tangan orang sakit bisa melelahkan.
  • 3. Berusaha menjaga kesadaran  selama dalam extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) therapy. Dengan ventilator dan kesadaran naik turun, sang istri mengingatkan perawat untuk membangunkan setiap sholat 5 waktu. Sang suami, mencoba sholat sebisanya dengan ingatan tersisa, mencoba merasakan makanan yang masuk, mencoba merasakan air hangat yang diusapkan ke kulitnya untuk mandi.

  • 4. Menghindari TOXIC POSITIVITY, dari teman-teman yang sebetulnya berniat baik. Menghindari perasaan tak enak , perasaan tak berharga karena, “Ah, aku tak sebaik yang disangka teman-temanku. Aku tak sekuat itu.” Semakin sedikit interaksi dengan HP, semakin baik
  • 5. Jeda. Jeda dengan manusia. Merapat  dengan Pencipta. Tanpa HP, terisolasi, hanya berteman alat-alat dan kunjungan nakes sesekali; waktu bermunajat melimpah ruah.
  • 6. Apakah tak boleh menerima perhatian? Boleh sekali. Bahkan perhatian dari teman, kerabat sangat membahagiakan. Seperti seorang teman yang mengiriminya koyo hangat untuk ditempelkan di tubuh! Tak harus makanan atau suplemen. (Kita sebaiknya juga jangan sering-sering japri si sakit menanyakan kondisinya. Kirimkan saja doa, jangan mengirimkan pesan yang membutuhkan jawaban. Kecuali bila sangat mendesak)
  • 7. Yakin , bahwa semua ini memiliki arti dan makna.

Segala penderitaan sejak terindikasi Covid hingga menyerahkan jiwa raga pada Sang Pencipta dan pada tenaga ahli . Meski sakit, pedih, nyeri, tak tertahankan – semua dilalui. Airmata bukan kekalahan. Airmata adalah tanda, bahwa kita mencoba sabar menanggung penderitaan.

  • 8. Ada kondisi delirium, halusinasi. Merasa tubuh disiksa dan dianiaya. Dalam kondisi kesakitan sangat, berdiskusi dengan Allah dan tawar menawar dengan kebaikan yang pernah dilakukan
  • 9. Begitu banyak orang di luar sana yang menangis dan mendoakan kesembuhan.

Karena apa? Karena kebaikan-kebaikan yang ditanamkan, nasehat-nasehat yang dilontarkan, kalimat-kalimat baik yang diucapkan. Bahkan, ketika sang dokter sudah lupa pernah berbuat baik pada seseorang yang tetap mengingat kebaikannya.

Terimakasih dokter Catur, atas kesabarannya menanggung beban dan hidup kembali untuk membagikan semangat.

Terimakasih dokter Izzah, istri yang luarbiasa. Dengan baby kecil, selalu yakin pada pertolongan Allah, bahkan ketika peluang itu hanya bernilai 2% saja.

Apa kesimpulan singkat dari keajaiban dokter Catur?

  • Menanamkan kebaikan (perilaku & perkataan) sehingga ketika musibah datang, banyak yang mendoakan
  • Tabungan amal sholih dapat digunakan untuk “bernegosiasi” dengan Tuhan saat mengharapkan sesuatu
  • Bila pasangan sakit, istri/suami adalah orang terdepan yang menyuntikkan semangat
  • Dalam kondisi parah, pertahankan kesadaran dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan mengingat waktu sholat dan mencoba sholat sebisanya
  • Hindari HP. Semangat dari teman-teman bisa jadi toxic positivity

Catatan dari acara zoom hari ini. Pagi, 13 Juli 2021.

Kategori
Artikel/Opini BUKU & NOVEL Covid-19 Hikmah Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Survivor Covid-19

Pengobatan Non-Medis bagi Penderita Covid 19


Jangan lupa, selain 6 M, antibiotic – antivirus, oksigen dan langkah medis; ada upaya-upaya yang harus dilakukan bagi kita semua agar menjadi pemenang dalam pertempuran wabah ini. Terinspirasi dari tulisan Prof. Mukhtasor tempo hari yang mengingatkan pentingnya kekuatan spiritual di saat seperti ini, berikut pengalaman kami sekeluarga sebagai penyintas covid.
Kita tidak bicara ajal & takdir, karena bila telah tiba waktunya; sekuat dan seshalih apapun tetap akan wafat. Mengutip kata Najib Mahfudz dalam Harafisy : “Takdir muncul di kaki langit, terus mendekat setiap waktu. Tak ada yang menunda gerak majunya. Dunia bukan pasangan yang setia.”


••●••


🌷1. Asmaul husna dan dzikrullah. Kalau belum hapal 99 namaNya, tiga ayat terakhir QS Al Hasyr bisa dilakukan. Beriring shalawat, asmaul husna, dzikrullah; akan meringankan saat-saat menyakitkan seperti ketika infus antibiotic atau vitamin masuk ke pembuluh darah.



🍃2. Shalawat. Ada yang pernah mendengar shalawat Nariyah? Shalawat apapun insyaallah bagus. Saya mendapat hadiah buku “Shalawat Nariyah” karya Dr. Alvian Iqbal Zahasfan. Saya pernah bertemu dengannya tahun 2016. Buku ini bagus sekali, mengupas seluk beluk shalawat Nariyah. Mulai sejarah shalawat Nariyah yang digubah oleh Syaikh Ibrahim At Tazi, hingga fadhilah shalawat Nariyah. Termasuk foto-foto indah At Tazi dan berbagai tempat di Maroko. Jadi ingin ke Maroko lagi, aamiin yaa Robb


Sekilas Maroko


🍁3. Sedekah. Sedekah dapat menolak bala, insyaallah. Jangan ragu untuk meminta doa. Bila kita bersedekah lewat lembaga tertentu spt kitabisa.com, atau bit.ly/LMI_donasipalestina , ada slot kosong berisi keterangan. Saya memilih mengisi keterangan itu dengan bait-bait doa, sampai karakter hurufnya full. Tak peduli hanya infaq 10K, isilah dengan doa. Terutama doa meminta perlindungan dari wabah dan doa kesembuhan dari wabah


🌱4. Rendah hati. Kita cenderung menghormati orang dengan posisi terpandang. Di saat seperti ini, jangan ragu untuk rendah hati. Di RS, kami mencoba menghafalkan nama perawat-perawat dan CS. Orang akan bahagia bila namanya diingat, itu adalah bentuk penghargaan bagi mereka. Dokter spesialis sudah sering mendapatkan penghormatan, tetapi tukang sampah? Tukang bersih-bersih? Ucapkan terima kasih kepada mereka yang menyapu lantai dan mengumpulkan barang menjijikkan dari kamar mandi.


🌹5. Baca surat-surat favorit. Al Kahfi, Al Waqiah, Al Mulk, Yaasin, tiga surat terakhir Quran atau apapun surat favorit anda.


💫6. Memperpanjang telomer. Stres memperpendek telomer. Relaksasi dan bahagia memperpanjang telomer. Sesaat sebelum berangkat ke RS, saya memutuskan membawa buku-buku yang akan saya baca. Salah satunya puisi karya Sir Muh. Iqbal. Tak lupa laptop, untuk melepaskan gundah dan rasa tertekan dengan menulis. Menonton film atau anime, bisa mengobati stress saat sakit.


