Kategori
Oase Renungan Hidup dan Kematian Tokoh WRITING. SHARING.

Beberapa Nasehat Terbaik B.J. Habibie

 

 

 

انا لله وانا اليه راجعون

Telah pergi salah satu putra terbaik bangsa Indonesia, bapak Bacharuddin Jusuf  Habibie.

Mantan Presiden  Ri , Habibie wafat.png

Airmata rasanya mengalir begitu saja, terisak tanpa dapat ditahan. Meski  aku dan sebagian besar kita belum pernah bertemu langsung, tapi banyak hal yang bisa kita pelajari. Malam ini, kuambil dari rak buku salah satu buku favoritku : Total Habibie, karya A. Makmur Makka dari penerbit Edelweiss. Ada banyak hal yang dapat diambil dari buku ini. Romantisme suami istri, perjuangan sebuah keluarga, hingga visi misi sebagai bapak bangsa.

BJ Habibie, cover buku
Total Habibie : penerbit Edelweiss

Tidak mudah menjadi kepala negara bagi 200 juta orang dengan suku bangsa sejumlah 800an. Kebiasaan, adat istiadat, cara berpikir, cara berbahasa dan banyak lagi; sangat berbeda. Tetapi BJ Habibie memiliki terobosan-terobosan spektakuler. Beliau selalu mendorong anak bangsa untuk bermimpi dan bercita-cita besar. Fokus bangsa pada pencapaian, prestasi, keberhasilan sehingga kepala  kita dipenuhi keinginan untuk bagaimana meraih prestasi setinggi-tingginya.

Otaknya Jerman, hatinya Mekkah. Itu nasehat singkat beliau yang sangat mengena bagi anak muda dan generasi penerus. Pintar saja tak cukup kalau moralnya busuk. Sebaliknya, moral luhur tanpa bekal kecerdasan juga tak akan mampu bersaing di era global

Ada beberapa gagasan dan pendapat beliau yang patut dicontoh dan semoga terwujud segera :

  1. Gandakan diri jadi 1000, jika engkau merasa sukses.

BJ Habibie & 1000.jpg

Sebagaimana Habibie bertekad menggandakan dirinya minimal menjadi 1000 orang. Ia selalu mendorong anak bangsa untuk berprestasi tinggi. Dalam buku Total Habibie, beliau mengambil contoh orang Jepang yang suka berteriak banzaaaiii untuk menyemangati rekan kerjanya yang sukses. Indonesia, memiliki ciri iri hati dan dengki yang harus dihilangkan. Ketika melihat orang lain sukses, harusnya memberi semangat agar ia naik lebih tinggi lagi. Ketika kita sendiri sukses, harus mampu menggandakan menjadi 1000 orang dan jangan bangga menjadi pintar & kaya sendirian.

 

 

  1. Jadilah anak bangsa yang memiliki produk andalan dan unggulan.

Andalan & unggulan.jpg

Apa beda andalan dan unggulan? Banyak orang memiliki produk andalan, tapi bukan unggulan. Produk andalan itu bagus dijual, tetapi bukan satu-satunya produk di pasaran. Alangkah baiknya bila sebuah produk itu andalan dan unggulan. Misal, Indonesia memproduksi N250 Gatotkaca IPTN. Itu adalah produk andalan sekaligus unggulan. Dari 180 negara hanya 15 negara yang bisa membuat pesawat, salah satunya Indonesia.

 

 

 

 

 

  1. Ilmuwan harus mengubah teori.

Saya memahaminya begini :

Sebuah teori, terutama konsep sosial, terbangun oleh situasi. Misal “orang miskin tidak dapat mencapai tingkatan tinggi karena tak punya uang untuk sekolah.” Seorang ilmuwan harus mampu mengubah teori itu. Orang miskin tidak dapat mencapai tingkatan tinggi jika tidak punya kemauan belajar. Orang  kaya tidak dapat mencapai tingkatan tinggi jika tidak punya kemauan belajar.

Jadi seorang ilmuwan jangan hanya taat pada teori tetapi harus mampu menciptakan teori baru atau bahkan mengubah paradigm teori yang implementasinya merugikan.

  1. Jangan memiliki mental kasir.

Kasir adalah orang yang senang menerima uang.

Membangun sebuah bangsa yang besar, tolok ukurnya memang tidak memiliki kekayaan material dalam jangka waktu dekat. Tetapi SDM harus dibangun dengan biaya sangat mahal. Negara kita sangat paradox : kaya tapi miskin, indah tapi jelek.

  1. Setiap kita , baik individu dan bangsa, harus berupaya mandiri.

Sebuah bangsa, jangan hanya mau tunduk pada kepentingan asing. Begitupun setiap individu, harus be;ajar mandiri dalam segala aspek agar memiliki kedaulatan pribadi dan kemampuan untuk berkembang optimal.

  1. Masih banyak lagi pidato dan nasehat-nasehat beliau yang sangat berharga untuk disimak.

Kemesraan ibu Ainun dan pak Habibie yang sangat lekat di benak dan hati bangsa Indonesia. Love both of you. May Allah grant with jannah.

 

Ah, kenapa hatiku sedih sekali?

Rasanya seperti merasa kosong dan hampa.

Aku ingat caranya berbicara yang meledak-ledak, sangat antusias dengan mata yang berbinar. Ingat keshalihan dirinya sebagai kepala negara. Ingat betapa setia dan mesranya pada bu Ainun Habibie.

Semoga Allah mengabulkan cita-cita pak Habibie : gandakan bagi bangsa ini 1000 orang, 100.000 orang, sebanyak mungkin yang Engkau Ridhoi seperti Habibie, ya Allah.

 

(Cuplikan-cuplikan  halaman berasal dari buku Total Habibie, karya A. Makmur Makka, penerbit Edelweiss, Depok – 2013)

 

Kategori
Catatan Perjalanan Dunia Islam Jurnal Harian Oase Quran kami Renungan Hidup dan Kematian Tokoh WRITING. SHARING.

Rangkuman pertemuan dengan Murteza Fikri, Saddam Hussein dan Muammar Qadafi (3 putra Saifudin Ibrahim)

Pertemuan dengan Ustadz Menachem Ali dan 3 putra Saifudin Ibrahim hari itu, sungguh merupakan hadiah berharga bagi diriku yang berulang tahun pernikahan tepat 25 Desember 2017. Apalagi hari itu fisikku sedang drop sekali, sejak Jumat sakit sehingga butuh perjuangan untuk berangkat pagi ke masjid dan ke acara Saddam Hussein cs di SD Muhammadiyah 4, Pucang Anom, Surabaya. Sampai-sampai di masjid, aku harus merunduk-runduk memegangi perut yang bolak balik kolik hingga putriku berkata, “sabar ya Mi…”

Suamiku pun sempat berkata sebelum berangkat ke acara di Mudipat (Muhammadiyah 4).

“Nggak usah aja ya? Prioritas kesehatan dulu,” ujarnya khawatir melihat kondisiku yang masih agak kepayahan.

Anehnya, entah mengapa tekadku sangat kuat. Bahkan kami berangkat jam 08.00 pagi, masih sepi dan aku harus mampir ke masjid al Falah untuk beristirahat sebentar lantaran perutku yang kolik lagi. Alhamdulillah, kami tetap bisa hadir di acara ketika bangku masih kosong, sebab ternyata acara mulai jam 09.00 pagi. Sebab ternyata, peserta membludak hingga ruangan penuh dan peserta yang tidak kebagian tempat harus rela berdiri!

Membludak!

 

Apa yang kutuliskan adalah catatan sepanjang  3 putra Saifudin Ibrahim memandu acara yang luarbiasa hari itu. Istighfar, hamdalah dan airmata tak terbendung dari mataku. Dari mata para pengunjung. Sungguh; betapa luar biasa 3 pemuda di depan kami yang tetap kokoh dalam keimanan mereka sementara sang ayah saat ini tengah berdakwah dari seberang agama yang lain.

fikri, saddam, qadafi.JPG
Muamamr Qaddafi (3), Murteza Fikri (1), Saddam Hussein (2)

Profil singkat Saifudin Ibrahim

Saifudin Ibrahim berasal dari Bima. Beliau anak ke-2 dari 9 bersaudara. Anak ke-1 perempuan, maka Saifudin Ibrahim terbiasa menjadi pemimpin keluarga. Istrinya, Nurhayati merupakan anak dari 11 bersaudara yang berasal dari Jepara. Baik orangtua Saifudin Ibrahimd an Nurhayati adalah orang-orang terpandang, sebab ayah Saifudin Ibrahim (SI) adalah peolpor Muhamamdiyah di Bima sedang ayah Nurhayati adalah pelopor Muhammadiyyah di Jepara.

SI seorang yang tangguh, pejuang sejati dan orang yang brillian.

Sejak kecil hingga dewasa, ia selalu mencari beasiswa. Ia menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta atas beasiswa PP Muhammadiyah. Si angkatan 1983, mendapat beasiswa kader dan kuliah di Ushuluddin mengambil perbandingan agama. Selanjutnya, SI bekerja sebagai salah satu guru di Mahad Zaytun. Beliau mengajar bab aqidah, tarikh dan bahasa Arab. SI adalah seorang yang sangat fasih berbahasa sehingga ia juga menjadi humas dan bertugas untuk menerima tamu-tamu dari Timur Tengah. Dalam perjalanannya, SI pernah mengIslamkan 12 orang.

 

Murtadnya SI

Tahun 2006, SI keluar dari agama Islam. Setelah ia murtad, SI kuliah lagi di bidang teologi. Ia kemudian berkeliling, utamanya tanggal 25 Desember untuk berceramah di depan jemaat sembari mengutip ayat-ayat Quran yang memang sudah sangat lekat dengan dirinya.

Apa pasal kemurtadan SI?

Ada beberapa kejadian yang terjadi dalam hidup SI, yang diduga menyebabkannya kecewa dengan orang-orang muslim dan akhirnya menyebabkannya berpindah agama

  1. SI di skors dari Zaytun karena dianggap memiliki dualisme pekerjaan. Beliau diskors 3 minggu atas tuduhan tersebut tanpa klarifikasi. Tak tanggung-tanggung beliau diskors oleh pemimpinnya yang selama ini menganggap SI sebagai tangan kanan (menurut Saddam Hussein, yang berjualan herba saat itu adalah Ummi. Jadi bukan Abi)
  2. Bersamaan dengan itu, seorang Nashrani memberikan hibah 1400 New Statemen untuk dibagi-bagikan kepada pesantren
  3. Bermimpi bertemu nabi Isa dan nabi Muhammad Saw meninggalkannya

 

Saddam Hussein kecil menjadi saksi kemurtadan sang Abi

Saddam Huseein saat itu 10 tahun dan duduk di bangku kelas 6. Si kecil Saddamlah yang pertama kali mengetahui kemurtadan Abi, tapi karena kepolosannya belum tahu harus berbuat apa.

SI melakukan perjalanan ke Jakarta, lalu ke Surabaya sebelum ke Lombok dan Bima. Yang membuat Saddam bertanya-tanya saat itu :  mengapa Abi tidak sholat?  Mengapa Abi selalu bertamu dengan teman-teman Nashrani?

Saddam kecil rupanya ingin tahu mengapa abinya tak sholat.

“Abi nggak sholat?”

“Jama qoshor,” jawab SI.

“Kok gak Shubuh?”

SI hanya diam saja.

