Kategori
Artikel/Opini Cinta & Love Novel Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Film Buya Hamka : Romance Story, Pesan Parenting & Sikap Pejuang

Kalau anda orangtua, tontonlah film ini. Sebab bisa jadi anda sekeras Haji Rasul dalam mendidik anaknya, Malik. Kalau anda single parent, tontonlah film ini. Karena orangtua Malik atau kelak dikenal dengan nama Buya Hamka, berpisah. Kalau anda seorang istri yang memiliki suami dengan tabiat sangat keras, tontonlah film ini. Kalau anda punya anak banyak, tontonlah film ini. Kalau anda seorang ayah, tontonlah film ini.

Kalau anda ingin memiliki anak dengan karakter kuat dan pemikiran cemerlang , ingatkan nasihat Dr. Abdullah Nashih Ulwan, ulama pakar parenting : ajarkan anak-anakmu kisah epic. Film ini mengajarkan kisah epic yang indah, perjuangan seorang lelaki menjadi suami, ayah, ulama dan pejuang bangsa.

Volume 1 : Full Romance Story

Untung saya bawa sapu tangan. Scene pertama, sudah menguras air mata. Pertemuan penuh rindu Hamka yang tengah dipenjara di tahun 1964, bertemu Siti Raham istrinya yang membawa gulai kepala kakap. Scene kedua yang menguras air mata adalah adegan Hisyam, putra kesayangan Hamka wafat di saat Hamka tengah merintis majalah Pedoman Masjarakat.

Bagaimana Raham senantiasa setia menyuguhkan kopi kepada Hamka ketika sang suami mengetik hingga larut malam, adalah adegan manis suami istri yang pantas di-capture. Hamka, terkenal pula dengan bait-bait sastranya untuk segala situasi : dakwah, politik, sosial, novel dan tentu rayuan cinta.

“Pahit di sini, manis di sana,” goda Hamka ketika menikmati kopi suguhan istrinya.

Quote bapak-bapak yang bisa dikloning, ya! Sembari menyeruput kopi, menggoda istri hingga Raham tersipu malu.

Volume 1 film Buya Hamka menyuguhkan banyak adegan romance suami istri dan ayah bunda mendidik anak. Jadi, jangan langsung dibayangkan penuh adegan heroic perjuangan melawan penjajah yang nanti baru akan muncul di volume 2 dan 3. Tapi, tahukah anda kenapa volume 1 ini justru lebih banyak diangkat kisah suami istrinya?

Aku jadi tahu kenapa Hamka yang keras…

Saya menonton film itu bersama putri saya, Inayah.

Sengaja saya ajak, supaya dari kaca mata anak muda dapat menilai. Awalnya, ia agak terganggu dengan adegan romance yang terasa terlalu panjang. Namun, justru di akhir cerita, ada kata-katanya yang menohok saya sebagai istri dan ibu.

Apalagi, ada spoiler volume 2 yang mengetengahkan betapa kerasnya Haji Rasul memperlakukan istri dan anaknya, Malik (Hamka), hingga terjadi perceraian di kemudian hari. Ya, Haji Rasul dan Ummi dari Malik akhirnya berpisah karena ketidak cocokan dan memang; karakter Haji Rasul amat sangat keras.

Hamka mewakilinya!

“Sekarang aku ngerti, Mi, kenapa Hamka yang sekeras itu bisa bersikap lemah lembut,” Inayah berpendapat. “Ternyata, banyak dipengaruhi oleh istrinya, Raham.”

Hamka dan ayahnya bersitegang tak habis-habis. Kalau kita baca beberapa buku biografi Hamka, akan menyebutkan demikian juga. Haji Rasul sangat menginginkan anaknya merantau jauh, belajar dengan benar, menjadi alim ulama yang disegani. Tapi Malik alias Hamka tidak sesuai harapan orangtua!

Ia bahkan suka menulis roman, hingga dijuluki kiai cabul.

Ia suka menulis cerita cinta, hingga gadis-gadis termehek-mehek membayangkan punya jodoh seperti Zainuddin.

Rahamlah yang membesarkan hati Hamka dan mengatakan, kurang lebih demikian, “biarkan saja orang mengatakan Engku kiai cabul, saya yang lebih mengerti Engku. Dakwah bisa lewat kisah roman, sebab hati akan tergerak dengan keindahan.”