🌜7. Impian jangka panjang. Tak peduli sependek apapun umur kita, impian jangka panjang akan memperpanjang umur. Dalam pengertian denotatif atau konotatif. Meski kami ber-6 positif covid dan kami tak tahu apakah akan selamat; saya tekankan ke anak-anak untuk terus bermimpi.
“Habis ini kita umroh bareng, lanjut ke Uzbekistan ya? Atau Maroko.”
Peduli amat gak punya uang, impian adalah doa.
“Habis ini yuk kita daftar residensi artis. Sebagai penulis, atau artis visual art. Kalian mau Korea, Jepang, Finland, Norway, atau Islandia sekalian?”
Peduli amat nanti akan tertolak saat seleksi dan gak bisa berangkat karena gak dapat dapat grants/ stipends.
“Ummi sama Abah mau daftar S3 insyaallah. Kalian juga, ya. Siapa tau kita bisa apply ke negara yang sama.”
Peduli amat gak lulus LPDP, Mext, KGSP. Impian adalah doa dan seolah kita akan hidup 1000 tahun lagi.


🌟8. Tawakal. Sesaat sebelum tidur, lepaskan semuanya. Jangan pikirkan : suamiku gimana? Anakku siapa yang ngurus? Kalau aku mati, gimana dengan masalah yang belum terselesaikan? Ingatlah. Allah mengatur dan memelihara tata surya, yang ukurannya setitik kecil di tengah galaksi Bimasakti. Allah mengatur Bima Sakti yang ukurannya setitik di antara bermilyar galaksi. Jadi, mengurus diri kita dan keluarga kita, bukan hal extraordinary bagi Allah Yang Maha Besar.
•••••
Share juga ya pengalaman berharga anda semua sebagi penyintas Covid, utamanya pengalaman non medis.

#penyintascovid19 #survivalcovid19 #pahlawancovid19 #ceritacovid19

Kategori
Artikel/Opini BERITA Covid-19 Hikmah PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Survivor Covid-19

COVID 19 & PSIKOLOGI KOGNITIF : GAK TAU, MENYANGKAL, ATAU UDAH PAHAM?

Mengejutkan sekali bahwa saya sudah lupa (atau mengabaikan) beberapa protocol kesehatan!

Padahal baru sekitar 3-4 bulan lalu melawan ganasnya covid dan terpapar bak di ujung maut akibat virus ini. Belum lagi, saya suka mengumpulkan koran-koran yang memiliki informasi penting seperti covid, ilmu pengetahun atau hal menarik lainnya. Koran sejak awal covid menyerang di awal 2020  masih saya simpan. Tapi kenapa saya bisa lupa, abai, atau bahkan meremehkan informasi terkait covid?

🟠1. Kemampuan memory manusia terbatas. Manusia hanya bisa mengingat sekali waktu dengan cepat informasi yang dibagi atas 7-chunks (7 potong). Seperti kita mengingat nomer HP orang. Kalau setiap hari yang dikonsumsi berita macam-macam : covid, selebriti, gossip,  masakan, politik, ekonomi, parenting, travelling dan masih banyak lagi; yah, akhirnya covid terlupakan

🟡2. Memory bisa menurun. Sebuah studi menyebutkan, bahwa ketika mengingat sesuatu, setiap 18 detik ingatan kita akan perkara itu menurun 10%. Gak heran kalau hari ini saya takut setengah mati sama covid, besoknya udah enjoy aja

🔵3. Flashbulb memory. Kita akan ingat banget kenangan yang seperti lampu blitz, walaupun itu gak harus diingat! Kapan Sully dan Go Hara meninggal bunuh diri, kapan Lady Di meninggal, kapan Chester Bennington mengakhiri hidup — masih teringat. Harusnya emang, saya lebih banyak jalan-jalan ke RS. Ke ruang ICU, ke ruang isolasi covid. Sehingga ingatan ttg covid ini jadi “flashbulb”. Masalahnya, saya gak pernah bisa menengok teman2 atau saudara yg sakit covid. Seperti dulu, bisa nengok teman yang hemodialisa, atau kena kanker. Sehingga “flashbulb” tentang minuman bersoda demikian teringat kalau gak mau ginjal rusak dan harus hemodialisa

🟢4. Short term & long term memory. Ingatan jangka panjang akan mengendap lebih lama dibanding ingatan jangka pendek. Kenapa ingatan jangka pendek? Mungkin hanya sekilas, mungkin terasa gak penting, mungkin jarang diulang. Akan jadi long-term memory kalau terasa penting dan terus diulang. Seperti ingatan kaum muslimin pada Al Fatihah dan 3 surat terakhir al Quran. Hampir setiap kita yang muslim ingat, kan? Karena Al Fatihah wajib dibaca dan diulang terus. Karena 3 surat terakhir sering jadi pilihan kalau sholat kilat khusus, sekaligus surat yang diyakini ampuh menangkal setan dan sihir.

••🔴••

Sikap kita terhadap covid juga macam-macam

☑️GAK TAU : masih banyak lho, orang di pelosok yang gak tau tentang covid. Jadi boro-boro tahu tentang vaksin dan masker. Ini karena memory tentang covid gak pernah masuk long term memory, bahkan short term memory. Mungkin juga telinga dan mata mereka jarang mendapat info ini. Bayangkan saudara kita yang disabilitas, yang berada jauh di bawah garis kemiskinan (gak punya HP, gak pernah baca koran, gak ada TV), yang gak punya waktu untuk menyimak berita.

✔️MENYANGKAL : kalau bukan ingatan long term memory, atau “flashbulb” emang susah, ya. Saya patuh banget sama protocol pas awal pandemic, pas kena covid beneran, sama pas gelombang kedua menyerang. Gak heran banyak yang masih menyangkal. Apa saya masuk golongan ini?

UDAH PAHAM : ini biasanya teman-teman saya yang di garda depan. Teman2 dokter, perawat, nakes (radiolog, bagian lab, petugas ambulan, dsb) yang sangat paham. Lalu golongan masyarakat yang percaya , mendapatkan info dari sumber terpercaya.

••🔴••

TERUS GIMANA?

Saya kayaknya masih termasuk golongan yang “menyangkal “ : kadang khawatir. Kadang abai. Seperti kemarin, dapat share di grup tentang gimana cara pakai masker double. Selama ini pahamnya : ya udah di double aja. Ternyata di luar harus MASKER KAIN! Jadi ternyata, saya udah jarang nge-klik berita apapun terkait covid.

Lho kok bisa saya abai?

Karena udah ngerasa kalau covid ini “biasa banget”. Gak flashbulb lagi. Padahal…ntar dulu!

Buat teman-teman dan pemerintah :

❤️Tetap semangat dan sabar untuk memberikan edukasi covid. Long term memory itu lama lho

❤️Bagi informasi dalam 7-chunks. Jangan banyak-banyak. Ntar mabok. Kalau udah ada yang ngasih info covid, kita gak usah share lagi. Tahan sampai agak nantian

❤️Flashbulb : sekali-sekali perlu kali ya. Edukasi ke ruang ICU. Ngajak masyarakat yg gak percaya utk dipersilakan main ke ruang ICU covid (dengan prokes ketat tentunya). Atau kalau gak, sering liat youtube tentang tsunami Covid di India dan liputan ruang ICU utk bangsal Covid

❤️Buat lomba-lomba edukatif tentang covid agar masyarakat makin tertarik untuk belajar. Akhirnya jadi memory yang terpelihara, deh.