Menurut Saddam, Abi murtad saat berada di Surabaya. Saddam mendapat instruksi dari abinya ,”Abi mau ngajari toleransi. Kalau mereka doa, kamu ikut nunduk doa.”

Saat di Surabaya, SI bertemu dengan teman-teman Nashraninya, utamanya dari the Gideons. Ia diperlihatkan video-video sementara Saddam diminta main dengan anak seorang pendeta. Meski demikian, saat Saddam mencari ayahnya, ia mendengar sang abi berdoa ,”ya Tuhan Yesus, ini adalah hambaMu…”

Hancur hati Saddam mendengarnya. Ia gemetar namun tak tahu harus berbuat apa. Sebagai anak kecil hanya dapat merasakan kesedihan yang dalam sebab SI baginya adalah sosok seorang abi yang inspiratif dan penyayang keluarga. Berkali-kali SI menekankan pada Saddam, “pokoknya nggak boleh, nggak boleh kasih tahu!” Maksudnya nggak boleh kasih tahu tentang kemurtadan SI kepada anggota keluarga.

Menurut Saddam, ummi sudah mulai curiga namun belum menemukan jawaban pasti. Mengapa status kerja SI dicabut di Zaytun? Dari Indramayu, keluarga SI pindah ke Bekasi, dibelikan rumah oleh Pdt. Eri Sapto Wedha. Saat pindah ke Bekasi 7 hari, Saddam mendapati ummi menangis sejadi-jadinya jam 22.00. Menurut pengakukan Murteza Fikri, ummi menangis selama seminggu lamanya. Namun, di dpean anak-anaknya, ummi belum menceritakan kejadian sebenarnya. Ummi hanya berujar,

“Abi mau pergi jauh. Abi mau pergi ke luar kota lama.”

Ini dilakukan ummi supaya anak-anaknya tak sedih.

Ummi memiliki sakit diabetes yang berkisar antara 300-700. Karena kuatnya semangat ummi, sekalipun memiliki diabetes 700 yang harusnya membuat seseorang terkapar, beliau tetap bangkit berdiri demi anak-anaknya. Memang, ummi sempat agnostik. Namun, menjelang wafatnya ummi berwasiat kepada ketiga putranya agar tetap dalam keIslaman.

2006-2012 anak-anak SI masih serumah dengannya. Sebab kalau tidak ikut aturan main, maka anak-anak tidak makan dan tidak sekolah. SI dibaptis dengan nama Abraham bin Moses.

 

Pertanyaan peserta dan jawaban yang mencerahkan

Ada banyak pertanyaan yang menghujani tiga putra SI : Murteza Fikri, Saddam Hussein dan Muammar Qaddafi. Pertanyaan dari kaum ibu umumnya mirip : bagaimana setelah abi murtad? Apakah masih serumah? Apakah ummi abi masih campur? Apakah mereka bercerai?

Ada pertanyaan-pertanyaan yang sangat menohok dari peserta.

  1. “Abi adalah ayah biologis dari Saddam cs. Tapi menurut Saddam, apakah ayah kalian kafir dzimmi atau kafir harbi?” tanya seorang ibu muallaf yang dulunya memiliki nama baptis Maria Christina.
  2. “Saya telah berdiskusi via whatsapp dengan Abi,” ujar ustadz Menachem Ali. “Menurut saya beliau belum memahami ajaran Nashrani dengan mendalam, sebab beliau masih memiliki kebingungan. Tampaknya, beliau hanya sakit hati dengan beberapa person dalam Islam tetapi kemudian merasa nyaman dengan keluar Islam. Di titik apa Abi terseret hingga keluar dari Islam?”
  3. “Adakah upaya untuk menarik SI kembali kepada Islam?” tegur seorang lelaki, seorang pengurus takmir masjid. “Janganlah anda merasa enjoy dengan melakukan perjalanan kesana kemari, mengisi acara, lalu melupakan kewajiban utama mengembalikan ayah anda kepada Islam.”

 Maria Christina dan ustadz Menachem Ali

 

Kafir harbi dan kafir dzimmi

Kafir harbi adalah mereka yang terang-terangan memerangi Islam sementara kafir dzimmi adalah sebaliknya. Menurut Saddam, SI adalah ayah biologis tetapi SI pindah agama. Urusan murtad adalah urusan SI. Karena beliau ikut campur dalam urusan agama lain termasuk menghina Allah Swt, Rasulullah dan Islam maka SI harus mendapatkan tindakan tegas. SI punya akun youtube ribuan followers dan ribuan likers. SI juga punya yayasan Amanat Agung yang memiliki 300 ribu pengikut aktif-pasif.

Pak herman.JPG
Pak Suherman Rosyidi menjelaskan tentang harbi-dzimmi

Secara karakteristik, SI termasuk kafir harbi. Namun sebagai negara konstitusional tentu tidak dapat diterapkan harbi-dzimmi tetapi kasus SI dapat masuk ke ranah hukum pidana. Jadi kaum muslimin pun tidak dapat main hakim sendiri untuk menentukan harbi-dzimmi, kecuali negara Islam , sementara Indonesia adalah negara konstitusional.

Sesungguhnya, tindak tanduk SI telah banyak meresahkan masyarakat. Namun, pihak kepolisian belum merespon cepat sekalipun yang melaporkan sudah banyak. KNAP (Komisi Nasional Anti Pemurtadan) pada akhirnya tidak mengontak Polri tetapi mengontak MUI yang lansung melaporkan ke Ustadz Maruf Amin. Ustadz Maruf Amin langsung membuat komisi darurat dan ditindak lanjuti oleh pak Tito Karnavian.

SI masuk dalam kategori harbi adalah karena ceramah-ceramahnya yang antara lain mencuplik ayat secara tidak lengkap, beberapa di antaranya adalah

  • Satu-satunya agama yang membolehkan membunuh hanyalah agama Islam
  • Memlintir tentang poligami
  • Tidak ada orang yang dapat menjalankan Islam secara kaffah

 

Memahami ajaran Nashrani

Menurut Saddam, SI memahami betul tentang Islam dan cukup paham ajaran kristiani. Sekalipun memang titik baliknya karena kekecewaan terhadap orang-orang tertentu dalam Islam. Salah satu yang menjadi legitimasi kekecewaan SI adalah tindakan Amrozi dan Imam Samudra.

Walau, tetap saja ada kejadian di luar nalar yang menyebabkan seseorang murtad.

Menurut Saddam, orang murtad karena tiga hal :

  1. Murtad karena harta
  2. Murtad karena nikah
  3. Murtad karena mimpi

SI mengalami nomer 3.

 

Ada perkataan Saddam yang menurutku sangat menohok.

Sesungguhnya di dunia ini, kaum muslimin menyaksikan beberapa jenis korban kemanusiaan. Korban-korban kemanusiaan ini haruslah ditangisi dengan kesedihan mendalam dan segera mendapatkan bantuan.

  1. Korban bencana dan korban perang. Suriah, Palestina, Rohingya. Korban yang syahid telah mencapai 700 ribu dan terus berjalan. Namun pada hakekatnya, korban-korban ini husnul khatimah dan syahid , serta insyaallah masuk ke dalam JannahNya. Kaum muslimin menangisi kondisi saudara-saudaranya yang seperti ini, medoakan dan segera memberikan bantuan
  2. Korban pemurtadan yang sesungguhnya jauh lebih mengenaskan sebab kaum muslimin tidak ada yang menangisi walau akhir hidup korban-korban ini jauh berbeda dari korban yang pertama.

 

Pemurtadan terhadap kaum muslimin dilakukan atas beberapa alasan, antara lain :

  • Kaum muslimin yang miskin, lebih banyak dari yang mapan
  • Kaum muslimin yang awam, lebih banyak dari yang paham

 

Upaya menarik SI kembali pada Islam

Kali ini yang berbicara adalah Muammar Qaddafi.

Masyaallah, sungguh beruntung ummi Nurhayati memiliki 3 pendekar ksatria yang insyaalah sangat dibanggakan kaum muslimin. Mereka masih muda, berani dan juga cerdas.

 

Muammar.JPG
Muammar yang bijak dan berani

“Kami tidak merasa enjoy dengan melakukan hal seperti ini (berdiri di stage dan ceramah). Tetapi kami harus berkeliling, sebab kami bertanggung jawab terhadap jutaan ummat di luar sana yang terpengaruh oleh upaya abi.”

Tentang upaya mengembalikan SI kepada Islam sudah diupayakan anak-anaknya. Meski keahlian agama 3 putranya jauh berada di bawah SI, namun bukan berarti 3 putranya tidak berupaya berdiskusi. Hasilnya adalah kemarahan SI. Saat ini Saddam Hussein lulus dari teknik elektro UMS dan berniat mencari beasiswa yang berbeda dari jurusan sebelumnya, ia ingin mengambil studi perbandingan agama. Sementara Muamamr Qaddafi masih duduk di jurusan komunikasi.

Saddam Hussein menambahkan bahwa tidak ada upaya maksimal dalam mengajak SI kembali pada Islam kecuali mereka telah dipanggil Allah Swt. Bila berkata upaya telah maksimal, maka dapat dikatakan mereka telah menyerah. Pada akhirnya, seluruh hadirin di majelis itu mendoakan agar kiranya Allah Swt berkenan mengembalikan SI ke dalam pangkuan Islam kembali.

Sungguh, hidayah adalah harta yang sangat mahal.

Hidayah merupakan anugerah Allah Swt namun sebagai manusia harus terus berupaya mencari dan mempertahankannya.

 

Kita selayaknya saling mendoakan dan mendukung satu sama lain agar senantiasa berada dalam lindungan dan tuntunan Allah Swt, aamiin yaa Robbal ‘alamin.

Kategori
Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Rahasia Perempuan Suami Istri Tokoh Tulisan Sinta Yudisia

Lelaki dengan Kharisma Alpha-Male

 

 

1

“Saya mau nikah dengannya, Mbak. Titik.”

“Tapi anda sudah bersuami?”

“Ya,  saya tahu itu. Tapi saya nggak bisa berhenti mikirin dia. Saya selalu kangen dia, nangis tiap kali ingat dia.”

“Mbak, lelaki yang anda inginkan sebagi suami itu bukan tipe setia.”

“Saya sudah siap!”

 

2

“Saya tertarik dengan lelaki lain.”

“Sudah istikharah, sholat malam?”

“Sudah.”

“Dan?”

“Yang muncul wajahnya. Bukan wajah suami saya. Berarti dia yang terbaik untuk saya.”

 

 

Maha Suci Allah yang menciptakan beragam jenis manusia agar kita merenung dan terus belajar sepanjang hayat. Awalnya saya masih harus banyak belajar (dan untuk seterusnya) tentang bab perselingkuhan. Untuk perkara cinta yang tidak bisa dijabarkan. Untuk masalah cinta yang tidak sesederhana seperti yang diucapkan Sapardi Djoko Damono “Aku ingin Mencintaimu dengan Sederhana.”

Sampai di suatu titik saya mengerti. Dan ingin berbagi untuk anda semua, para pembaca atau siapapun yang ingin tahu rahasia cinta. Semoga dengan ini kita semakin waspada terhadap diri sendiri, terhadap orang yang kita cintai, terhadap orang-orang yang kita kasihi.