Bertabur quote

Saya pembaca setia karya-karya Hamka. Saya pengagum beliau.

Film ini, menyajikan banyak quote bermakna yang selalu terekam dalam benak. Kalau kita baca buku-buku Hamka : Pribadi Hebat, Dari Lembah Cita-Cita, Buya Hamka Bicara tentang Perempuan, Tasawuf Modern dll, akan ditemukan kata-kata puitis beliau yang sangat mengena. Bahkan jika itu sebuah teguran keras.

Ini beberapa quote yang disampaikan di film Buya Hamka :

  • Politikus dan sastrawan harus berdampingan. Politikus membangun negara dengan struktur pemikiran, sastrawan mengisinya dengan keindahan dan gagasan.
  • Manusia harus bekerja keras. Sebab kera pun bekerja, kerbau pun bekerja.
  • Salah satu pekerjaan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pemikiran cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

Adegan-adegan Lucu & Poin Istimewa Film Buya Hamka

Jangan dipikir film ini sepanjang jam nangis dan geram, ya. Ada adegan-adegan lucu yang bikin ngakak. Seperti Ola, yang diminta ayahnya untuk menjadi istri kedua Hamka. Asli! Acting Ola benar-benar pas buat orang Makassar yang pakai tambahan ji atau ki di belakang kalimat.

Beberapa point lebih di film ini yang buat kita pingin nonton dan nunggu-nunggu volume 2 dan 3 segera tayang (eh, tonton dulu volume 1 serentak tanggal 20 April ya) :

  1. Acting Vino G. Bastian yang patut diacungi jempol. Acting yang juga mengesankan adalah Laudya Cintya Bella (Siti Raham), Donny Damara (Haji Rasul), Yorike Angeline (Ola)
  2. Keindahan alam Padang Panjang dan setting masa penjajahan yang membuat kita jadi mengharu biru
  3. Wardrobe yang keren! Salah satu yang memikat adalah beragam outfit Siti Raham yang tradisional banget tapi sangat manis dan sesuai zamannya. termasuk outfit Ola dan si gadis merah, Kulsum
  4. Adegan yang heartbreaking banget dengan script pas, terutama yang menggambarkan saat Hamka dianulir posisinya sebagai alim ulama dan ketua Muhammadiyah Sumatera Timur. Inilah bagian yang membuat kita merasa : Ya Allah, segini beratnya ya fitnah sebagai ulama. Keberadaannya ulama dibutuhkan, salah melangkah dihujat habis-habisan padahal ia tengah berijtihad memikirkan ummat.
  5. Film ini berdasar novel karya A. Fuadi yang udah gak diragukan lagi dengan karya-karyanya. Selain lihat filmnya, silakan juga lahap habis novelnya ya!

Nah, yuk.

Nonton bareng-bareng film ini yang cocok banget buat orangtua dan anak-anak, sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Nobar dengan teman-teman pengajian! Dengan teman komunitas baca dan tulis.

Kategori
BUKU & NOVEL Karyaku Kepenulisan Novel Perjalanan Menulis TEKNIK MENULIS Tulisan Sinta Yudisia

𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐩𝐚 𝐅𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬𝐲?

Lagi belajar nulis kembali di platform. Setelah punya akun wattpad (yang udah lama hiatus) dan kwikku (masih ada beberapa cerita di sana); nyoba lagi platform lain. Banyak yang sudah nulis di sini, tapi saya pribadi baru aja nyoba. Webnovel namanya. Lebih banyak didominasi penulis asing dan in English. Sedihnya , tahun ini webnovel versi Indonesia ditutup ☹. Mungkin karena dianggap kuran gmenguntungkan, ya. Atau sekarang platform menulis dan membaca banyak banget.

Kenapa nulis fantasy dan di webnovel?