—————–

Sinta Yudisia LC – Lulusan Covid

Informasi waktu perjalanan aman sepanjang Covid 2021

Kategori
Covid-19 Hikmah PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Survivor Covid-19

Ledakan Covid ke-2 : Kesamaan Psikologis India & Indonesia

Sewaktu India mengalami gelombang ke-2 wabah Covid 19 sekitar April; saya sebetulnya harap-harap cemas mendengarnya. Berharap kejadian itu tak akan terjadi di Indonesia, namun cemas karena secara kultural, banyak sekali kemiripan psikologis India dan Indonesia.

Ledakan Covid di India sekitar April 2021

💥💥 💥💥

  • Kebersamaan.

Dunia timur lekat dengan kebersamaan. Jepang, Korea, India, Indonesia dan sejenisnya menjadikan tradisi keluarga sebagai bagian kehidupan sejak lahir hingga mati. Ada momen-momen ketika keluarga harus berkumpul. Kalau tidak, nggak lengkap rasanya. Contohnya momen Ramadan dan Idul Fitri .

Karenanya, sepanjang Ramadan dan Syawal, luarbiasa gelombang mudik dan kumpul-kumpul akibat keinginan untuk bersama dengan sanak saudara. Wajar di momen kebersamaan ini pemerintah memprediksi ledakan Covid dan memang terbukti demikian. Berikutnya muncul momen ‘kebersamaan’ yg lain seperti kluster hajatan, kluster resepsi, dsb

  • Ewuh pakewuh

Ewuh pakewuh ini  perasaan seperti merasa serba salah, dan takut kalau dianggap tak menghargai. Apakah anda termasuk yang mendapat undangan pernikahan, hajatan, reunion, atau acara undangan kantor? Di dunia timur, kalau diundang dan tidak hadir, apalagi kerabat dekat rasanya tabu sekali. Begitu pula, kalau misal dulu dia membantu kita saat hajatan, terlalu sekali kalau kita nggak membalasnya kali ini.

  • Tak enak hati

Dalam film Whiskey Tango Foxtrot yang bersetting di Afghanistan, ada percakapan menarik antara Kim Baker (jurnalis perempuan AS) dan Fahim (penerjemah muslim). Fahim menegur Kim dengan nasehat, kata-kata kiasan, sampai analogi kisah. Kim yang tidak mengerti maksud teguran Fahim berkata, “Kalau di Amerika, percakapan macam ini sudah sampai tempat 5 menit yang lalu.”

Waktu beberapa pekan lalu saya mudik ke Tegal, kami menemui banyak orang-orang nggak pakai masker di sepanjang perjalanan. Di rest area, di masjid, di pom bensin, di warung makan. Apakah kami menegur mereka? Yah…anda bisa tebak jawabannya. Kami tak enak hati, lebih memilih menyingkir dan terus memakai masker sebagai bentuk teladan dan tanggung jawab.

  • Menunggu

Masyarakat timur terbiasa menahan diri. Tidak terlalu blak-blakan, tidak cukup agresif. Akibatnya memang terbiasa menunggu. Tidak enak kalau mendahului, tidak enak kalau melaju lebih cepat, tidak enak kalau menegur lebih dahulu. Tidak enak kalau berinisiatif, nanti apa kata orang.

Kebiasaan ‘menunggu’ ini bisa menjadi titik gawat. Saya pernah naik sepeda motor di tengah jalan ramai, lalu macet mendadak. Semua orang memperhatikan. Dengan perjuangan berpeluh, saya menuntun motor itu ke tepi jalan (untung gak dimaki-maki ya, hehe). Orang-orang melihat saya kasihan tapi serba salah.

Berbeda dengan ketika saya di Hong Kong, bertemu orang bule. Waktu itu saya pakai jubah berbahan kaos panjang, tanpa sadar ujungnya masuk escalator. Saya yang panik hanya terpana, nggak tahu mau ngapain. Si bule itu langsung ke arah saya dan merobek bagian bawah jubah! Untung saya pakai celana panjang!

Kita terbiasa menunggu orang lain melakukan apa terlebih dahulu, baru berani bertindak. Akibatnya seringkali sesuatu berjalan lebih parah :  menunggu korban jatuh, menunggu jumlah pasien membludak, menunggu ada tetangga yang ikut vaksin, menunggu ada barengan yang mau lapor kalau kena covid, dsb.

  • Sangat mendengar orang lain

Kalau anda pernah nonton sinetron India, pasti akan paham bagaimana pendapat seseorang bisa diintimidasi oleh banyak orang. Masyarakat timur sangat memperhatikan ‘apa kata orang’.  Kalau ada orang bilang ,”gak usah percaya Covid. Itu rekayasa.” Biasanya, walau sudah punya pendapat sendiri, akan bisa terpengaruh. Apalagi bila kata-kata itu berasal dari teman dekat atau kerabat dekat. “Jangan lapor ke RT RW. Isoman aja. Nanti sembuh sendiri. Malu kalau dilihat tetangga dijemput pakai ambulan.”

Berita Jawa Pos hari ini Senin, 21 Juni 2021

Orang-orang yang sibuk memberikan pendapat masing-masing itu, bisa mempengaruhi keyakinan kita terkait Covid.

Apa yang harus dilakukan?

Sultan Hamengkubuwono X di Yogya, mewacanakan lockdown total untuk wilayahnya kalau tidak bisa disilpin. Saya suka quote beliau, “Pemerintah juga sulit kalau masyarakat tidak mengapresiasi diri sendiri untuk disiplin.”

Covid di Indonesia dengan segala konsekuensinya sudah mulai dijalankan sejak Februari 2020. Belum ada tanda-tanda kehidupan kita ‘back to normal like it used to be’. Sama seperti konsep psikologi bahwa ada kondisi yang tak bisa sembuh total tapi sangat bisa dikendalikan bila seseorang patuh protokol dan memahami kebutuhan dirinya sendiri. Salah seorang klien saya yang didiagnosa schizoaffective bisa sangat produktif dalam hidupnya sekalipun ia seringkali dalam kondisi mengkhawatirkan. Kenapa? Ia sadar ia punya disorder, ia rajin minum obat, ia mendengarkan saran ahli dan ia memutuskan memiliki gaya hidup sehat.

🧡🤍💞

Hayuk!

  1. Love ourselves. Cintai diri kita. Kita ini berharga. Otak, fisik, organ dalam kita sangat sangat berharga. Jadikan kelak ketika sudah lansia, tubuh ini masih fit untuk beribadah dan beraktivitas.
  2. Kendali. Di film Whiskey Tango Foxtrot, ada ucapan menarik Coughlin, seorang prajurit yang kehilangan sepasang kaki dalam perang. Ia ditanya bgm bisa tabah? “Dalam hidup ini, manusia hanya memegang kendali sedikit saja.” Pahamilah, bahwa Covid ini memang amat sangat luar biasa sehingga jangan menggampangkan bahwa kita mudah mengendalikannya
  3. Pengalaman. Percayalah, ada puluhan bahkan ribuan pengalaman yang didapat dalam kawah Candradimuka bernama pandemic corona ini. Kontemplasi, menahan diri, bekerja sama adalah beberapa pelajaran berharga di era ini.
  4. Challenge Yourself. Carilah bakat minat terpendam dan kuasailah hingga mahir. Kita selama ini terlalu lama sibuk dengan dunia luar sampai lupa suara-suara batin sendiri.