 

Manusia Diberi Kelebihan

Ada orang-orang yang diberikan kelebihan. Ini tentu saja hak prerogatif Tuhan dan kita tak bisa menyangkal. Sebagian manusia sangat cantik, tampan rupawan. Sebagian biasa-biasa. Sebagian jelek, tak menarik, atau bahkan cacat, naudzubillahi mindzalik.

Begitupun, ada manusia yang diberikan kelebihan dalam hal kepandaian. Kepintaran. Kemampuan berbicara. Kemampuan mengorganisasi  dan seterusnya. Dan, ada manusia-manusia istimewa yang diberikan banyak kelebihan.

Aisyah ra diberikan nasab, kekayaan, orangtua seperti Abubakar Shiddiq juga kecantikan dan kepintaran. Mushab bin Umair diberikan ketampanan dan kesholihan. Ada pula orang seperti Napoleon Bonaparte yang tidak tampan tapi merupakan jenderal yang hebat. Begitupun Socrates merupakan filsuf terkemuka dengan fisik dan wajah buruk. Abraham Lincoln merupakan presiden dengan wajah tak terlalu menarik; dibandingkan JF Kennedy dan Bill Clinton yang tampan.

Kali ini bahasan saya tentang kaum lelaki.

Dan berikutnya insyaallah tentang kaum perempuan.

Ada lelaki yang diberikan kemampuan spesial.

Bukan hanya fisik menarik tapi juga keahlian dalam memimpin, berbicara, mengorganisasi, mempersuasi orang, meyakinkan orang. Dan mungkin juga menipu, memperdaya. Contoh negatif adalah Jack the Rapper yang sangat terkenal memperdayai korban-korbannya. Ia dikenal sangat menawan, tampan, mempesona hingga para perempuan jatuh hati dan rela memberikan cintanya meski harus berakhir kehilangan nyawa.

 

 

Di negeri kita, ada sosok lelaki seperti Bung Karno yang sangat istimewa. Ia pintar, tampan, sangat memikat hingga banyak perempuan jatuh hati padanya.

Bung Karno
Bung Karno

Para lelaki seperti ini dikatakan memiliki kharisma alpha-male.

Tidak semua orang hebat memiliki kharisma ini.

Saintis yang memiliki kharisma ini terbatas. Albert Einstein dan Elon Musk, salah seorang di antaranya. Di dalam kehidupan keseharian, kita jumpai pula para lelaki yang memiliki kharisma alpha-male.

Mereka umumnya good looking. Walau ada juga yang penampilan luarnya biasa-biasa saja.

Ketika berbicara membuat orang terkesima.

Kata-katanya menyihir. Hanya berbicara sebentar, orang tertarik dan mengiyakan.

Umumnya mereka juga berprestasi.

Elon Musk

Berhati-hatilah, Perempuan

Apakah Alpha Male ini nurture atau nature?

Apakah ia bentukan atau bawaan?

Biasanya alpha-male adalah anugerah dari Tuhan YME.          Merupakan bakat yang dari sononya sudah diturunkan. Saya punya seorang teman yang mampu memikat banyak perempuan, sampai perempuan bule pun terpikat padanya, ternyata ayahnya pun seorang alpha-male. Ayah teman lelaki saya inipun banyak punya affair dengen perempuan dan selalu diminati perempuan meski sudah tua. Untung saya bukan termasuk perempuan yang terpikat karena hati saya sudah ada yang punya #lebay .

Dalam pekerjaan dan relasi sehari-hari, para perempuan baik yang masih single atau sudah menikah; kemungkinan bertemu dengan lelaki tipe alpha-male. Kalau tidak berhati-hati; perempuan akan tergoda dan jatuh pada lubang cinta . Bahkan, kalau sudah bicara cinta, perempuan sama sekali mengabaikan rasio. Sampai-sampai punya suami yang jauh lebih ganteng, jauh lebih mapan, punya anak hebat pun tidak masuk hitungan. Tetapi memang demikian cara perempuan bersikap. Saya bukan feminis yang selalu membela perempuan, ya. Tapi memang watak dasar perempuan mudah tertipu dan terperdaya. Kalau nggak, tidak ada perempuan jadi korban iklan dan korban mode. Dunia tahu, perempuan itu mudah diombang ambingkan perasaannya maka para produsen produk apapun memanjakan perempuan. Dan anehnya, perempuan memang suka ditipu.

Dijanjikan putih dalam waktu seminggu, percaya. Dan tetap pakai produknya meski setahun tetap saja hitam tak cerah-cerah.

Diberi pujian, engkau adalah perempuan paling memikat yang aku kenal.”

Hellloo?

Anehnya, perempuan yang perasaannya melayang gak balik nanya : emang kamu sudah ketemu berapa perempuan? Memangnya aku perempuan ke berapa yang kamu rayu?

Umpan balik itu tidak pernah diucapkan perempuan dan justru sebaliknya, percaya 100%. Yah, memang ini sulitnya bertemu dengan lelaki tipe alpha-male.

Eh, dan ternyata ada lelaki tipe alpha-male ini yang gak ganteng-ganteng amat.

“Aku punya teman, Mbak,” kata seorang sahabt saya. “Cowok ini nggak ganteng blas. Tapi cewek-cewek dibuat patah hati dan anehnya, pacarnya selalu cewek yang cantik banget. Suatu saat aku coba amati jejaknya. Ternyata dia tipologi yang kalau sama oranglain perhatiannya penuh dan tulus banget. Pernah seorang teman cewek pas ulang tahun dibuatkan video ucapan selamat ultah, sembari dia ngajak anak-anak asuhnya dan mereka mengangkat tulisan dari huruf-huruf terbipsah dengan ucapan happy birthday.

Lah teman aja diperlakukanbegitu, apalagi ceweknya? Pantas aja dia banyak yang senang.”

Di waktu lain, ada teman lelaki saya yang cerita.

“Bu Sinta, saya gak tahu kenapa ya perempuan-perempuan suka sama saya. Padahal saya tuh nggak ngapa-ngapain lho…”

“Lah, emangnya Bapak biasanya ngomong apa ke teman perempuan?”

“Biasa aja sih. Saya biasanya nanya ‘apa kabar, Bu? Sehat? Gimana keadaan keluarga?’ Gitu aja. Tapi kebiasaan saya yang seperti itu sering disalah artikan.”

Nah.

Rupanya alpha male memang seperti ini. Ia bisa menyenangkan oranglain karena suka berbagi perhatian, tulus dan optimal ketika memberi perhatian.

 

Lelaki Alpha Male, Jaga Diri Anda!

Kalau anda menyadari punya gen alpha male, harus hati-hati.

Jadi jangan mentang-mentang punya kahrisma lantas tebar pesona kesana kemari. Colak colek lewat medsos. Sadarlah bahwa kelebihan anda itu harusnya diberikan bagi pasangan sah saja.

Ada seorang lelaki yang good looking. Saking cakepnya dia, sampai-sampai pramugari suka memperhatikan (apa hubungannya?). Tetapi lelaki ini selalu bilang ke orang-orang bahwa dia sudah menikah, sudah punya anak. Dan tiap kali ditanya mau kemana (kebetulan ia kerja diluar kota dan terpisah dari keluarga) ia selalu bilang kalau akan pulang ke rumah karena kangen keluarga.

Nah, ada juga seorang lelaki good looking yang sudah punya buntut banyak; berlagak masih single aja. Justru kalau anda tipe alpha male, maka harus berhai-hati membawa diri. Jangan sampai ucaan, tindakan, atau apapun reaksi membuat orang salah tanggap.

Saya punya seorang sahabat perempuan, kalau ini bukan tipe alpha male ya, karena dia betul-betul perempuan fenimin. Bukan maskulin. Dari semua teman saya , dia yang paling tidak cantik, meski bukan berarti jelek. Tetapi dia yang paling sering mendapat pernyataan cinta dari orang.

“Kenapa ya Mbak Sin, aku ini sering ditaksir orang? Padahal aku sudah bergamis dan berjilbab lebar? Aku khawatir ada yang salah.”

Setelah saya amati, sahabat saya ini memang supel. Murah senyum. Suaranya enak didengar, tawanya renyah.

Maka saya bilang : “ kalau begitu, adik jangan sering senyum dan mudah ketawa di depan laki-laki! Sebab suara tawamu itu memang renyah sekali.”

Akhirnya dia menyadari bahwa dirinya memang punya kelebihan di bidang hubungan interpersonal dan hal itu harus sangat dijaga ketika berinteraksi dengan lawan jenis.

Kembali pada alpha male.

Kalau sudah dari sononya memang memikat, masa harus dikekang sedemikian rupa?

Ya suka-suka sajalah!

Salah perempuan yang jatuh hati, kan?

Hm, sebetulnya memang buakn salah lelaki sepenuhnya. Maka perempuan harus mengedepankan hati dan rasio secara bersamaan ketika berhadapan dengan lelaki alpha male. Kalau tergoda coba pikirkan : memangnya dia mau nikahi aku? Memangnya dia mau bertanggung jawab? Memangnya benar-benar aku cintanya seorang, aku yang paling cantik? Kalau nanti aku meninggalkan suami dan anak-anak, apa sudah pasti dia akan menerimaku dengan tangan terbuka?

Biasanya, bila rasio seorang perempuan terus digunakan untuk menstabilisasi perasaan, maka yang muncul adalah perasaan netral. Yah, biarin aja dia ganteng dan menarik, sudah dari sononya. Belum tentu nikah sama dia anak-anaknya juga ganteng kayak bapaknya. Hehehe.

Dan para lelaki alpha male, ini ada sedikit tips dari para lelaki alpha male di penjuru dunia.

Menurut anda, apakah alpha male harus menikah dengan perempuan dahsyat, terkenal, cantik rupawan, kayaraya juga?

Eh, ternyata nggak lho. Mahathma Gandhi menikah dengan Kasturbai. Einstein akhirnya bercerai dengan Mileva Maric dan menikah dengan Elsa. Para lelaki hebat alpha male ini ternyata merasa tenteram ketika menikahi perempuan sederhana dan biasa-biasa saja.

Kata Mahathma Gandhi, Kasturbai adalah stabilisatornya. Orang yang memahaminya ketika di rumah. Meski pemuja Gandhi banyak, ia tidak bisa hidup tanpa Kastubrai.

Dan apa sebab Esintein setelah berpisah dari Mileva yang cantik, ilmuwan, sangat cerdas dan membantunya merakit sejumlah penelitian justru menikahi Elsa yang biasa-baisa?

“Aku menikahi perempuan yang mengatur pakaianku di dalam koper, ketika aku akan berangkat mengisi seminar atau simposisum. Aku menikahi perempuan yang bersedia mengetik makalah penelitianku dan dia juga bisa beberapa bahasa,” begitu kira-kira anggapan Einstein.

Para lelaki alpha male ini tahu betul, dirinya membutuhkan kestabilan di rumah, di belakagn kehidupan gemerlap mereka.

Jadi anda lelaki alpha male, sudahdkan anda tahu diri anda seperti apa dan pasangan macam apa yang paling cocok untuk anda? Jangan sia-siakan pasangan stabilisator yang terlihat biasa saja, tapi sebetulnya merupakan backbone-tulang punggung yang membuat anda bisa berdiri. Dan para perempuan yang terpikat alpha male, jangan terburu besar kepala atau melambung tak karuan. Belum tentu anda kok, tautan hatinya.

 

 

 

 

Kategori
Jurnal Harian mother's corner Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Kejahatan #1 :Ayah, peng-implant dasar kejahatan

 

 

Dua hari mengikuti pelatihan Psikologi Forensik, membuka mata tentang banyak hal.