  1. 𝐋𝐨𝐦𝐛𝐚. Bagaimanapun, kompetisi selalu menggairahkan. Tempo hari, ketika membuat Half of Lemon yang baru bisa tembus 25 terbaik, juga karena kompetisi. Dengan kompetisi, semangat dan alokasi waktu jadi lebih terarah. Udah gak sempat lagi scrolling berita macam2 hehe. Memang kedengarannya pragmatis ya. Tapi dengan lomba, kita juga mencurahkan sisi terbaik. Best version of me. Kalau saya sih, menang atau gak, udah rizqi dari Allah Swt. Kalau sudah punya naskah yang baik dan gak menang, bisa kita terbitkan indie dan selalu aja ada yang beli, insyaallah. Gak rug ikan?
  2. 𝐅𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬𝐲. Tema fantasy ini masih jarang kutulis. Padahal kalau baca tema-tema fantasy, bukan sekedar ada adegan sihir dan terbang lho. Banyak penulis luar yang justru menghadirkan sejarah, mitos, legenda dan prediksi-prediksi masa depan lewat jalur fantasy. Makanya, sekarang ada tema-tema yang mungkin bagi penulis kayak saya masih belum terlalu familiar. Tema 𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘮𝘪𝘨𝘳𝘢𝘴𝘴𝘪𝘰𝘯, 𝘴𝘺𝘴𝘵𝘦𝘮, 𝘪𝘴𝘦𝘬𝘢𝘪 (ini kalau wibu otaku pasti kenal), 𝘤𝘶𝘭𝘵𝘪𝘷𝘢𝘵𝘦, dll. Kadang tema-tema tersebut digabungkan dengan tema fantasy dan supernatural.
  3. 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫. Apa sih karakter? 𝘍𝘦𝘮𝘢𝘭𝘦 𝘭𝘦𝘢𝘥? 𝘔𝘢𝘭𝘦 𝘭𝘦𝘢𝘥? 𝘔𝘢𝘭𝘦 𝘤𝘩𝘢𝘳𝘢𝘤𝘵𝘦𝘳? Dulu mungkin lebih banyak belajar deskrpisi, diksi, alur yang mana ini juga masih sangat penting. Tapi saya belajar lagi tentang apa yang dimaksud dengan male lead dan male character. Apakah kalau sekedar nulis cerita hantu itu sudah pasti horror, trus ada hantu perempuan udah pasti female lead? Wah, belum tentu ternyata.
  4. 𝐂𝐨𝐯𝐞𝐫. Bukan saya yang bikin cover. Tapi teman-teman illustrator. Kalau ada yang bertanya-tanya : lho kok covernya begitu sih? Nah, itu butuh pembahasan panjang. 𝘕𝘦𝘹𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦 insyaallah ya. Yang pasti, ingin hadir sebagai pilihan alternatif bagi novel2 di platform yang cover, judul dan isinya aduhaaaayyy.

Cover 𝓢𝓲𝓵𝓿𝓮𝓻 𝓓𝔂𝓷𝓪𝓼𝓽𝔂 versi merah maroon

Nah, kalau berkesempatan, silakan baca 𝓢𝓲𝓵𝓿𝓮𝓻 𝓓𝔂𝓷𝓪𝓼𝓽𝔂 ya.
Insyaallah saya kupas juga BTS nya bikin novel ini. Harus hunting buku via online, unduh dan baca jurnal penelitian, menyimak berbagai video youtube, dsb.

Yuuuuk!

Link Silver Dynasty bit.ly/dinastiperak

Kategori
BUKU & NOVEL Buku Sinta Yudisia Fiksi Sinta Yudisia Jepang Karyaku Kepenulisan KOREA Manga Menerbitkan buku Perjalanan Menulis Remaja. Teenager Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Boleh gak minta mahar kitchen set atau art supply?

“Emang kamu pingin minta apa? Seperangkat alat sholat?”

“Itu udah mainstream banget,” Annona angkat bahu. Mengulum lagi coklat potongan kedua. “Aku nggak mau mahar mainstream.”

“Trus, apa? Seperangkat perhiasan emas?” Lemon bertanya lagi.

“Aku pingin seperangkat kitchen set,” sahut Annona kalem.

Lemon menatapnya heran. Lalu tertawa guling-guling.

“Kamutuuuuuuuh. Masak gak hobi, maharnya kitchen set. Lagian, gimana saat ijab qabulnya nanti!”

—–

Zaman saya dulu nikah, mahar kayaknya relatif sama di mana-mana ya. Biasanya seperangkat alat solat, atau cincin. Yang agak mahal biasanya seperangkat perhiasan atau uang tunai. Tapi anak-anak sekarang ada aja pikiran kreatifnya.