Sinta LC alias Lulusan Covid

Berita Kompas hari ini Senin, 21 Juni 2021
Kategori
Covid-19 Hikmah Hobby My family PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri WRITING. SHARING.

Suami-suami yang Kreatif di Era WFH

Bagi para istri, apakah sudah mengamati hobi apa saja yang semakin ditekuni suami di era covid ini? Begitupun para suami, apakah sudah mengamati apa saja potensi istri yang dapat dikembangkan di era covid?

—–

Suamiku memang punya darah seni. Waktu kecil, pandai menari dan membuat berbagai kerajinan seperti patung. Menggambar dan melukis adalah salah satu keahliannya. Di SMA, bakat suamiku tersalurkan ketika sering diminta jadi pengurus MADING atau majalah dinding. Tapi keahlian itu lama terkubur, belasan bahkan puluhan tahun tak pernah terasah lagi.

Saat covid, keahlian itu muncul lagi.

Saat Ramadan, aku kembali bersilaturrahim dengan teman-teman lama. Terutama teman semasa SD, SMP dan SMA. Ternyata, ada teman SMA yang punya hobi seperti suamiku! Wah, kaget juga. Sebab semasa SMA sepertinya darah seninya gak terlalu menonjol. Apalagi, temanku ini sampai buat akun di IG dan memposting semua kegiatan melukisnya di sana.

Bisa di follow di @poeps7374 , untuk temanku, Pupon Artiono. Sementara suamiku belum punya IG dan twitter, lebih banyak aktif di facebook Agus Sofyan. Baik suamiku dan Pupon, temanku, menekuni kembali bakat seninya di era covid. Saat WFH. Dan terutama kalau suamiku, saat jauh dari keluarga.

Ternyata, ada hikmah di balik pandemic. Salah satunya memunculkan kembali potensi-potensi terpendam manusia yang selama ini terkubur karena kesibukan dan rutinitas yang padat dan berulang. Tak ada kesempatan untuk merenungi sisi lain diri sendiri. Nyatanya, manusia seringkali punya lebih dari satu bakat! Alhamdulillah, sepanjang pandemic, suamiku sudah menghasilkan sekitar 12 lukisan. Pupon  sudah menghasilkan lebih dari 20 lukisan.

Melihat suamiku dan Pupon, ada kesamaan dalam mengolah karya seni :

  1. Menggunakan cat akrilik  dan minyak (suamiku), atau hanya cat akrilik ( Pupon)
  2. Otodidak
  3. Belajar dari youtube. Kalau suamiku sering buka channel youtube Michael James Smith
  4. Beli bahan online atau offline
  5. Dikerjakan di sela waktu. Satu lukisan sesungguhnya bisa selesai 2-3  jam. Tapi karena berselang-seling kerja, bisa berhari-hari
  6. Suka pemandangan alam
  7. Kesamaan yang lain : sama-sama gak PD untuk menjualnya!

Mungkin, karya seni ini terlihat biasa bagi orang kebanyakan. Tapi bagiku, istimewa. Bukan hanya karena Agus Sofyan suamiku dan Pupon Artiono kawanku di SMA, lho. Tapi ada hal-hal yang menakjubkan dari orang-orang yang menjadi kreatif di sela-sela pandemic :

  1. Seni lukis merupakan salah satu produk kesenian yang berfungsi untuk melembutkan hati manusia, baik bagi pelukisnya maupun penikmatnya
  2. Dengan melukis, bisa menumpahkan  banyak gejolak emosional.
  3. Portofolio, kalau suatu saat ingin  mengajukan Artis in Residence

Kesempatan untuk mengikuti residensi artis terbuka di banyak negara. Sekitar 82 negara menyelenggarakan residensi bagi para artis (seniman); ada yang berbayar. Ada juga yang free, bahkan kita mendapatkan beasiswa. Dan rata-rat yang banyak tersedia adalah beasiswa untuk visual art. Kukatakan pada suami, kumpulkan aja portofolio lukisan-lukisan. Siapa tahu suatu saat setelah pandemic, kami sama-sama bisa mengajukan beasiswa residensi artis di negara yang sama. Aku mengajukan beasiswa kepenulisan dan suamiku sebagai seniman visual art. Amiiin.

Kalau ada yang berminat untuk membeli lukisan Pupon, bisa kontak ke IG nya ya. Ia juga punya channel youtube https://www.youtube.com/channel/UCYcmR1rXBYJ3HIIBiHICgfw

Kategori
My family Parenting PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY

Rusyda (kematangan) yang Tertunda

Lama saya bertanya-tanya kepada diri sendiri : kenapa banyak ortu sekarang yang mengeluhkan anaknya nggak mandiri? Nggak dewasa? Padahal sudah umurnya. Sampai kemudian saya menemukan buku karya Dr. Khalil Ahmad Asyantut ini, Rumahku Sekolahku.

Bukunya tipis, tapi masyaallah.

Menjawab sebagian besar perang di benak saya yang mempertanyakan psikologi VS parenting Islami.

Makna rusyda

Rusyda berarti kematangan. Dr. Khalid menekankan bahwa orangtua harus membantu anaknya dalam segala aspek , hingga mencapai usia rusyda. Usia rusyda ini bisa jadi saat dia sekolah, dia bekerja, bahkan menikah. Setelah menikah, jangan pula dilepaskan sebab ada anak-anak yang belum rusyda setelah menikah!

Pernah dengan suami istri bertengkar gegara yang suami suka jejepangan dan istrinya penggemar berat KPop? Yah, begitulah anak muda zaman sekarang. Di masa saya dulu, hal-hal semacam itu nggak ada. Suami saya penggemar film action ala Rambo, saya suka film drama macam Ghost atau Dying Young (haha…ketahuan banget umur berapa!). Suami suka sepak bola, saya suka baca buku. Tapi ya udahlah, hepi-hepi sendiri aja dan gak usah berantem. Berantem sesekali, tapi gak jadi konflik tajam. Padahal saya nikah sama suami di kisaran usia 20-21.

Kenapa rusyda tertunda?

“Rusyda” berarti kematangan

Banyak aspeknya

Pertama, jauhnya anak dari pengalaman real. Kondisi lingkungan, tantangan zaman, pekerjaan ortu, dll menyebabkan pengaruh dalam kehidupan anak. Zaman saya dulu, namanya bepergian jauh ke rumah nenek , sendirian, udah biasa. Naik bis, naik kereta api. Ortu saya kerja di Denpasar Bali, nenek saya tinggal di Lempuyangan Yogya. Sejak SMP udah biasa tuh PP Bali- Yogya sendiri. Naik travel pernah, dst. Bgm sejak SMP udah tahu berinteraksi dengan supir yang galak, teman sebangku di bis yang penipu dan nyolong uang, tetiba bis diganti karena rusak; itu sudah biasa. Menderita dan berjuang secara real, sudah biasa.