Bukan hanya teknik investigasi tindak pidana yang melibatkan terperiksa, terdakwa, saksi bermotif, saksi dan interviewer tentu saja; tapi  banyak hal-hal lain yang memperkaya wawasan. Terimakasih kepada ibu Reni Kusumowardhani atas ilmunya, Meta Power atas penyelenggaraan acara tersebut dan juga teman-teman yang hadir dari penjuru Indonesia atas ilmunya.

Sinta, Wenny,  Dwi (ki). Bu Reni dan seluruh peserta (ka)

Di luar materi, ada diskusi-diskusi filosofis yang dalam dan bermakna dengan teman-teman psikolog, HRD dan pakar hukum. Pengalaman teman-teman di lapangan tentu sangat penting untuk memperkaya siapapun kita, dalam segala perannya.

Tak seorangpun ingin jadi penjahat. Bahkan sebisa mungkin jangan duduk sebagai saksi kasus apapun. Namun, mengapa orang-orang dapat melakukan tindak kejahatan yang tidak terbayangkan? Apakah penyebabnya? Norma agama tentu jawaban mutlak. Di luar norma agama, ada hal-hal yang pantas kita cermati.

 

Kejahatan #1 : Ayah, peng-implant  dasar kejahatan

Siapa yang membuat anak jadi jahat?

Seorang pembunuh di kota X, menikam seorang lelaki dengan sadis. Ia mempersiapkan pisau dari rumah, menikam berkali-kali, dan melakukan hal lain terhadap korban dengan cara mengejutkan. Katakan namanya Jahal. Melihat tindakan Jahal yang diluar batas kewajaran, anda mungkin bertanya : jahatkah Jahal pada semua orang?

Tidak.

Jahal tidak dapat bersikap kasar pada perempuan. Jahal tidak mau memukul perempuan.   Bahkan istri Jahal berkali-kali selingkuh, Jahal tetap maafkan. Namun, Jahal  punya banyak masalah dengan rekan laki-laki. Ia sangat membenci laki-laki yang main perintah, merasa punya otoritas lebih tinggi, dan benci laki-laki yang dominan.

ayah-anak-2

Dapatkah anda meraba, apakah ayah atau ibu yang meng-implant kejahatan pada Jahal?

Ya. Ayah Jahal pemabuk. Sangat dominan di rumah, selalu menang sendiri, meremehkan si ibu dan menindas siapa saja. Tidak ada yang boleh punya suara di rumah, kecuali ayah. Ketika remaja, Jahal ingin berduel dengan sang ayah namun ibu melerai. Jauh di lubuk hati, Jahal punya skema tersendiri di benaknya : siapakah musuh paling utama hidupnya? Jawabannya, lelaki yang punya otoritas.

“Sudah kuduga, bapaknya tidak beragama. Kalau bapaknya ahli agama tentu lain kejadiannya!” itu yang sempat terbersit di benak.

Mari kita cermati seorang pemuda bernama Toyib.

ayah-anakAyahnya ahli agama, mengisi acara dimana-mana, penerjemah kita-kitab. Tetapi Toyib menjadi pencuri kambuhan yang entah berapa kali dipukuli warga hingga wajah dan kepalanya luka. Toyib menghabiskan uang hasil curiannya dengan bermain game dan hura-hura bersama temannya.  Sang ibu punya cerita tersendiri terkait sang ayah yang memang sangat cerdas dalam hal agama.

Di rumah mereka tidak boleh ada hiburan, termasuk music dan acara televisi. Apa alasannya, yang penting haram. Semua anak di rumah Toyib sebetulnya ingin membantah ayah, namun tidak berani. Toyib pernah terpergok menonton televisi. Hasilnya, ayahnya murka. Memukul Toyib dan merusak televisi (mereka punya TV sekedar untuk menonton berita). Seperti pemuda kebanyakan, Toyib mengecat rambut, memakai jeans belel yang robek di lutut dan menindik telinga. Ayahnya kembali berteriak haram dan mengusir Toyib dari rumah. Pada akhirnya Toyib mengembalikan warna rambut menjadi hitam, melepas anting dan mengganti dandanannya ala pemuda baik-baik .Toyib mengalihkan kesukaannya bermain game di warnet dan tiap kali uangnya habis, ia akan mencuri barang-barang tetangga.

Apakah syariat yang ditegakkan ayah Toyib salah? Tentu tidak.

Ulama sebagian memang benar-benar tegas terkait music, film, gaya berpakaian. Namun bagaimana cara menyampaikannya, itu yang penting. Ruang-ruang diskusi yang tidak dibiasakan di rumah, dialog terbuka antar ayah anak, mendengarkan apa keinginan anak dan mengarahkannya; membuat Jahal dan Toyib kehausan mencari posisi sebagai human being di tengah konstelasi kehidupan. Toyib bukan pemuda 100% brengsek. Kalau ia dapat rezeki halal dari kerja serabutan, ia akan membelikan sang ibu  nasi goreng kesukaannya.

ayahAnak pasti menolak aturan yang sangat mengikat dan membatasi.

Di luar sana orang antri nonton bioskop, kok aku nggak boleh? Di luar sana remaja nonton konser music, kok aku nggak bisa? Kenapa ayah hanya menyuruhku sholat, baca Quran, menghafal Quran, masuk surga, taat orang tua, pintar belajar, dan sejenisnya?

Ayah adalah pemilik otoritas.

Ibu, biasanya tunduk pada ayah. Apalagi di tengah kultur timur, istri dan ibu akan mendengar kata suami/ayah. Bila ayah berkata ya atau tidak, maka ibu akan cenderung mendukung, tak peduli hati anak penuh pemberontakan. Ibu mungkin dapat bijak menjelaskan perkara music, televisi, gaya berpakaian, dsb; namun tetap saja ada luka menganga yang tak mudah disembuhkan dalam hubungan ayah anak.

Apa salahnya menjadi ayah yang toleran dan pendengar aktif? Toh tidak mengurangi bobot kehormatan. Toleran bukan berarti permisif. Ketika anak berulah negative, membangkang, melanggar norma agama, coba dengarkan baik-baik luapan hatinya. Seringkali, anak melakukan tindakan di luar batas, bukan karena ia memang ingin melakukan kejahatan, tapi karena ingin didengarkan. Ketika jeritan hati anak-anak tak didengar orang, termasuk orangtuanya, ia akan membentuk alur berpikir sendiri. Menggurat skema dalam pikiran, membuat proyeksi terhadap orang-orang yang bermasalah dengan dirinya.

Sebagaimana Jahal yang membenci lelaki pemilik otoritas. Sebagaimana Toyib yang akhirnya membenci agama dan para ustadz.

Apakah ayah yang otoriter tidak baik?

Hamka adalah ayah yang otoriter dalam skala tertentu. Beliau akan menarik sabuknya dan menghukum putranya bila lalai membaca Quran. Namun Hamka tidak melakukan itu untuk semua anak. Ia hafal betul satu demi satu watak anaknya dan ada satu orang putranya bernama yang tampaknya membutuhkan perlakuan lain.   Sang putra suka menonton film India pula. Maka Hamka memutuskan, anak laki-laki dengan energy lebih seperti itu lebih baik diajarkan bela diri. Daripada terus menerus memarahi putranya yang tampaknya punya jalur berbeda dari sang ayah yang ahli agama serta sastrawan, Hamka mengajak sang putra untuk belajar bela diri. Di luar perkara membaca Quran, Hamka adalah pribadi yang hangat dan lucu bagi siapa saja, termasuk anak-anaknya. Ia suka mengajak anaknya berdiskusi, dan menyelipkan filosofi-filosofi hidup.

Ayah, adalah peng-implant moralitas. Ayah, adalah peng-implant kejahatan, disisi lain. Apakah ibu tidak punya peran? Tentu punya. Bila ayah berakhlaq buruk, dibutuhkan sosok ibu yang kuat luarbiasa untuk mereduksi kesan-kesan buruk . Tetapi bila sosok ibu tak cukup kuat untuk menghapus kesan tersebut, dapat kita bayangkan bagaimana kepribadian anak-anak terbentuk.

 

Kejahatan #2 : Paradigma Uang

(Bersambung)

 

Kategori
Artikel/Opini da'wahku Oase Sejarah Islam WRITING. SHARING.

Bila Pengejek dan Pengolok berbalik menjadi Pendukung

 

Jika anda memakai  jilbab seperti saya di era 90an, pasti pernah  mengalami masa-masa yang spesial ini.

“Kamu mau kayak orang Iran ya?” kata salah  seorang saudara.

“Kamu ikut aliran apa sih?”

Apalagi ketika saya membatasi pergaulan, mengurangi film dan musik, tuduhan semakin berdatangan : “kamu sekarang nggak asyik lagi diajak ngobrol.”

Ketika saya tidak mau diajak bersalaman dengan pakde paklik mereka sontak murka : “memangnya aku ini apamu, Sin? Pakde paklik merasa tersinggung sekali saya tidak mau menyentuh tangan mereka.”

Waktu nikah muda di usia 20-an tahun, lengkaplah sudah stigma cewek berjilbab : “kamu itu dipengaruhi banget ya sama suru ngaji kamu? Kamu nggak mau kerja? Maunya di rumah aja? Hah, mau anak banyak? Ampun deh! Anak dua aja susah setengah mati!”

Berlinang air mata ini. Sakit rasanya. Kalau yang menyudutkan adalah guru-guru sekolah, nggak papa. Kalau yang menyindir dan mengolok-olok teman satu geng, okelah. Kalau yang menjauh adalah klub bahasa Inggris dan klub  pecinta alam, ya sudahlah. Tapi ketika saudara sendiri yang ikut-ikutan menyindir, mengejek, menyudutkan, menuduh macam-macam; jauh di lubuk hati sakitnya tak terkira melebihi goresan yang ditorehkan orang lain.

Saya ingin pakai jilbab karena ingin menjaga kemuliaan diri dan akhirnya menjaga kemuliaan keluarga, tapi mengapa keluarga sendiri juga yang menentang? Dulu, waktu saya pakai celana pendek dan kaos rock n roll, tidak ada yang menegur. Orang pacaran dibiarkan, orang menikah dikomentari. Padahal pacaran dan menikah sama-sama menghabiskan uang. Bedanya yang satu tidak terarah, yang satu terarah.

Tetapi ternyata, apa yang dilakukan atas landasan kebenaran, semakin kokoh dari hari ke hari. Satu demi satu sepupu, paman, bibi, pakde, bude yang menentang akhirnya ikut memakai jilbab. Yang dulu memarahi karena menikah  muda, malah memuji kami. Yang menuduh aliran sesat ketika tengah mendalami agama, ramai-ramai ikut pengajian dalam segala bentuknya. Ada yang ikut tasawuf, ada yang ikut Muhammadiyah, ada yang ikut NU, ada yang lebih suka tabligh. Pendek kata, semua yang menentang saya melakukan kebaikan dulu, pada akhirnya berbalik memuji dan mendukung. Bahkan mengikuti.

 

Kebaikan akan Berkembang

Alam semesta memuai. Kita semua tumbuh dan berkembang. Kejahatan tumbuh berkembang, sebaliknya, kebaikan juga tumbuh dan mekar. Dulu pacaran diam-diam, sekarang bahkan bugil dan berhubungan intim difoto, dishare, di like dan di comment!