Kalau diskusi sama anak-anak muda perihal pernikahan, rata-rata punya ketakutan beragam. Ketakutan itu dulu nggak ada di pikiran kita. Paling cuma khawatir kalau beda suku ntar karakternya beda trus benturan, trus gimana. Kalau sekarang relatif beragam. Udah gitu, impian dan khayalannya juga aneh-aneh kwkwkw.

Diskusi nikah dengan anak-anak muda emang seru. Kalau ngisi acara seminar pra nikah, bahasan tentang gimana milih jodoh kayak gak ada habisnya. Di bawah ini bbrp yg sering jadi pertanyaan:

  • Ortu gak setuju
  • Pendidikan beda strata
  • Beda suku
  • Calon suami gak bolehin istri aktivitas keluar, apalagi ambil beasiswa
  • Proses taaruf
  • Calon suami pemahaman agamanya minim
  • Ada trauma keluarga

Selain hal-hal yg agak ngeri-ngeri gitu, bahasan dg anak muda seringkali lucu-lucu juga

  • Apa gaun pengantin harus putih? Boleh dong ganti warna
  • Lagu pengiring pengantin harus nasyid? Kalau lagu2 motivasinya Stray Kids atau Lucas Graham, apa boleh?
  • Mahar, bolehkah minta selain alat sholat dan perhiasan?
  • Kalau beda fandom boleh gak? Atau malah otaku wibu VS hallyu

——-

Kejadian sehari-hari, sering menginspirasi tulisan. Termasuk bab nikah dan mahar yang kumasukkan di novel online Half of Lemon. Udah Chapter 34 sejauh ini, masih ingin menulis beberapa bab lagi sampai benar-benar usai.

Nah, cuplikan bab mahar itu ada juga di diskusi Lemon dan Annona, kakak beradik gokil beda karakter kepribadiaan. Beda inteligensi. Beda bakat minat.

Silakan simak di sini yaaa, kalau pingin tahu gokilnya percakapan Lemon dan Annona tentang mahar 😃😃

https://www.kwikku.com/novel/read/half-of-lemon/141665

Kategori
Film Hikmah mother's corner My family Parenting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Film Parenting yang Bagus untuk Ditonton Akhir Tahun

Film-film ini sebetulnya bukan produksi 2019-2020. Beberapa udah beberapa tahun lalu tapi layak ditonton. Ingat ya, ini film parenting. BUKAN film keluarga. Kebanyakan kita berpikir kalau film parenting bisa ditonton sama anak-anak. Beda! Meski pemainnya anak-anak tetapi konflik dan dialognya banyak dewasa. Oke, bisa ditonton anak-anak yang sudah remaja asal dengan pendampingan karena ada beberapa diskusi tentang seksualitas di sana.

  1. Captain Fantastic
  2. Tully
  3. Please Stand By
  4. Dangal
  5. Searching
  6. Gifted
  1. Captain Fantastic

Tokohnya yang main jadi Aragorn di Lord of the Ring. Film ini bahkan buat suami saya sampai terharuuuu banget. Jarang-jarang bapak-bapak bisa terharu kwkwkwk. Kisahnya tentang seorang ayah yang membesarkan 6 orang anaknya sendiri, karena istrinya bunuh diri akibat post partum depressi hebat.

Diskusi tentang bunuh diri sang ibu saja sudah menjadi “highlight”  yang harus diperhatikan, kalau film ini mau ditonton anak-anak.

Kelebihannya?

Wah, film ini keren banget.

Ben Cash (Viggo Mortensen) membesarkan anak-anaknya di alam. Mirip homeschooling ya. Anak-anak kalau makan harus berburu, memasak sendiri. Sehari-hari mereka berlatih bela diri, membaca buku, bermusik. Jauh dari hingar bingar internet dan makanan junkfood. Anak-anak Ben menguasai 6 bahasa, mereka mengkonsumsi buku-buku berat dan mampu mendiskusikannya.

Salah satu diskusi menarik adalah ketika Ben dan salah satu putrinya membahas novel Lolita. Ada banyak diskusi antara ayah -anak yang sangat menarik di film ini. Termasuk kenapa nama anak-anak mereka tak ada kembarannya : Bodevan, Kielyr, Rellian, Vespyr, Zaja, Nai. Diskusi tentang kapitalisme, agama, bagaimana menjelaskan tentang seksualitas bisa menjadi masukan (meski gak mesti ditiru ya!).