Anak sekarang? Termasuk anak saya.

Takut diculik, takut digendam, takut dianiaya. Ke sekolah aja diantar. Betapa banyak teman anak saya yang bawa sepeda ke sekolah, digendam. Yah, akhirnya ortu trauma dan memutuskan antar jemput anaknya.

Bersosialisasi?

Well, anak sekarang (termasuk anak saya) banyak menghubungi temannya via gadget. Untung rumah saya depannya masjid, jadi anak-anak masih sering ketemu orang.

Kita dulu?

Mau main ke rumah teman untuk belajar bersama perlu berinteraksi dengan banyak orang : izin nenek, izin om tante , izin ortu. Belum lagi izin sama ortunya teman. Saya kenal lho sama ortu teman-teman SMA saya gegara sering main ke rumah teman.

Menyangkut point pertama, gak bisa disalahkan kalau sikap ortu protektif banget di zaman sekarang. Temannya siapa, main ke mana, gadgetnya isinya apa. Semua seperti bom waktu. Wajar ortu takut. Kadang, teman anak di dumay tidak sesuai foto profilnya. PPnya cowok ternyata cewek. Eh, begitu sebaliknya. Ngakunya mau ikut turnamen game, tapi siapa tau?  Bilangnya mau belajar tapi di rumah teman…who knows? Wajar ada ortu yg kelewat protektif banget banget.

Kedua, sikap protektif ortu.

Ketiga, sedikitnya kesempatan komunikasi dan interaksi.

Dulu, sekolah gak butuh modal. Kemana-mana jalan kaki, bersedepada, nyalin catatan teman atau paling banter fotokopi. Gak butuh pulsa, gak perlu beli flashdisk dan harddisk, gak butuh gadget dengan RAM besar. Sekarang, beda lagi. Hampir setiap anak butuh HP canggih, butuh laptop, butuh kuota. Dampaknya? Ortu memeras keringat banting tulang memenuhi kebutuhan dasar anak untuk sekolah. Akibatnya, waktu ortu untuk bersama anak lebih sedikit.

Ini fakta yang gak bisa diabaikan.

Apalagi bila tinggal di kota besar. Akibatnya, kesempatan diskusi, bertukar pikiran, bertukar cerita udah jarang banget. Dulu, bapak saya PNS pulang jam 2. Masih sempat jemput saya, ngajarin saya ngaji. Kalau ada kebutuhan sekolah yang mendadak harus dibeli kayak buku tulis dan sejenisnya, bapak mengantar. Saya inget banget, ketika SD, lagi musim dompet warna warni. Bapak yang nganter saya ke toko, dan membelikan itu.

Sekarang, meski suami dulu pernah tinggal satu kota, sampai rumah habis maghrib. Belum kalau macet, Isya baru sampai. Anak-anak juga demikian. Minggu baru sempat kumpul, itupun kalau gak ada kondangan dan acara lain.

Terus gimana?

Ya, kembali ke QS Iqro : baca. Belajar. Jadi ortu harus belajar, belajar, belajar terus. Bukan hanya anaknya aja yg sekolah kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Kita juga harus belajar. Ketika perkembangan anak sejak kecil tidak mendapatkan pendampingan semestinya, wajar mereka lambat tumbuh dewasa. Rusdyanya terhambat. Kalau sudah begini, ortu jangan buru-buru bilang :

“Kamu kan udah SMA? Milih jurusan kuliah aja nggak ngerti? Bapak dulu kuliah di luar kota, daftar aja berangkat sendiri.”

“Kamu kan udah kuliah, harusnya ngerti dong, capeknya ortu!”

“Lho, kamu udah niat nikah. Masak nggak ngerti kalau nikah itu butuh persiapan banyak?”

“Kamu udah nikah. Udah jadi suami/istri. Masak gak tau apa kewajibanmu?”

Ada anak SMP yang udah dewasa dan mandiri. Tapi ada juga yang kuliah masih serba dilayani dan dikasih tahu. Ada yang sejak SMA udah bisa dilepas, tapi ada juga yang udah kerja dan nikah, masih aja bergantung pada ortu. Bergantung finansial, nasihat, bahkan eksekusi keputusan dalam perkara remeh.

Satu quote dr. Khalid yang indah tentang ortu yang telah memiliki anak yang menikah : tidak ikut campur tangan dalam urusan pribadi rumah tangga mereka. Tetapi ortu harus, membimbing anak-anak kepada kebaikan setelah menikah dan hubungan ortu tidak melemah setelah menikah.

Agaknya belia uingin menekankan bahwa sepanjang anak belum benar-benar rusyda, ortu adalah figure yang sangat dibtuhkan anak sepanjang hayat mereka.           Kitapun sampai seusia ini selalu menjadikan orangtua sebagai figure utama , bukan?

Hayo, antarkan anak-anak pada rusyda yang sesungguhnya. Dan jangan berkecil hati, karena kata dr. Khalid dan para pakar pendidikan Islam, banyak banget anak sekarang yang kematangannya mundur. Next saya bahas buku Dr. Jasim al Muthawwa’ ya, tentang Smart Islamic Parenting. Buku ini juga bagus, indah, menyentuh banget dan menjawab banyak pertanyaan saya pribadi seputar parenting Islami & psikologi Islami.

Pemesanan buku-buku Sinta ke Ibrahim 085608654369

Kategori
Bunda Cantik. Beautiful Mother Hikmah Jepang mother's corner Parenting Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Suami Istri WRITING. SHARING.

Lulusan Jepang, Dapat Beasiswa, Pintar, Tapi kok…

Sejak gadis berprestasi, punya cita-cita tinggi.

Berkali-kali pula mendapatkan beasiswa ke luar negeri.

Lulusan Fukuoka dari universitas bergengsi.

Apakah ia sekarang kehilangan motivasi?

—–

Kak H , sebut aja demikian. Cantik dan lemah lembut, pintar dan penuh sopan santun. Perjalanan menjadi relawan LMI kali ini mempertemukanku dengan seorang perempuan yang unik. Mahir berbahasa Jepang karena bertahun tinggal di sana (ya iyalah! 2010-2017). Ikut AFS tahun 2003-2004 di Tokyo dan diterima di Universitas Kyushu yang bergengsi di Fukuoka. We-o-we!

Mengambil S2 jurusan Bisnis dan Teknologi dengan penelitian tentang Karakteristik Halal Market di Jepang. Sempat menjadi dosen di sebuah universitas di Bandung tapi kemudian memutuskan : tinggalkan semua dan jadilah ibu rumah tangga.

Whaaat?

Trus, mengandalkan pemasukan 100% dari suami?

Membuang sia-sia bertahun ilmu di Jepang dan berkubang dengan permasalahan rumah?

Apakah kak H ini sebetulnya sedang kelelahan dengan tuntutan beasiswa, kuliah, penelitian, akademis, pekerjaan, plus urusan RT sehingga ujung-ujungnya ingin istirahat dari semua tuntutan itu dan beristirahat dengan dogma “menjadi ibu rumah tangga itu mulia?”

Baiklah.