Demikian pula kebaikan secara hukum alam, mengikuti aksi reaksi.

Ibaratnya, dimana ada Firaun, disitu ada Musa.

Semakin dahsyat keburukan, semakin dahsyat pula kebaikan mencari celah untuk tumbuh subur. Dulu saya harus menjahit baju sendiri, memakai taplak untuk jilbab. Satu-satuunya model jilbab saat itu hanya model ala qasidah, jilbab dengan topi. Kain jilbabnya tipis dan berbentuk segitiga tipis. Sekarang? Mau cari model busana dan kerudung ala apapun, ada! Harganya tersedia di segala level. Butiknya tersedia di setiap sudut jalan.  Mau pakai celana panjang, rok, gamis, cadar, abaya, baju kurung, baju pesta. Bahkan busana renang berhijabpun, ada. Disaat orang rame-rame memamerkan foto bugil, para muslimah pun tak ketinggalan memamerkan bahwa busana syari demikian modern dan stylish.

 

Panggung pendidikan, panggung sosial dan panggung politik

Apa sih yang laris dijual?

Ih, acara-acara yang menghibur ala dunia entertaintment dong. Pentas musik, film, novel teenlit chicklit, televisi yang menayangkan sinetron. Di zaman saya dulu, jangan coba-coba pakai label Islam. Nggak bakal laku! Yang namanya sekolah Islam dan pesantren, hiiii. Kumuh, pojok, kudisan, terbelakang. Apalagi pesantren. Alamak! Ketombean, kutuan, korengan. Yang mentereng adalah sekolah-skolah internasional dan sekolah non-muslim. Ekonomi dan perbank-an? Wuah, mana ada ekonomi syariah. Mana ada bank syariah. Yang ada adalah pinjaman bunga berbunga. Masih ingat ketika mama saya dulu punya usaha apotik, setengah mati cari pinjaman ke bank. Harus bayar setoran per hari (atau perpekan ya?). Telat sedikit, atau kurang meski seribu perak, di black list.

Sekarang?

Kalau mau daftar sekolah Islam, haus antri daftar November. Padahal tahun ajarannya masih Juli Agustus! Sekolah-sekolah Islam menjamur dan luarbiasa bagusnya. Pesantren? Mau cari yang tradisional atau modern, semua ada. Yang mahal atau murah, silakan, sama bagusnya. Daycare, taman kanak-kanak, SD, SMP SMA Islam wuaahhh, kualitasnya luarbiasa.

EO wedding sampai seminar, pelatihan yang muslim; ada. Sinetron muslim, ada. Novel Islami, ada. Warung, cafe, resto, makanan, minuman, hotel, wisata Islami, ada. Motivator, ada. Yang ceramah agama laris manis sekarang. Ustadz ustadzah adalah pekerjaan bergengsi yang menghasilkan pendapatan layak. Tidak seperti di zaman saya kecil dulu, ustadz itu miskin banget!

Bank-bank syariah menjamur. Senang banget lihat pegawai bank yang cantik-cantik berjilbab; tangkas, cerdas. Hampir di tiap kantor pemerintah atau swasta gemar mengadakan kajian Islam mulai dari belajar tahsin Quran sampai belajar tentang pernikahan dan parenting.

Panggung pendidikan dan sosial kita telah  mulai merasakan indahnya nafas Islam. Islam maju, indah, mampu bersaing dan solutif. Lalu; dunia yang memuai inipun menunjukkan sunnatullah. Hukum alam.

Boleh  kan Islam mulai merambah ke dunia politik?

natsir
Mohammad Natsir

Mulailah kaum muslimin yang semakin cerdas dan sadar akan posisinya; merasakan tanggung jawab sebagai khalifah. Wah, kalau sosial dan ekonomi saja mulai merasakan keteraturan dan keberkahan ketika dikelola oleh kaum muslimin; boleh dong urusan-urusan politik serta kenegaraan diatur juga oleh kaum muslimin. Tidak dengan cara anarkis, membabai buta, main seruduk. Tapi dengan cara yang baik kok. Sebagaimaan di pentas sosial dan pendidikan, kaum muslimin juga belajar banyak menjadi tokoh di bidangnya. Kaum muslimin semakin mahir, semakin cakap mengelola permasalahan dan mencari jalan keluarnya.

Ketika lembaga zakat dan ekonomi Islam berkembang, terasa sekali masyarakat miskin dan yang amat sangat  miskin mendapatkan bantuna. Banyak anak yatim, yatim piatu, keluarga dhuafa yang terbantu ketika sakit, membuka usaha, meneruskan pendidikan.

Ketika kaum muslimah semakin mampu menjaga diri dengan busana syari dan semakin memahami agama; kehidupan di kantor dan dunia kerja semakin lebih kondusif. Masing-masing kita lebih lapang melepas anak perempuan atau istri bekerja (jika harus bekerja).

Pendidikan, ekonomi, sosial; sudah.

Tapi masih ada yang kurang.

Sebab memang pentas politik dikelola oleh orang-orang yang sangat mahir dalam menaklukan segala sesuatu. Politikus haruslah negarawan. Saya masih ingat ucapan seorang tokoh muslim, Dr. Eko Fajar Nurpasetyo, Phd, yang memilih kembali ke Indonesia meskipun ia dan keluarganya dapat hidup makmur di negeri para Shogun. Bisnis potong ayam, potong daging, dan microchipnya telah mendunia Inti ucapan beliau, “seorang negarawan, pemimpin, melihat 20 tahun ke depan. Mempersiapkan situasi dan kondisi bagi generasi sesudahnya.”

Dampak ekonomi Islam dapat dirasakan sekarang. Pendidikan yang baik membuat orangtua tenang dan membantu mempersiapkan masa depan. Kehidupan sosial yang baik membuat masyarakat lebih stabil. Tapi siapa yang dapat menajmin berlangsungnya semua itu? Bisa saja arah kebijakan berbalik arus sehingga ekonomi Islam, pendidikan Islami, dan kehidupan sosial lalu ambruk. Negarala yang menjamin berlangsungnya hal yang baik, atau yang buruk.

Jadi, tak salah kemudian kalau orang-orang sholih mengarahkan pandangan mereka ke pentas politik. Lagipula, kan memang bersaing di negeri sendiri?

 

Semua Perkara Islami Awalnya Mendapat Tantangan

Pernah menyekolahkan anak di SDIT?

Saya menyekolahkan anak-anak di SDIT mulai gedung itu masih bangunan jelek, di tanah sewaan, guru segelintir. SMPIT juga begitu. SMAIT juga begitu. Putri saya sekolah SMAIT dengan jumlah siswa segelintir. Bangunan berhantu, di gang sempit yang ujiannya masih menumpang ke sekolah lain!

Sekarang? SDIT, SMPIT, SMAIT tempat anak saya sekolah hampir selalu menolak murid setiap tahun karena tak cukup lokal. Sekolah Islam menjadi incaran pertama kali!

“Kamu itu ngapain nyekolahin anak di sekolah yang akreditasinya gak jelas? Jangankan diakui atau disamakan, mungkin terdaftar aja belum!”

Kalau sekarang saya diminta mengisi acara parenting, hal yang saya ucapkan adalah : saya bangga menyekolahkan anak-anak saya di sekolah Islam ini. Biar bangunannya jelek, tapi guru-gurunya punya komitmen tinggi dan tahu kemana kualitas pendidikan akan dibawa. Maka anak-anak kami yang bersekolah di SIT insyaallah menjadi anak-anak berkarakter.

Pertentangan, resah gelisah, maju mundur; dialami pada awal berdirinya sebuah institusi. Termasuk lembaga sosial dan perekonomian. Siapa juga yang dulu mau buka tabungan di bank Islam macam Muamalat? Mending di bank lain yang bunga depositonya jelas! Kini bank-bank Islam digemari. Bukan hanya karena semakin maju pelayanannya, rasa tentram dan barakah membuat kaum msulimin senang berinteraksi dengan layanan perbankan Islami.

Politik Islam?

“Kotor! Semua politikus busuk. Semua partai Islam korup, sama aja. Semua anggota dewan menghalalkan segala cara. Ngapain kiai dan ustadz duduk disana? Nggak kompeten. Politik itu tempatnya barang haram, maksiat, terlaknat beredar.”

Ya iyalah. Yang jadi panduan Il Prince nya Machiavelli. Jelas politikusnya kotor seperti klan Medici.

Coba yang dibaca Muqaddimah Ibnu Khaldun, pasti beda. Yang dibaca Siyasah Syariyah  Ibnu Taimiyah, pasti melek. Yang dibaca karya Buya Hamka dan Mohammad Natsir, pasti lebih semangat.

Memang bisa ya politik Islam memimpin negeri? Nggak akan menindas, main anarkis, memaksakan kehendak? Wah, yang bilang Islam selalu menindas berarti gak baca sejarah Indonesia, nih. Suku Batak itu dikepung Aceh dan Melayu sejak lama, aman-aman saja. Bali dihimpit Jawa Timur, Madura, Sasak, Bugis yang kuat sekali sisi religusitasnya; tetap damai sampai sekarang.

Mainlah kapan-kapan ke Surabaya. Kalau lewat daerah Nginden hari-hari tertentu saat misa Kristiani, mobil-mobil memacetkan jalanan sampai kita nyaris kehabisan nafas. Tapi tidak ada kok keluhan atau ancaman supaya gereja menghentikan peribadatan. Kaum muslimin menerima perbedaan keyakinan.

Ini bulan Desember. Pasti anda lihat dong dimana-mana penuh pohon Natal dan para penjaja minimarket pakai topi Sinterklas. Kita kaum muslimin sebetulnya tidak terima lho. Kan muslim mayoritas. Kok dipaksa mengadakan perayaan Natal di seantero negeri sih? Tapi sekali lagi, kaum muslimin tepaselira. Di Bali, sekolah-sekolah Islam mengikuti libur Galungan, Nyepi, Kuningan. Di kalender nasional juga. Tidak ada protes meski sebagian sekolah Islam tetap masuk.

Nah, kalau sekarang kaum muslimin masuk ke ranah politik dalam segala aspeknya, anggap saja itu hukum alam yang memuai. Boleh dong kita duduk sebagai bupati, gubernur, Panglima ABRI, menteri, presiden asalkan itu fair. Lewat pemilihan yang adil. Kalau ada hal-hal yang berjalan tidak adil, selayaknya kaum muslimin protes. Protes bisa lewat media sosial, media massa, jalur resmi, lembaga hukum, lewat anggota legislatif, dan seterusnya. Kalau semua sudah dilakukan dan masih tetap buntu, ya, aksi bersama atau demonstrasi. Eh, demonstrasi itu hal lumrah di negara manapun. Waktu rakyat Amerika tidak menerima Trump menjadi presiden, mereka demo juga. Aksi damai pernah dilakukan Mahathma Gandhi yang mengumandangkan Ahimsa-Satyagraha. Martin Luther King Jr. Juga pernah melakukan  saat menuntut kesetaraan hal sipil.

Aksi demonstrasi Islam dianggap aneh? Ya, sama seperti panggung sosial, pendidikan, ekonomi yang dianggap sebelah mata oleh pemeluknya sendiri (apalagi yang non muslim). Meski, lama-lama kaum muslimin yang menentang, justru merasakan keberkahan panggung-panggung Islami itu dan berbalik mendukung.