No kissing, no one stand night.

Kenapa gak boleh ditonton anak-anak?

Karena diskusinya dan ada salah satu adegan ketika Ben yang naturalis-anti kapitalis, keluar dari bus caravannya tanpa baju sama sekali.Film ini bagus banget ditonton suami istri. Utamanya para bapak-bapak agar lebih menjiwai konsep pendidikan berkarakter.

2. Tully

Bagi ibu yang lagi hamil dan punya anak-anak kecil, film ini layak tonton.

Dibintangi si cantik Charlize Theron yang berperan sebagai ibu hamil tua. Marlo Moreau menjalani kehidupan yang penuh tantangan dengan anak kecil-kecil : Sarah dan Jonah (berkebutuhan khusus). Ketika Mia si bayi lahir, Marlo benar-benar kerepotan dan sangat lelah.

Saudara Marlo, Craig, yang hidup berkecukupan dan sangat mencintai kakaknya; menawarkan nanny untuk membantu Marlo. Tapi Marlo menolak. Ia tidak tahu bagaimana harus membayar shadow teacher dan nanny. Selama ini, Jonah sekolah di sekolah terbaik karena Craig menjadi donatur besar di sana.

Marlo sebetulnya memiliki suami yang penyayang, Drew. Tapi layaknya laki-laki ya, gak ngerti gimana capeknya punya baby. Malam hari, kalau Marlo naik ke tempat tidur karena sangat capek, Drew justru aktif membunuh zombie-zombie di video gamenya. Ala laki-laki bangettt hahahah.

Lalu muncullah Tully, si nanny. Kita sempat mikir : ”wah, ada adegan selingkuh nih antara Tully dan Drew. Sebab Tully sering mancing-mancing tentang Drew.”

Tapi enggak sama sekali. Endingnya yang twist bikin nyeseeeeek.

Ada satu quote di film ini yang akhirnya kami pakai di keluarga. Adegan ketika Marlo mengalami kecelakaan dan Drew nyaris kehilangan istrinya. Drew memeluk Marlo. Alih-alih mengucapkan “I Love You” , Drew justru berkata “I Love Us.” Marlo pun menjawab dengan perkataan sama : I Love Us.

Hayo Bapak Ibu, yang punya anak kecil atau baby-baby. Supaya ngerti perjuangan para ibu di malam hari, wajib tonton film ini. Gambaran gimana stresnya Marlo mulai ngurusi pampers sampai nyedot ASI, detail bangettt. Kita bisa merasakan capeee jadi ibu, ya?

3. Please Stand By

Film ini dibintangi si cantik Dakota Fanning yang berperan sebagai Wendy, penyandang autism. Dulu ketika kecil, Wendy dan kakaknya Audrey, dibesarkan oleh ibu single parent. Sebagai seorang kakak, Audrey sangat menyayangi dan mengerti adiknya yang berkebutuhan khusus. Namun setelah Audrey dewasa dan menikah, ia tak lagi dapat mendampingi adiknya. Apalagi si ibu telah meninggal.

Wendy sangat terobsesi dengan Star Trek. Ia bercita-cita menjadi penulis scenario. Perjuangan Wendy yang tinggal di rumah khusus bagi penyandang kebutuhan khusus untuk dapat mandiri dan mencapai cita-citanya, menjadi titik utama film ini.

Tidak ada adegan ranjang atau diskusi dewasa di dalamnya. Cocok juga untuk ditonton remaja. Sebagai orangtua yang memiliki anak-anak, terutama anak special needs, perlu sekali melatih pola hubungan komunikasi yang hangat dan indah seperti yang dilakukan Audrey pada Wendy.

Anak-anak seperti Wendy pada akhirnya mampu mandiri dan menemukan jati diri ketika dikelilingi orang-orang yang peduli seperti Audrey serta pengasuh homecare bernama Scottie.

4. Dangal

Dangal adalah film India yang bolak balik kami tonton.

Mengisahkan Poghat Singh, seorang mantan pegulat yang bercita-cita ingin memberikan medali emas bagi negaranya. Ia ingin sekali mewariskan kemampuan gulat dengan melatih anak-anaknya. Apa daya, 4 anaknya perempuan semua!