Jepang dan Ibu

Apa yang anda kenal tentang Jepang? Bunga Sakura, mata uang yen, anime, manga, cosplay? Sebutan otaku atau wibu yang tenar di Indonesia; bagi anak muda. Rata-rata, yang ingin ke Jepang memang membayangkan keserbateraturan kota megapolitan, dan membayangkan mencicipi makanan khas yang restorannya  bertebaran di Indonesia.

Menghormati budaya leluhur adalah ciri khas bangsa ini.

Membayangkan perempuan Jepang akan terbayang AKB 48 , penyanyai YUI atau Utada Hikaru. Tetapi, bukan itu sosok yang ditemui kak H dalam kehidupan sehari-harinya di Jepang. Ia melihat, bahwa di Jepang perempuan sangat bangga menyebutkan dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga. Salah satu yang dikenal banyak orang adalah, bagaimana IRT di Jepang menyiapkan bento yang cantik bagi anak-anaknya. Rata-rata tidak ada yang memiliki ART sehingga pekerjaan rumah dikerjakan sendiri. Gak ngebayangin deh; belanja masak nyuci sendiri. Belum ngurus anak-anak dan lain-lain. Walau orang bilang, “ah, di Jepang mah enak! Segalanya serba teratur, serba mudah.”

Emang bener juga sih. Tapi tetap aja, jadi IRT itu di belahan dunia manapun selalu melelahkan. Bagi Kak H, ia terkesan sekali selama tinggal di Jepang. Menjadi istri dan ibu itu dengan label di KTP – Ibu Rumah Tangga bukanlah sesuatu yang pantas membuat hati kecil tak bangga.

Transisi Wanita Karier ke Stay at Home Mom

Satu yang kutanyakan ke kak H saat ia memutuskan tinggal di rumah : bagaimana dengan cashflow keluarga? Apakah finansial cukup? Di satu sisi kita percaya rizki urusan Allah Swt, tapi di sisi lain tentu ada kecemasan terutama bagi seorang istri dan ibu : apakah gaji suamiku cukup? Setelah diposkan ke berbagai tempat ternyata secara nominal emang gak bakal cukup!

Apakah masih bisa pasrah : ah, itu urusan Allah?

Bukankah kita harus berupaya maksimal dengan bekal taqwa dan bertawakal di akhir usaha?

Ternyata, ilmu yang didapat kak H sepanjang ia berkelana ke negeri Jepun tak sia-sia. Apalagi bisnis dan teknologi menjadi keahliannya. Ia tahu, meninggalkan dunia kerja pasti punya resiko keuangan. Ia tahu, walau berupaya pasrah, pasti ada resah. Apalagi, ada anak-anak yang butuh dukungan materi immateri.

Jurus kak H ini bisa banget dipelajari adik-adik Muslimah yang kelak ingin berprestasi di dalam dan di luar rumah. Apakah akan menjalani karir di luar atau di dalam rumah, semua kembali pada pribadi masing-masing. Tapi jika seorang perempuan memutuskan full time Mom, kak H ini bisa dicontoh

  1. Sejak kuliah sudah merintis bisnis. Kak H ini emang kayaknya suka bahasa. Ia merintis lembaga bahasa asing bernama Hikari Language Center. Tampaknya ini menjadi tonggak yang bagus bagi siapapun (khususnya perempuan) bahwa merintis usaha apapun sejak dini, terutama masa sekolah/kuliah akan membuat masa depan lebih cerah. Kelak mau punya pilihan ngantor, part time job, full time mom gak masalah. Karena sejak single udah punya tabungan skill, syukur-syukur tabungan finansial.
  2. Ketika sudah menikah, punya anak, lulus S2; kak H ini melanjutkan secara online kursusnya dengan nama baru Hikari Bridge. Bahasa yang ditawarkan adalah Inggris dan Jepang. Siswanya 400 orang dari berbagai belahan Indonesia (mau ikutan daftar juga ah!)
  3. Ketika ada hambatan finansial, berusaha sedekah meski kondisi sempit. Alhamdulillah…ada aja bantuan dari Allah Swt (setuju, kak H!)
  4. Memantapkan hati bahwa kembali ke rumah bukanlah sebuah bentuk dendam, sekedar ingin istirahat, melemparkan tanggung jawab bahwa : “ah, yg wajib nyari duit kan suami!” Bukan seperti itu. Pendidikan al Quran, golden age yang berharga, ingin menjaga tumbuh kembang anak-anak dengan baik adalah cita-cita kak H untuk kembali ke rumah
  5. Ada salah satu quote menarik dari kak H : skill dan ilmu yang bertahun-tahun dipelajari selama ini hanya untuk mempersiapkan diri bekerja dan menjadi karyawan. (Hm, bener juga. Padahal setelah menikah kita bukan karyawan siapapun tapi justru majikan bagi diri sendiri. Gimana punya mindset jadi pemimpin perusahaan yang memajukan semua stakeholder dan mengatur semua sumber daya baik human resources dan financial resources. Kita kan gak selamanya bisa jadi buruh atau karyawan buat pihak lain, kan? )

Makasih banget atas ilmunya ya, Kak H yang Cantik!

Jadi belajar banyak nih, apalagi kita punya kesukaan yang sama : bahasa 😊

————–

#kisahunik #kisahajaib #relawanLMI #silaturrahim #3

Sedekah mudah, sedekah berkah, semoga harta berlimpah.

Infaq dan wakaf bisa dimulai dari 10K saja, lho!

👉 E-wallet atau transfer bank, klik ini aja https://pay.imoneyq.com/laz/lmi/XW1VX

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Bunda Cantik. Beautiful Mother Hikmah Hobby My family Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Referensi Fiksi WRITING. SHARING.

Kamu Lagi Jualan?

Sebagian orang, nyangka saya lagi jualan produk tertentu ketika mau buat seminar Healthy & Confident Minggu nanti 21-02-2021 bareng komunitas Ruang Pelita. Padahal enggak sama sekali!

Pertama, saya ingin share gimana Ayyasy bisa menurunkan BB hingga 20 kg lebih. Dia tadinya nduut banget, mudah sakit, mudah demam. Macem-macemlah. Dia ngerasa makin lama tambah melar dan tiap lebaran gak ada baju cukup. Insecure juga.

Diet? Aduuuh, kami hanya kuat sebentar. Karena terus terang kalau saya harus melek malam, capek ke sana ke mari, perut lapar bikin lemes.

Nutrisi tertentu? Bolehlah. Tapi lama-lama juga gak kuat di kantong.

Akhirnya, kita semua paham bahwa jalan orang masing-masing untuk mencapai keinginan. Ada yang sukses dengan diet karbo, diet keto, jadi vegan. Ada yang sukses dengan mengganti makanan melalui herba nutrisi tertentu.

Kami ingin share bila ternyata, kita harus mengubah mindset dan lifestyle. Gak drastic emang, gak instan. Sebab baik Ayyasy ataupun suami , baru 2 tahun kelihatan lebih ideal. Tetapi hasilnya perlahan, pasti, tubuh fit dan ketika mau cheating day, hasilnya gak nambah banyak.

Lanjut ke Ayyasy.