Awalnya, saya ragu dengan aksi 411 dan 212 : benar nggak sih ini Islami? Sampai saya datang di acara al Falah 27 November tempo hari dan mendapatkan penjelasan dari Bachtiar Nasir.

Punk muslim, laki-laki, perempuan, anak-anak di acara aksi 

 

Tapi pasti ada kan di kalangan kaum muslimin yang masih ragu, bahkan tidak setuju dan menentang agenda ini? Wajar kok.

Dalam sejarah juga terjadi.Yang menentang kaum muslimin dengan keras salah satunya bangsa Mongolia hingga mereka menghancurkan Baghdad. Tetapi sejak Chagatay, Tuqluq Timur Khan, Anada Khan, Baraka Khan, begitu banyak bangsa Mongolia menjadi muslim. Apa alasannya? Mereka punya pepatah kuno Mongolia. Pepatah yang membuat mereka berbalik memeluk Islam.

Pepatah ini cocok untuk 411 ddan 212.

“Kalau ada suatu hal yang begitu mudah tersebar sebagaimana angin bertiup, perkara itu pastilah perkara kebaikan.”

Bangsa Mongolia yang menaklukan Eropa hingga Asia ternganga : kok ada ya keyakinan yang tersebar demikian luas sebagaimana arah angin bertiup dengan mudah? Logika itu membuat mereka memahami bahwa Islam adalah kebaikan semata.

Masih tidak percaya 411 dan 212 bagaimana angin bertiup membawa kebaikan?

Kalau begitu anda harus nonton film Pay It Forward. Satu anak punya niat baik, akan menyebar ke 3 anak. 3 anak punya niat baik, akan menyebar ke 9 anak. Begitu seterusnya.

Masih belum percaya juga?

Hm, gimana ya. Gini aja.

Pasang iklan termahal untuk radio di Surabaya itu ranking pertama dipegang Suara Surabaya. Wajarlah. Itu radio FM yang kondang banget. Tahu ranking kedua siapa? Ternyata Suara Muslim Surabaya. Lho, kok bisa? Ya. Karena pendengar Suara Muslim Surabaya sangat besar meskipun pasif. Mendengar data ini saya diam-diam merenung. Padahal, Suara Muslim Surabaya itu radio keagamaan lho. Tidak menayangkan K-Pop seperti Seventeen, BTS atau EXID, Black Pink. Tidak menayangkan BMTH, SoAD atau Linking Park. Tapi diam-diam banyak pengagumnya.

Jangan-jangan kita seperti pendengar radio Suara Muslim Surabaya. Pasif, tapi diam-diam mengagumi. Meski kita menghujat, meremehkan, mencaci maki aksi para ulama dan aksi bela Islam; diam-diam ada rasa kagum juga kan? Atau diam-diam mendukung dengan dana dan doa? Kalau nggak bisa mendukung dana dan doa, jangan caci maki para ulama dan aksi bela Islam. Segitu banyak orang lagi berdoa di hari Jumat, lho. Hari keramat. Sayyidul ayyam. Kebayang gak sih kalau kita minta didoakan sama ummat Islam yang segitu banyaknya, di hari Jumat, di tengah aksi memperjuangkan kebenaran? Kalau kita nggak mau mendukung, jangan mencaci maki. Takutnya nih, ribuan doa kaum muslimin yang tangannya menegadah ke langit, mengirimkan doa-doa rahasia bagi pendukung dan pencela.

Kalau malaikat-malaikatNya turun tangan, memangnya masih ada kolong langit yang aman?

 

Sinta Yudisia, Ordinary People

 

Kategori
Artikel/Opini Oase WRITING. SHARING.

Jakarta : Pemimpin gabungan Berber, Visigoth, Corleone dan isyarat Ibnu Khaldun

 

Jakarta  dibangun dari Judi dan Prostitusi?

“Pak Natsir naik helikopter aja kemana-mana. Sebab jalanan Jakarta saya bangun dari duit judi,” sindir Ali Sadikin.

Mohammad Natsir, tokoh petisi 50 dan Mosi Integral, seorang ulama sederhana yang disegani kawan dan lawan. Kesederhanaan beliau, kehati-hatian beliau dalam berinteraksi dengan hal-hal haram bahkan syubhat, membuat sebagian orang risih. Ali Sadikin salah satu diantaranya.

Bagaimana Ali Sadikin membangun Jakarta, memang menuai pro dan kontra. Di tangan Ali Sadikin, pembangunan Jakarta di era 70an melaju pesat. Jalan-jalan, TIM (Taman Ismail Marzuki) dan TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Tahun 1966 Jakarta belum seperti sekarang. Butuh dana besar untuk membangun sarana prasarana. Ali Sadikin mengambil langkah kontroversial dengan melegalkan judi,  kawasan merah Kramat Tuggak; demi menarik pajak daerah. Secara fisik, pembangunan Jakarta melaju cepat di tangan Ali Sadikin. Konon, hanya ada dua gubernur yang dilantik di istana negara : Ali Sadikin dan Ahok. Di kemudian hari, Ali Sadikin beranggapan bahwa membangun Jakarta dari judi dan prostitusi dapat dilakukan di awal kemerdekaan. Ketika orang-orang tulus dan para pejuang yang komitmen dengan cita-cita besar bangsa masih banyak bertebaran. Ia mengatakan hal itu tak dapat terus menerus dilakukan, apalagi bila institusi korup semakin merajalela.

 

Jakarta :  antara Silkroad- Megacities dan  Cordoba

batavia
Batavia lama

Para international writers yang diundang ke Seoul 2016 sebagian mengatakan, salah satu capital city yang indah dan menarik untuk dipandang adalah Jakarta. Bagi kita warga Indonesia yang mendambakan kedamaian serta situasi yang tidak menimbulkan depresi, Jakarta adalah kota yang harus dihindari. Dibandingkan Seoul, ibukota Korea Selatan dan Rabat, ibukota Maroko ; Jakarta memang lebih istimewa. Warna warni hijau masih tersebar dimana-mana, mengingat kata Koes Plus, kayu dilemparpun jadi pohon. Kolam susu menggenang di segala penjuru. Kalau sekarang orang tak menemukan kayu bertransformasi menjadi pohon serta kolam susu sekeruh mangkok kobokan; salahkan saja Jan Pieterszoon Coen yang membangun Batavia. (Hm, sedemikian mudahkah menyalahkan sejarah?)

Apa yang anda bayangkan ketika menyebut ibukota?

han-river-2
Sungai Han, Seoul

Mungkin, saya jenis orang yang terlalu khusyuk berimajinasi. Berkhayal.  Jakarta suatu saat akan memiliki sungai seromantis Han Kang atau sungai Han yang membelah Seoul. Sungai jernih yang menimbulkan sejuta loncatan imajiner setiap kali warga naik subway melintasi Dangsan dan Hapjeong. Sungai yang terpelihara dari anak iseng yang melempar kulit permen. Sungai yang membiarkan remaja berlarian, naik sepeda, melaju dengan otopet, atau menentang riaknya dengan naik kapal pesiar.

 

Bukan sungai yang diberitakan meluap, memecah tanggul, menyerap teriakan orang-orang yang tergusur rumah kardusnya.

Yah, lebih jauh saya membayangkan Jakarta akan seperti salah satu dari 5 of megacities yang dicatat sebagai silkroad– jalur sutra : Xi’an (Changan), Samarkand, Aleppo, Mosul dan Merv. Meski Aleppo dan Mosul saat ini menorehkan luka dalam di hati kaum muslimin, kemegahan kota-kota tersebut tak akan hilang dari jejak sejarah. Apa yang menyebabkan kota mega tersebut menjadi mutiara-mutiara yang berkilau hingga kini menjadi negara modern? Pembangunan fisik yang meliputi masjid, benteng, pasar, observatorium menjadi salah satu keunggulan. Hal lain adalah, para ulama menjadi motor-motor penggerak yang diberikan kebebasan untuk memberikan motivasi kepada khalayak. Ulama, adalah para pewaris Nabi yang bersama mereka, ilmu dan amal menjadi satu kesatuan.  Tentu, tak akan lepas dari catatan sejarah para ulama yang menghasilkan gagasan-gagasan besar : Ibnu Sina dengan the Canon Medicine, Ibnu Khaldun dengan Muqaddimah, Ibnu Batutah dengan Rihlah, Umar Khayyam sang astronomer dan penyusun Rubaiyyat serta ribuan lagi ulama yang tak akan cukup waktu manusia memelajari kehebatan mereka. Sepanjang ulama memiliki tempat terhormat, sepanjang itu pula sejarah memiliki peradaban tertinggi.

Bisakah Jakarta seperti Cordoba?

Ah, mengapa pula tidak.

Abdurrahman III, sang pemuda sebatang kara yang selamat dari pembantaian di Rusafa, melarikan diri dari Damaskus. Seluruh dinasti Umayyah dihabisi dinasti Abbasiyyah, hanya Abdurrahman seorang yang tersisa. Keberanian, kecerdasan, ketabahan sang pemuda menjadikan satu wilayah di semenanjung Iberia menjadi sebuah ikon yang disebut sebagai Ornament of the World – hiasan dunia: Cordoba atau Qurtubah. Sebuah kota megah dengan ciri khas air mengalir dan perpustakaan. Konon, khalifah memiliki perpustakaan pribadi dengan 44 jilid katalog ( katalognya saja!) dan 600.000 judul buku disaat raja Eropa hanya memiliki 400 manuskrip. Perpustakaan Abdurrahman III hanya 1 diantara 70 perpustakaan di Cordoba, dan di pasar tersedia 70 penyalin naskah al Quran yang siap mendistribusikan kitab mulia tersebur ke segenap penjuru.

Pembangunan fisik, yang menjadikan Cordoba tak kalah megah dari Damaskus dan Baghdad, menjadikan orang-orang berbondong ingin menikmati Ornament of the World. Sekali lagi, pembangunan fisik. Dan tidak lupa, pendidikan serta peran serta para ulama menjadi kata kunci yang membuat kota tersebut dikenang sepanjang masa. Para pemikir besar lahir dari wilayah Damaskus, Baghdad, Cordoba selain dari Mekkah, Madinah, Palestina tentu. Para ulama menjadi sosok yang dihormati, menempati mimbar elite pemerintah; bukan sekedar di koridor, selasar atau malah emperan sebagai pemanis.

 

Jakarta : siapakah yang berkuasa?

Sebuah kota selalu memiliki 2 pemerintahan.

Luarbiasa cara Mario Puzo menggambarkan dalam bukunya Omerta, “kota, memiliki pemerintahan siang dan malam. Siang hari kalian dikuasai pemerintah formal, malam hari penguasa yang lain menggantikan.”

Mungkin, darah Italia Mario Puzo menjadikannya berpikir demikian. Mafia menguasai segala penjuru kota dan stigma mafia semakin terbentuk sebagaimana film legendaris the Godfather  melambungkan nama Francis Ford Coppola sebagai sutradara serta Marlon Brando sebagai Vito Corleone dan Al Pacino memerankan Michael Corleone. Para keluarga mafia saling bunuh, saling melindungi, dan saling membayar hutang piutang. Terutama hutang jasa. Sekali keluara Corleone mengucap janji, mereka pantang menarik. Mereka melindungi setiap yang bersandar pada keluarga ini dan sebaliknya, mereka menuntut upeti dalam jumlah yang pantas.

Memang, di balik penguasa hebat, berdiri orang-orang kuat.