Tapi ternyata, Gita dan Babita punya bakat gulat seperti sang ayah. Poghat mengetahuinya ketika Gita dan Babita berhasil mengalahkan cowok-cowok yang mengganggu mereka. Sejak saat itu rambut panjang keduanya dipangkas, hari-hari dipenuhi latihan berat, demi agar kedua gadis itu memiliki tubuh dan stamina yang pantas bagi pegulat.

Seorang ayah yang memiliki impian besar dan mampu mewariskan impian itu kepada anak-anaknya; sungguh sebuah motivasi spesial bagi orangtua yang mungkin masih bingung gimana cara mengarahkan anak-anak sekarang yang mungkin agak-agak manja.

Banyak dialog yang masih terpatri di ingatan. Salah satunya kekhawatiran istri Poghat. Siapa nanti yang akan memilih Gita dan Babita yang menjadikan gulat sebagai jalan hidup?

“Nanti, bukan laki-laki yang memilih-milih putri kita. Tapi Gita dan Babita yang memilih-milih sendiri para lelaki itu.”

Ibaratnya, Poghat ingin menepis anggapan sang istri yang mengkhawatirkan : ada nggak sih lelaki yang mau beristri pegulat? Jangan-jangan nanti Gita dan Babita selalu tersingkir dari pilihan. Poghat menegaskan : putri-putri mereka akan tumbuh menjadi orang berkualitas sehingga banyak lelaki akan melamar dan putri merekalah yang akan menyeleksinya!

Kisah Poghat Singh ini juga saya masukkan dalam buku saya 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ya.

5. Searching

Saya udah pernah posting ini secara khusus di FB dan blog saya. Jadi gak akan mengulas lagi. Cuma ingin menekankan bahwa film ini bagus banget buat para ayah yang gaptek ketika berhadapan dengan putrinya yang tetiba menghilang, dan si ayah mencoba mencari keberadaan putrinya lewat teman-teman dunia mayanya di facebook dan tumblr.

6. Gifted

Kalau punya anak Gifted, perlu tonton film yang satu ini.

Dibintangi oleh si Kapten Amerika, Chris Evans. Kakak perempuannya meninggal bunuh diri, meninggalkan seorang anak perempuan bernama Mary Adler. Saat Mary berusia 7 tahun dan sangat cerdas matematika serta mampu menyelesaikan soal-soal sulit setingkat mahasiswa, sang nenek berambisi menjadikannya anak yang bersinar dengan kecerdasannya yang luarbiasa.

Frank, merasa bahwa keinginan itu terlalu berlebihan.

Perjuangan Frank untuk ‘memanusiakan’ Mary Adler si jenius yang masih anak-anak ini bisa menjadi contoh bagaimana kita seharusnya memperlakukan anak sangat pintar tanpa mengabaikan sisi humanis mereka.

#filmparenting #parenting #orangtua #goodmovie

Kategori
BERITA Catatan Jumat Da'wah Islam Dunia Islam Hikmah Mancanegara Oase Renungan Hidup dan Kematian Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Kenya, Namibia, Somalia etc : Afrika & pendidikan ala Wakanda

Selama ini, pandangan mata teralihkan dari Afrika.

Covid 19, locus, kekeringan, kelaparan; membuat Afrika seolah ujung mati dari dunia.

Beberapa waktu lalu, ketika diminta mengisi acara di sebuah institusi tentang menjadi educator atau pendidik di era pandemic ini; saya menelusuri berbagai sumber baik tertulis maupun yang berbentuk video bagaimana menjadi pendidik baik guru atau dosen di era penuh tantangan ini.

Kita akan berpikir bahwa solusi ada di negara-negara maju seperti Eropa , Amerika atau benua Asia. Afrika, yang di hari-hari biasa saja menghadapi situasi kekeringan dan rawan pangan serta konflik berkepanjangan; apakah mungkin mampu bertahan di era “unprecedented times” ?

Jepang, Korea, Jerman, Perancis, Malaysia tentu tak diragukan lagi.

Tapi bagaimana dengan Afrika?

Hatiku tergelitik untuk mengetahui dan benar-benar ternganga, bahwa kita mungkin menganggap sebelah mata pada benua yang disebutkan National Geographic sebagai negeri para Firaun Hitam – para penguasa dunia yang kuat dan kayaraya pernah berasal dari wilayah ini.