  1. Orang malas banget olah raga. Ayyasy mengawalinya dengan ngedance. Prinsipnya, dia pingin hepi saat workout. Dia ngikuti dance para idol Korea  dari berbagi youtube. Ketika tubuhnya udah luwes, dia masuk ke babak berikut
  2. Orang gemuk emang lamban, jadi malas2an. Makanya sesudah luwes bergerak, Ayyasy WO sungguhan.
  3. Mulai menghitung kalori. Kalau dulu apapun disikat, sekarang mulai mencermati. Oh, krupuk berapa kalori? Coklat berapa kalori? Es krim? Ayam goreng? Gak diet ketat banget, tapi biar ngitung kebutuhan kalori. Kalau sudah makan brownies 2 potong, ya jangan minum es teh lagi

Kedua, suami saya.

Lingkar perut suami sampai 100 lebih dan BB nya juga lebih dari 100. Rutin ke tukang pijit hampir tiap bulan karena adaaaa aja yg masalah. Punggungnya, lehernya, kakinya. Udah kayak kakek-kakek dah. Alhamdulillah setelah bisa memodifikasi hidupnya, suami turun 17 kg.

Saya?

Hahaha.

Saya ini kalau di rumah benar-benar kerja keras. Kalau gak makan karbo, rasanya gak kuat nyuci piring, nyuci baju, nyeterika. Ibaratnya, orang Jawa kalau nggak makan nasi, kayak kurang kenyang! Mau makan roti seberapapaun banyaknya, tetap kayak gak makan!

Tersindir dengan BB suami dan Ayyasy, sayapun bertekad memperbaiki diri.

Oke, semua berawal dari pikiran.

Mau langsing? Ya jangan liat mukbang melulu. Lihat para boyband bikin chocotang alamaaak…endezzzz! Liat idol makan corn dog, yummy. Pingin bikin juga. Maka kalau habis liat acara makan2, saya ganti nyari channel Suzanna Yabar atau Yulia Baltschun. Atau channel apapun yg menceritakan WO di rumah, cardio ringan dll. Lumayan, akhirnya tertancap di benak : ohya, cardio cuma 15 menit lho! Padahal saya bisa ngetik 3 jam di latptop! Masa 15 menit gak bisa?

Mindset kedua, ketiga, nanti aja ya.

Ayyasy itu dulu, sampai mahasiswa selalu ngeri kalau udah flu. Padahal cuma batuk pilek, kami harus sedia panadol ibuprofen dan segala jenis obat penghilang rasa nyeri lantaran dia gampang banget demam tinggi. Padahal cuma masuk angin. Setelah langsing, masyaallah, tubuhnya tahan banting. Sampai2 pernah ada acara naik gunung sama komunitasnya, tentornya udah bilang : Ini gak bakal ada yg kuat sit up 20. Ternyata dia kuat leg raises, push up , sit up lebih dari yang ditentukan

Selain bicara fisik, tentu, gimana tetap percaya diri walau body goals belum tercapai. Dan bagaimana mengasah potensi dari dalam diri, agar kita menjadi seseorang yang bersinar.

Silakan ya!

FYI, Ruang Pelita mengadakan rangkaian beberapa acara yang oke punya. Stay tune!

—————————————————-

🔸️🟠 Healthy & Confident :
Sehat & Membangun Self Image 🟠🔸️

➿➿➿
Ngerasa gak cakep? Kurang good-looking ? Insecure karena penampilan gak oke? Ngerasa selalu kurang dari orang lain?
➿➿➿

Waaah, kita berjodoh, donk. Acara ini cocok buat kamu, insyaallah!
Gimana merancang healthy lifestyle agar tubuhmu lebih fit.
Kecantikan & ketampanan adalah bonus dari sehat!
Sekaligus memupuk rasa percaya diri agar pesonamu lebih terpancar.
Bersama 3 pembicara keren yang akan membuatmu termotivasi!

1️⃣ Dokter Sania ~
🌺Dokter, Motivator
🌼 Healthy Lifestyle for Your Goodlooking
🔸Gimana hidup sehat agar fisikmu oke, sehingga penampilanmu juga keren

2️⃣ Bunda Sinta ~
🌸Penulis, Psikolog, Traveller
🍁 Confident in Every Season
🔸Membangun Rasa Percaya Dirimu agar Siap Menaklukan Dunia

3️⃣ Kak Ayyasy ~
🦅 Illustrator, Healthy Enthusiast🥇Cara Oke Menurunkan Berat Badan dan Membangun Self Image
🔹Berpengalaman dalam menurunkan BB 25 kg dengan cara sehat


⏳Ahad, 21 Februari 2021
⏰08.00-11.00
💡Link Zoom menyusul
👉HTM : 10K saja

Fasilitas :
🐥Ilmu aplikatif
👣Relasi pengembangan diri
🍪Doorprize : buku, pulsa, cookies sehat

✍️Pendaftaran :
bit.ly/healthyandconfident
▶️transfer ke BSI (bank syariah indonesia) 7129-62-4943 a.n Ahmad Syahid Robbani
CP 0878-5521-6487


Selamat bergabung!
Enjoy your amazing life ❤️🧡👍👍

Didukung oleh :
Ruang Pelita, Polaris Store, Goodcookies

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Game Parenting PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager

CURHAT GAMING : Bagaimana agar Game Bermanfaat bagi Anak? (1)

Anime. Manga. KPop. Game.
Ini baru sebagian kecil dari dunia anak-anak kita saat ini, di mana orangtua diharapkan dapat mendampingi anak-anak agar mereka tumbuh menjadi sosok yang tangguh, kreatif, berakhlaq mulia. Bersyukur banget semalam ketemu dengan mas Ingge dan teman-teman dari Rumah Pelita Yogyakarta. Dihadiri oleh sekitar 70 orangtua yang kepingin banget tahu ttg bgm menghadapi anak yg suka game.
Saya rangkum dan bagi jadi beberapa tulisan, ya. Semoga bermanfaat.


📱🖥️📟🕹️
KENALILAH GAME
Untuk bisa mengendalikan dan mengarahkan anak, tak ada cara lain : mengenali game. Ini agar orangtua mudah berkomunikasi, berdiskusi, berargumentasi dan memberikan alternatif buat anak.
Di bawah ini beberapa game yang saya kenal, silakan ditambahkan.

  1. MMORPG : massively multiplayer online role playing game (Genshin Impact, World of Warcraft, Lord of the Ring online, dsb)

2. MOBA : multiplayer online battle arena (AOV, dll)

3. RPG : role playing game (Skyrim, Pokemon, Final Fantasy VI-VII-XII, dll)

4. FPS : first person shooter (Counter Strike, PUBG, dll)

5. Multiplayer game (Among Us, dll)

6. Rhythm game (Bang Dream, Superstar SMTown, dll)

7. Game-game jenis lain. Fashion game ( misal : Covet), word game (WOW)

Berbagai jenis game MMORPG


MANAKAH GAME YANG AMAN BUAT ANAK-ANAK?
Game yang masuk kategori online, sangat tidak aman untuk anak-anak TK, SD. Anak SMP dan SMA perlu pengawasan dan pendampingan. Perhatikan juga masing-masing game punya rating umur seperti film. Utk 13 tahun, remaja, dewasa, semua umur, dst.
Online bisa mengakibatkan pemain nggak mau dihentikan segera. Apalagi bila mabar dengan teman-temannya. Bisa dibayangkan, kan? Kita lagi main ber-5. Tau-tau ibu memanggil dan salah satu harus keluar dari arena game. Wah, 4 teman kita bisa mati di arena. Karena nggak mau mengorbankan permainan, mengorbankan tim dan teman-teman; biasanya anak nggak mau berhenti ketika berada di tengah game online.