Abdurrahman III tak akan sukses membangun Cordoba tanpa keikutsertaan suku Berber yang mendiami gunung Atlas, Maroko. Ibu Abdurrahman berdarah Berber, dan nama suku Berber menjadi sanjungan (atau olokan) ketika orang berperilaku sangar : kalian seperti kaum Barbar! Suku Berber dikenal kuat, tegas, berani, tak kenal ampun dan anda akan terbiasa dengan pertengkaran ketika menginjakkan kaki di Maroko.

Semenanjung Iberia tampaknya hanya pantas dikuasai orang-orang kuat seperti kerajaan Visigoth dengan penakluknya Alaric dan  dinasti Umayyah yang memiliki komandan Tariq bin Ziyad.

Bila, sebuah penguasa membutuhkan kekuatan lain di belakangnya, siapakah yang dikatakan sebagai orang kuat? Abdurrahman III memiliki suku Berber, Alaric memiliki Visigoth dan Corleone memiliki mafia.

Apakah pemimpin Jakarta pun harus memiliki orang kuat di belakangnya?

Demikianlah seharusnya. Meski, paradigma ‘orang kuat ‘ ini akan berbeda bagi setiap orang. Bila kita mengambil prinsip Machiavelli dalam Il Principe maka kita akan mengambil pemimpin tipologi ini.

“Jangan memilih pemimpin karena rasa cinta. Pilihlah karena rasa takut. Rasa cinta akan hilang seiring lunturnya kewajiban. Tapi rasa takut, tak pernah gagal.”

Banyak pemimpin seperti yang digambarkan Machiavelli. Hitler, Stalin, Lenin. Membangun kekuasaan dengan kekuatan dan ketakutan. Memang di salah satu titik, tampaknya tak pernah gagal.

Tapi bagaimana pendapat Ibnu Khaldun tentang pemimpin dan  kekuasaan?

Dalam kitab megafenomenal Al Muqaddimah, beliau menuliskan banyak bab penting terkait rakyat, kesukuan, pemerintahan, kekuasaan, tabiat-tabiat bangsa serta suatu tabiat kurun waktu.

muqaddimah-ibnu-khaldunPasal Keempat, Bab 3, Kitab Pertama

Kerajaan Memiliki Kekuasaan Kuat Berlandaskan Agama, Baik Melalui Kenabian Maupun Seruan Kebenaran

Sebab kekuasaan hanya dapat diraih dengan penguasaan. Penguasaan ini hanya dapat dilakukan dengan fanatisme. Yakni kesamaan harapan untuk menyuksesan suatu tuntutan. Kesatuan jiwa dan persatuannya hanya dapat terjadi atas pertolongan Allah Swt dengan mendirikan agamaNya.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan firman Allah

“Walaupun engkau membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya engkau tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Alalh telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana ( Al Anfaal : 62).

Rahasianya , apabila jiwa terdorong untuk melakukan kejahatan dan condong pada kehidupan dunia, maka akan terjadi persaingan dan menimbulkan konflik. Apabila jiwa-jiwa tersebut tunduk pada kebenaran, menolak tipu daya kenikmatan dunia dan berbagai kejahatan yang ada di dalamnya dan menghadap kepada Allah Swt dengan lapang dada maka kondisi itu akan mempersatukan visi dan misi mereka. Dengan kesamaan tujuan ini , rivalitas yang tidak sehat akan lenyap dan konflik akan minimal, yang pada akhirnya akan mempererat kerjasama dan saling membantu.

Dengan persatuan dan kesatuan tersebut maka kerajaan akan semain kuat dan kaya (Muqaddimah, Ibnu Khaldun)        

 

Pemimpin untuk Jakarta

Saya bukan warga Jakarta. Enggan pula tinggal di Jakarta mengingat lingkungan fisik dan sosial ibukota sangat berat untuk tumbuh kembang anak-anak, apalagi bagi remaja. Jakarta bagi orang seperti saya adalah sebuah kota untuk transit ketika harus keluar daerah. Jakarta terasa berdenyut mendebarkan ketika walikota kami, bu Risma, diberitakan akan diboyong kesana. Jakarta terasa menakutkan ketika berita kejahatan lalu lalang di media.

Jauh di lubuk hati, rasanya lelah memikirkan Jakarta.

Betapa ingin ibukota ini setenang Seoul dimana warga bebas hilir mudik hingga larut malam. Anak sekolah dasar dan menengah, masih mengenakan seragam, bebas naik subway atau bis tanpa takut kejahatan. Memang, kejahatan pasti ada seperti kasus pembunuhan di daerah Gangnam beberapa waktu yang lalu.

Betapa ingin Jakarta menjadi Ornament of the World dimana ciri khas air mengalir (betul-betul mengalir) bukan menderas laksana airbah menjadi hiasan sudut-sudut kota. Perpustakaan menjamur, yang berarti industri kertas berkembang pesat berikut kesejahteraan, sebab buku-buku yang tersebar identik dengan kemakmuran masyarakat.

Betapa ingin Jakarta menggantikan kota-kota mega jalur sutra, dimana bukan hanya bangunan fisiknya yang megah menjulang namun juga para ulama menjadi tonggak pemikir masyarakat.

Betapa ingin Jakarta memiliki pemimpin yang memiliki gabungan kekuatan Berber, Visigoth, Corleone namun mampu menjalin hubungan mesra dengan para ilmuwan, pemikir dan pemuka agama.

il-principeDan pada akhirnya saya tidak ingin menjadikan Il Principe sebagai bantal tidur, sebagaimana yang dilakukan para pemimpin diktator lain, sebab ketakutan itu bukan ruh sebuah masyarakat.

The care of human life and happiness and not their destruction, is the first and only object of good goverment (Thomas Jefferson)

Saya membayangkan seorang pemimpin yang diinginkan Machiavelli, akan membuat rakyat berkeringat dingin tiap kali bangun pagi. Ketakutan. Kecemasan. Kekhawatiran. Akan keputusan-keputusan, sikap, juga bahasa yang terasa menggedor-gedor denyut jantung.

Sungguh saya menginginkan hari-hari bahagia dimana seorang pemimpin membuat hati ini nyaman dengan senyuman, kata-kata, sikap dan kebiasaan yang seperti diisyaratkan Thomas Jefferson.

Selamat memilih,warga Jakarta! Semoga anda temukan pemimpin yang dapat menjadikan Jakarta sebagai Ornament of the World.

 

 

Kategori
Artikel/Opini Oase Renungan Hidup dan Kematian

Proporsional Menilai Orang Besar : Gatot Brajamusti, Mario Teguh dan Mahfudz Siddiq

 

 

Kalau laki-laki kebal terhadap uang dan wanita, dia tidak tergoyahkan.” (Mossad, Victor Ostrovsky)

 

Kita selalu terkejut oleh berita yang dilakukan orang-orang besar, hebat, terkenal di sekeliling. Meski yang dilakukan mereka, banyak juga dilakukan orang lain. Betapa banyak orang merokok dan mengkonsumsi narkoba, mulai anak hingga lansia. Namun mata kita dibuat tercengang ketika yang tersandung kasus narkoba adalah tokoh masyarakat, terlebih ia dijadikan panutan  banyak orang termasuk artis. Masih terkenang Elma Theana dan Reza Artamevia yang menjadikan Gatot Brajamusti sebagai guru spiritual mereka.

Beberapa waktu lalu, Gatot tertangkap di sebuah hotal di Mataram karena pemakaian psikotropika.

gatot
Aa Gatot

Berapa banyak orang menggunakan narkoba dan sabu-sabu? Banyak sekali. Tapi ketika Gatot Brajamusti yang menggunakannya, geger media sosial dan media massa.

Berapa banyak orang punya WIL, PIL atau pernah menikah lebih dari sekali? Pernah bercerai? Bertumpuk kasus perceraian di pengadilan Agama. Sebagian rujuk, sebagian berpisah. Jawa Timur pemegang rekor untuk kasus perceraian di Indonesia, mengingat banyaknya tenaga kerja perempuan pergi mengadu nasib di negeri orang. TKI, TKW, buruh, tukang becak, pembantu rumah tangga; nikah berkali-kali, kawin cerai. Atas kejadian itu paling-paling kita hanya menaikkan alis.

Pembantu saya dulu, seorang gadis cantik. Menikah di usia belasan, lalu kemudian bercerai. Dan sudah menikah lagi kini. Banyak sekali gadis dan pemuda di desa seperti wilayah Madura atau Brebes yang menikah dan berpisah. Berkali-kali, sebab mereka sangat miskin pengalaman dan pendidikan,termasuk miskin pemahaman agama. Kepada pembantu-pembantu saya yang pernah beberapa kali menikah, saya hanya bilang : sabar ya! Kalau bisa, pertahankan pernikahanmu yang sekarang. Kamu harus pintar.

Selesai.

Case closed. Paling-paling diskusi itu merembet hanya ke tengah keluarga inti ,” eh, mbak X yang dulu di rumah kita, sudah nikah lho. Tapi kemudian cerai.”

“Wah, kasihan ya, Mi!”

Tapi bila yang menikah atau bercerai adalah orang-orang top; bukan main. Masih teringat kasus Maia, Ahmad Dhani dan Mulan Jameela. Mulai dari aksi panggung Maia yang enggan berdekatan dengan Mulan sampai video permintaan maaf Mulan digeber habis di media. Masing-masing khalayak punya kubu : Dhani, Maia , Mulan. Ditambah lagi anak-anak mereka beranjak remaja; kisah Al El dan Dul semakin renyah dikunyah.

Sekarang, kisah Mario Teguh dan Mahfudz Siddiq merajai berita.

Mario Teguh, dikecam adik-adiknya karena menjadi pribadi yang berbeda usai terkenal sebagai motivator. Konon, sang adik harus melalui protokoler tertentu untuk bisa menemui abang sulungnya, Sis Mariyono Teguh. Tidak itu saja, kata-kata Mario Teguh yang menolak Ario sebagai anak dari istri pertamanya Ariyani menjadi bulan-bulanan berita. Sebagai motivator kondang; kehidupan pribadi Mario Teguh dianggap bertolak belakang dari apa yang diucapkannya.

Belum selesai keterkejutan khalayak dengan kisah Aa Gatot dan Mario Teguh, media kembali mengupas desas desus renyah pernikahan Mahfudz Siddiq. Ustadz-ustadz kondang yang menikah lebih dari 1 x, sering mendapat porsi pemberitaan lebih. Tentu kita masih ingat peristiwa Aa Gym beberapa tahun lalu atau ustadz Arifin Ilham. Popularitas Aa Gym sempat merosot hingga pada akhirnya masyarakat mulai terbiasa mendengar berita tentang poligami, dan Aa Gym kembali mendapat tempat di hati amsyarakat. Bahasan tentang istri kedua yang cantik dan lebih muda, bagai memuaskan rasa ingin tahu banyak pihak terutama perempuan.

“Tuh, kan, bener kata orang. Ternyata istri mudanya lebih muda dan cantik. Pantas istri pertama ditinggalkan!”

Apalagi, bila timbul percekcokan antar istri, menjadi berita yang dinanti-nanti khalayak.

“Makanya, punya istri satu saja. 1 udah repot, 2 apalagi!”

 

Alasan yang tak dapat dikemukakan

Menyoroti kasus orang-orang besar dan hebat yang tengah mendapatkan ujian, masalah, cobaan, sandungan, atau apapun itu namanya; kita selayaknya menyadari ada banyak hal yang tak dapat diungkap ke publik.