Yang unik adalah, kita yang selama ini dimanjakan oleh modernisasi dan fasilitas teknologi lalu tergagap-gagap ketika era lockdown melanda : Afrika tampaknya justru terbiasa menghadapi bencana. Ya, tentu saja mereka kekurangan fasilitas kesehatan dan sarana prasarana lainnya. Namun beberapa negara ternyata tanggap cepat terhadap kebutuhan di dunia pendidikan.  Menelusuri laporan Unesco dan Unicef, ini beberapa di antara terobosan Afrika :

Paul dan Ndapewa adala guru-guru yang mencari terobosan di era Covid sumber Unesco : Learning Never Stops

  1. Orangtua kesulitan memindahkan pola pembelajaran. Stres, ketegangan, kebosanan, akhirnya menimbulkan kerawanan di rumah. Natgeo menyampaikan bahwa alih-alih membuat rumah menjadi homeschooling tanpa persiapan, orangtua lebih baik mengajarkan lifeskill pada anaknya. Kenya, lebih dahulu menerapkannya. Para guru yang terbatas sarana prasarananya, mengajarkan lifeskill bahasa daerah kepada anak didiknya – Swahili. Selain menumbuhkan ikatan pada budaya leluhur, beberapa keahlian pun ikut meningkat. Mengapa kita tidak ajarkan kembali bahasa Jawa secara intensif, huruf hanacaraka; atau bahasa daerah wilayah masing-masing kepada anak-anak kita?
  2. Ndapuwa, seorang guru di Namibia. Menceritakan bahwa ia seharusnya berkoordinasi dengan orangtua lewat grup whatsapp. Tapi, apa mungkin? Hanya ada 2 orangtua yang punya gadget. Ndapuwa kemudian berkata, bahwa ia punya target baru sekarang, selain hanya berkonsentrasi pada anak-anak : mengajarkan orangtua membaca dan matematika. Mengapa kita sebagai orangtua, tidak membuat kelompok-kelompok belajar? Materi belajar anak-anak, bisa kita adopsi.
  3. Sebagian Somalia dilanda konflik. Sebagian warga Somalia menjadi pengungsi ke Kenya. Sebagai negara yang bertetangga dekat, Kenya tidak mengabaikan kebutuhan para pengungsi. Mereka mempersiapkan guru-guru relawan pengajar bahasa Inggris, lewat radio-radio untuk pengungsi Somalia. Mengapa kita tidak terjun menjadi guru bagi para pengungsi di Indonesia seperti Rohingnya atau orang-orang yang terkatung-katung sebagai imigran gelap?

Teringat Wakanda, negeri imajinatif dalam film Black Panther.

Kemajuan bangsanya, kecanggihan teknologinya, keberanian rakyatnya.

Afrika, dulu pernah merajai dunia. Banyak nilai-nilai keluhuran yang dapat diambil dari negeri para Firaun Hitam.

Sejak era colonial dan perang dunia, Afrika menjadi tujuan aneksasi dan kolonialisme. Kekayaan mereka dirampas, terutama hasil tambang. Kemiskinan dan kelaparan menjadi pemandangan yang lazim di benua Afrika. Setiap kali mendengar kata Afrika, pikiran kita akan terhubung dengan virus Ebola, peperangan suku dan padang-padang kering.

Habis ngisi acara tersebut, pikiran saya terus tertuju ke Afrika.

Apalagi, salah satu tokoh yang saya kagumi, pasangan ayah anak Nurmagomedov punya proyek membuat sumur-sumur air di Nigeria. Ayah Khabib , Abdulmanap Nurmagomedov baru saja wafat karena Covid 19.

Berhari-hari mencari-cari, kalau ingin qurban ke daerah Afrika, ke mana ya?

Cari-cari, manakah lembaga yang menyalurkan hewan qurban ke daerah bencana kemanusiaan? Udah beberapa waktu ini menelusuri dan dapatlah LMI – Lembaga Manajemen Infaq di Jawa Timur yang salah satu target penyaluran kurban ke benua Afrika, antara lain Kenya dan Somalia. Selain program ke Palestina dan Myanmar juga ada.

Hayuk!