👦🏻👩🏻👦🏻👩🏻
Ada banyak situs-situs yang memajang game buat anak-anak. Silakan dipilih . Ada yang tentang world building, farming, berkebun, salon, scavenger hunt dll. Apapun jenis permainannya, jika online, orangtua harus bijaksana.
📛📛📛
Apalagi jika game itu online, dimainkan bersama-sama (multiplayer), mengandung unsur kekerasan dengan storyline tertentu untuk mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya dengan adegan berdarah-darah. Dilakukan setiap hari oleh seorang anak SD yang masih butuh berkomunikasi intens degnan orangtua; kita dapat bayangkan bagaimana perkembangan psikologisnya.



GAME OFFLINE, APA AMAN?
Perlu dipilih juga. FPS yang modelnya baku tembak dengan adegan berdarah-darah, tentu nggak cocok buat anak. Remaja pun butuh pendampingan. Sekalipun Pokemon, kalau mainnya kebablasan tentu juga perlu diperhatikan. Bahkan game yang ringan seperti Superstar SMTown atau Covet saja, anak-anak dan remaja perlu diberikan kedisiplinan waktu untuk memainkannya.

GAME BISA MEMBUAT ANAK AGRESIF?
Gaming 100%, bukan satu-satunya penyebab agresifitas anak.
Banyak sekali komponennya. Anak yang akan bermasalah dengan game adalah :
▶️Anak sudah bermasalah punya ADD, ADHD, LD + bermain game
▶️Orangtua bermasalah + bermain game

▶️Akademik bermasalah + bermain game
▶️Komunikasi buruk + bermain game
▶️Mengalami bullying + bermain game
▶️Pola asuh salah + bermain game

👇👇👇
Bukan hanya gamingnya yang harus diperhatikan. Tapi lihat lagi secara detil apa saja kondisi komorbid yang menyertai perilaku bermasalah seorang anak. Ada siswa SMA dan mahasiswa yang gak sesuai dengan jurusannya, tetapi terpaksa masuk MIA atau masuk teknik gegara dipaksa ortu. Ia melampiaskan ke gaming dan jadilah game membuatnya semakin agresif. Ini contoh dari akademik bermasalah + bermain game.

👇👇👇
Orangtua yang enggan berkomunikasi dan malas mendengar anak rewel lalu membelikan android plus games-nya, jadilah si anak kecanduan dan ngamuk kalau nggak diperhatikan. Ini contoh dari pola asuh salah + bermain game.


BAGAIMANA AGAR GAME BISA AMAN?

1.Untuk anak, belikan gawai dengan RAM dan memory terbatas. Harga 1-1,5 juta cukuplah. Jangan biarkan ia bermain dengan gawai mahal yang performanya sangat bagus. Anak belum bisa mengontrol keinginannya untuk unduh macam-macam

2.Kalau memang harus online, pakailah pra bayar. Pasca bayar bisa buat jantungan! Pernah dengan kan tagihan ortu sampai 60 juta gegara game online?

3.Sesekali, ortu duduk di samping anak. Lihat apa yang dia mainkan. Bagus sekali kalau ortu bisa ikut main dan tau. Anak main PUBG, ortu juga belajar PUBG. Anak main Among Us, ortu juga harus bisa

4.Game PC VS android. Lebih baik pakai PC. Taruh PC di ruang tengah. Kalau ditaruh di kamar, anak jadi penyendiri. Kalau pakai android, apalagi. Android mahal dg performa unggul, haduuuhh. Lebih-lebih, deh!

5.Game online? Lihat apakah pakai gacha. Gacha adalah racun di dunia gaming, sebagaimana cyber-bullying adalah racun di dunia per-KPop-an. Gacha bisa diartikan sebagai undian. Kadang bisa didapat sesudah menyelesaikan tahap tertentu, kadang harus beli. Maka dikenal anak-anak sultan atau orang kaya yang bisa menang game online karena punya duit untuk beli karakter tertentu, untuk membeli senjata tertentu.

6. Udah kecanduan? Hayuk, duduk bareng. Ortu silakan mengurangi kesibukan dan mulai berkonsultasi dengan sebanyak mungkin pakar : psikiater, BK sekolah, psikolog, ustadz, ortu lain yang punya permasalahan serupa. Kalau sudah agresif, cemas berlebihan, tidak bisa beralih perhatian dari gaming; kadang memang harus dibantu obat.

📱🖥️📟🕹️

Bersambung : bagaimana tahun anak berbakat gaming atau kecanduan gaming?

Atas : Sinta Yudisia . Bawah : Ingge Cahyadi
Kategori
ACARA SINTA YUDISIA Cinta & Love PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager

— NGOBROL & CURHAT —

✨ “It’s Okay Not to Be Your Valentine ” ✨

Fenomena muda-mudi di kota-kota besar, khususnya di hari Valentine, seringkali dijadikan momen untuk menunjukkan rasa cinta kepada orang terkasih.

Beragam cara ekspresi perhatian yang diberikan dengan saling berkirim ucapan, memberi hadiah, nge’date’, bahkan kencan yang mengarah pada pergaulan bebas.

Psstt… ini kah yang namanya Life Style?

Sesuai nggak sih dengan budaya & norma kita?

“Tapi.. kan sekali-kali boleh dong gaul sesama anak muda di momen itu?”

Boleh kan mengekspresikan rasa cinta kita?

Yuk.. dikepoin:
Apa sih Cinta?
Apa bedanya dengan dengan kasih sayang?
Siapa aja yang bisa kamu berikan cintamu?
Gimana sih cara menyatakannya dengan tepat?

Kuy kuy kita ngobrol dan curhat dengan Bu Sinta dan Bu Santya di acara yang asyik ini!

Ada doorprize menarik juga loh 💖❤️

✨ MARK THE DATE ✨
📅 Hari : Sabtu, 06 Februari 2020
⏰Jam : 08.00 – 12.00 WIB
▶️Via Zoom Meeting

👨 Narasumber 1
Sinta Yudisia, S.Psi., M.Psi., Psikolog

  • Penulis, Psikolog
  • Marriage Counselor, Trainer

👩 Narasumber 2
Santya Anggraini, S.Psi., Psikolog, M.E.I

  • Psikolog Klinis, Alumni Psikologi UNPAD
  • Direktur Biro Psikologi Santya Gresik dan Malang
  • Psikolog Klinis di Klinik Psikologi RS Semen Gresik Gresik.

REGISTER HERE ‼️
📎 https://bit.ly/SeminarValentine
— peserta terbatas!

🎟️ HTM :
Rp 50.000/org
Dapatkan Diskon 50% dari harga normal menjadi :
Rp 25.000
Dengan Persyaratan Berikut :

  1. Follow IG @psikolog.sa
  2. Like dan repost postingan ini di story, lalu mention ke @psikolog.sa
  3. Bagikan postingan ini ke 2 grup whatsapp

🎟️ Pembayaran :
[No. Rek BCA 7900299553 a.n Santya Anggraini]

☎️ Info & Konfirmasi kegiatan :
Yusril Izza
0813-3477-5841 (WA)