Coba, sebutkan masalah pribadi.

Pernahkah kita malas sekolah atau kuliah lalu bilang sedang sakit (memang sedang sakit! Entah flu, sakit hati, sakit kantong)? Kepada semua orang kita bilang nggak bisa hadir ke suatu tempat karena sakit. Apa perkara ‘sakit’nya, hanya kita dan Allah Swt yang tahu. Saat itu mungkin kita sedang tak enak hati pada seorang teman atau bahkan dosen, sedang tak punya uang untuk beli bensin, sedang pusing sakit kepala yang tak tertahankan ( bagi sebagian orang flu adalah siksaan berat, meski bagi yang lain hanya sakit sepele).

Kita pernah tak dapat ikut arisan RT atau kerja bakti kampung dengan alasan ‘sakit’. Padahal saat libur adalah satu-satunya hari tempat berkumpul bersama keluarga dan memang, tubuh ingin istirahat. Betul-betul ingin tidur dari pagi hingga sore setelah selama berhari, berpekan, atau malah berbulan tugas keluar kota menumpuk berkejaran. Saat itu tak mungkin bilang alasan sebenarnay kepada ibu-ibu atau bapak-bapak sekitar, kecuali dengan alasan singkat : sakit.

Perceraian, pernikahan (lagi) dapat terjadi karena banyak hal.

Apakah masalah seksual? Masalah selingkuh? Masalah penghasilan? Komunikasi? Anak-anak? Karier dan pekerjaan? Wallahu’alam. Seringkali alasan yang betul-betul riil hanya diketahui diri pribadi dan Allah Swt. Mustahil, alasan sejujur-jujurnya ini diungkap ke publik. Bila diungkap ke publik, dimana pula letak privasi seseorang? Maka , biasanya selebritis yang tersandung masalah pernikahan berkata : kami tidak ada kecocokan.

Mungkin saja ada KDRT di dalamnya. Atau perbedaan prinsip terkait pengelolaan keluarga. Atau ada harapan-harapan yang tidak dapat selaras lagi antara kedua belah pihak suami istri.

Mengingat setiap individu berhak untuk menyimpan masalah pribadinya sendiri, maka kita pun seharusnya memberikan porsi itu pada setiap orang. Termasuk pada selebritis, ustadz, atau orang hebat manapun.

Mario Teguh pernah menikah dengan Ariyani, lalu bercerai, lalu menikah lagi dengan Linna. Kenapa bercerai? Anaknya milik siapa? Mentang-mentang motivator yang banyak followers dan penyanjungnya, lantas ia bisa seenaknya memuntir pendapat orang?

Kurang apa istri pertama dan kedua Mahfudz Siddiq? Keduanya shalihah, mendampingi disaat susah. Lalu datang seorang perempuan muda cantik, pintar, berkelas dan jauh sekali dari siluette dua istrinya terdahulu.

Meski Gatot Brajamusti, Mario Teguh, Mahfudz Siddiq adalah tokoh masyarakat; mereka punya sisi pribadi yang tak ada seorangpun tahu. Kecuali hanya Allah Swt dan malaikat Raqib Atid. Maka, membaca berita tentang mereka boleh-boleh saja. Membicarakan ihwal mereka sah-sah saja. Lalu, doakanlah semoga mereka dapat memilih jalan kehidupan yang lebih positif ke depannya. Kita tidak pernah tahu, alasan apa di belakang perilaku mereka.

Mengapa Aa Gatot mengkonsumsi ‘makanan jin’ dan benarkah ia memperkosa gadis-gadis? Mengapa Mario Teguh menuduh istri pertamanya selingkuh? Mengapa Mahfudz Siddiq  menikahi muallaf cantik yang belum berhijab dan jauh sekali dari istri kedua pilihan Aa Gym dan Arifin Ilham?

mahfudz-siddiq
Mahfudz Siddiq

Hanya mereka pribadi yang tahu jawabannya. Dan kita sama sekali tak tahu. Maka, proporsi kebencian, ketidak sukaan itu hanya dapat sampai pada apa yang terlihat saja. Jangan mencaci maki dan membenci para tokoh ini lantaran mereka selebritis. Gampang dipuja, gampang disanjung, lalu kita berharap mereka baik-baik selamanya. Kita jadikan mereka figur tanpa tandingan dan ketika mereka melalukan kesalahan, hancur pula harapan kita.

 

Alasan yang Dapat Diterima

Walau kehidupan masing-masing selebritis adalah hak prerogatif individu, tak ada salahnya setiap kita mulai belajar. Belajar menjadi diri pribadi yang lebih mulia serta belajar menapaki hari-hari yang kemungkinan, suatu saat kita berada di sorot mata dunia.

Siapa tahu, kelak sebagian kita menjadi pengusaha terkenal, pengacara kondang, motivator berkharisma atau malah anggota dewan dan tokoh perubahan nasional bahkan internasional.

Jejak kita akan dilihat orang banyak.

Maka sejak belum menjadi ‘apa-apa’ kita belajar mawas diri dan menempatkan diri.

Misal, berusaha berkata yang baik atau diam, sebagaimana hadits Rasulullah Saw. Baik dalam kegiatan offline atau online. Kebiasaan baik ini akan terpupuk, sehingga ketika menjadi tokoh kita tidak akan suka mengumbar kata-kata yang memancing anarkisme. Dalam kegiatan online di facebook, blog, twitter, instagram dan dimanapun; perkataan yang baik ini juga harus dibiasakan. Tidak terbiasa mengumbar kata-kata negatif yang memancing perselisihan.

Mawas diri dan pandai menempatkan diri, adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap individu terutama orang-orang yang berada di ranah publik.

Ketika mahasiswa dulu, orang akan berbeda menanggapi mahasiswa biasa dengan mahasiswa berprestasi. Mahasiswa biasa; lulus 2,75 maka orang memberi selamat.

“Ah, yang penting kamu lulus!”

Tapi mahasiswa berprestasi, yang melanglang buana karena pertukaran pelajar, yang aktif di BEM lalu lulus nilai pas-pasan; orang akan kecewa.

Begitupula, bila mahasiswa biasa dan mahasiswa berprestasi ini berpacaran. Pasti akan lebih banyak dipuji (atau dikecam) yang berprestasi. Mahasiswa biasa berpacaran tak apa, tapi bila mahasiswa aktivis rohis berpacaran; itu baru berita! Dalam kasus berpacaran seperti ini seharusnya para mahasiswa pun belajar mawas diri dan tahu menempatkan diri.

Seorang mahasiswa aktivis rohis, selain karena kedalaman ilmunya tentang agama; juga harus menjaga diri dalam adab pergaulan sebab masyarakat menyorotnya lebih.

“Ih, jilbabnya lebar kok hahahihi sama cowok, pakai cubit-cubitan lagi! Ih, gayanya berjenggot tebal. Tapi menyapa akhwat pakai dear, beib, darling!”

Bermesraan dengan lawan jenis dianggap biasa, tapi jangan sampai orang yang paham agama yang melakukannya.

Contoh lain, apakah harta kekayaan boleh dipamerkan?

Boleh saja. Bahkan, Allah suka melihat hambaNya memperlihatkan karunia yang telah Ia berikan. Namun, tentu kita juga harus mempertimbangkan perasaan orang lain.

Naik mobil Alphard, Lexus, Porche; di jalan raya yang membelah arus Jakarta atau Surabaya tak masalah. Tapi di jalan kampung yang sempit, rumah-rumah berdesakan yang dibangun di lahan pemerintah dengan dinding triplek dan atap seng; rasanya kekayaan itu tak pantas dipamerkan. Lebih baik berganti mobil yang lebih murah atau naik sepeda motor saja. Mengenakan baju mewah dengan perhiasan emas bertahtakan permata, boleh-boleh saja. Apalagi dalam arisan ibu-ibu pejabat yang semua mengeluarkan gaya dandanan khasnya. Namun, gaya itu tak perlu dipertontonkan ketika menghadiri arisan RT yang hanya dihadiri ibu tetangga kanan kiri, banyak yang pensiunan pula.

Begitulah mawas diri dan menempatkan diri.

Sosok individualis harus menyatu bersama sosok sosialis kita. Apalagi bila telah menjadi tokoh tersohor. Kata-kata akan menjadi panutan, gaya ditiru, tulisan disebarluaskan.

“Yah, biarin aja aku mau kawin, cerai sama siapa. Itu alasan pribadiku. Nggak semua orang tahu yang terjadi di tengah keluargaku!”

Betul.

Tetapi jejak kita tetap akan meninggalkan bekas. Bila kita hanya orang biasa, jejak itu akan lekas menguap. Bila kita orang yang ‘luar biasa’ jejak itu akan tertinggal lebih lama. Lebih dalam melukai. Lebih lekat mengendap.

“Oh, jadi pemimpin spiritual boleh juga lah sesekali tersandung. Namanya juga manusia. Jadi motivator itu yang penting kemampuan orasinya, bagaimana cara menggugah. Tentang bagaimana kehidupan dia, hitam putih, mah cuek aja. Perkataan dan perbuatan berbeda gakpapa, yang penting laku di pasaran. Oh, jadi ustadz  itu boleh poligami. Dengan siapapun. Lebih muda, muallaf, tidak berkerudung ternyata gakpapa.”

Tentu, kita berharap di ujung sana adalah hasil kebaikan terbentang. Semoga Agatha Lily semakin kokoh sebagai muslimah sejati dan suatu saat sadar mengenakan hijab. Semoga Mario Teguh mendapatkan kembali nama baiknya demikian pula Gatot Brajamusthi.

Yang tidak dapat diperkirakan adalah bagaimana asumsi dan persepsi dari banyak kepala yang menyaksikan bait demi bait kehidupan para tokoh tersohor tersebut. Mereka yang terkesan dengan kata-kata motivasi Mario Teguh akan terhenyak : tokoh idamannya ternyata tak mampu  mengurai masalahnya sendiri. Para artis yang memuja Aa Gatot, terkesima dengan tuduhan narkoba dan pemerkosaan yang diarahkan kepada guru spiritual mereka. Begitupun Mahfudz Siddiq, akan membuat orang bertanya-tanya akan pilihannya dan sangat kecewa sebab beliau tokoh yang kharismatik di kalangan pemuda.

Bagaimana anak-anak muda kita memandang sosok agamawan, motivator, ustadz dalam menjalani kehidupannya. Kita berharap, bahwa anak-anak muda kita akan mengambil teladan dari tokoh-tokoh yang telah mangkat dan benar-benar meninggalkan jejak keemasan : Rasulullah Saw dan para sahabatnya, juga para ulama pewaris Nabi. Para pejuang seperti Thariq bin Ziyad, Shalahuddin al Ayyubi, al Fatih, Buya Hamka, Muhamamd Natsir, Agus Salim , KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari dan orang-orang sejenis mereka.

Sebab, bila mengambil panutan tokoh yang masih hidup, percayalah : dunia ini membentangkan banyak keserba-mungkinan. Mereka yang baik bisa jadi tak baik, mereka yang tak baik bisa jadi baik.

Proporsional, mawas diri dan pandai menempatkan diri.

Semoga kunci-kunci ini menyelamatkan kita baik sebagai pelaku atau pengamat. Jadi, wajarlah dalam menghujat seseorang. Sebagaimana wajarlah dalam mengagumi seseorang.