Wakanda memang imajinatif, tapi negeri Afrika adalah mutiara hitam bagi peradaban dunia. Sudah lama pikiran dan hati saya  tertuju ke sana. Semoga, rangkaian titik-titik peristiwa ini semakin mendekatkan kita satu sama lain sebagai bangsa yang mulia.

Kategori
Artikel/Opini Cerita Lucu Hikmah Jepang mother's corner My family PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY RESENSI Sirius Seoul WRITING. SHARING.

Orang Tua Tumbuh Lebih Baik : Anime Mirai no Mirai

Ngakak. Ketawa seru. Tapi juga ada haru.
Satu lagi film anime yang mencuri hatiku. Sudah lama pingin nonton film ini tapi gak sempat-sempat, barulah sekitar sepekan lalu sempat nonton dan baru sekarang sempat pula buat reviewnya.

👶👧👩‍🦳👨‍🦳

Film ini buat anak-anak atau orangtua, sih?
Jawabku : segala umur.
Kenapa?
Bisa ditonton anak TK karena animasinya imajinatif dan ala-ala anak-anak banget. Adegan Kun bertemu si “pangeran” , Mirai dari masa depan dan naik kereta menuju Pulau Penyendiri; ini tema yang imajinatif banget karena cuma anak-anak yang punya imajinasi tak terbendung macam itu.
Bisa ditonton orangtua, sebab diskusi yang terbangun antara suami istri benar-benar menarik. Bagaimana sepasang suami istri , orangtua Kun, belajar menjadi ayah dan ibu dari 2 orang anak. Belajar bagaimana berkomunikasi sebagai suami istri.

🎥📹Review singkatnya :
Kun, seorang bocah 2-3 tahun sangat suka mengkoleksi kereta-keretaan. Di suatu hari yang indah, ia dan neneknya sedang beberes mainan. Nenek berkata bahwa hari itu mereka akan punya tamu/ teman baru. Kun sangat menanti-nantinya.
Papa mama pergi sekitar seminggu.
Dan pulang dengan membawa hadiah baru : seorang bayi cantik, imut , berpipi ranum.
Kun senang banget dengan kehadiran si imut.
“Kamu mau kasih nama siapa?” tanya si papa.
“Nozomi,” kata Kun, mengingatkanku pada salah satu tokoh penting dalam novel Polaris Fukuoka & Sirius Seoul hahahah.
“Nama lain?”
“Tsubame,” Kun menyebutkan nama kereta.

😤🤣😡😂

Di sinilah.
Adegan-adegan lucu yang buat perut ngakak. Kita sebagai pemirsa dibawa kelucuan, kegemparan, kehebohan dan ledakan-ledakan perasaan Kun terhadap Mirai. Di sisi lain kita mengerti perasaan yang dialami si papa, terutama si mama (gue banget!) ketika mendapati Kun berulah terhadap Mirai.
“Kuuuun! Bisa nggak kamu bersikap baik sama adikmuuu???!” teriak mama kesal, jengkel setengah mati karena Mirai menangis meraung-raung.
“Dekinaaaai!” teriak Kun. “Nggak bisaaaa!”
“Bisa nggak kamu baik sama adik kamu???”
“De-ki-naiiiii!!!” teriak Kun sambal menangis dan meraung.
Tapi kita tahu, Kun bukan anak nakal.
Mama yang nggak ngerti jalan pikiran Kun!
Kun suka kereta api. Ia mengkoleksi bermacam jenis kereta api.
Karena sayang dan ingin menghibur Mirai baby imut (yang baru berusia beberapa hari), Kun bercerita tentang kereta api-kereta apinya. Mama sedang beraktivitas membereskan rumah. Hhhh, tahu sendiri kan, gimana kalau lagi punya baby? Saat baby tidur, seorang ibu harus marathon : masak, nyuci, jemur, nyeterika. Kadang belum selesai masak, si baby udah nangis. Bahkan seringkali buat sesuap makanan, ibu harus curi-curi waktu.
Lha ini. Mirai lagi bobo cantik.
Kun mendekati Mirai, menyayanginya, berada di sampingnya dan bercerita tentang kereta. Begitu ekspresifnya si Kun, dia mengelilingi Mirai yang tidur di box dengan…semua mainan keretanya! Alhasil Mirai kesempitan dan terganggu dengan tumpukan kereta yang ada di sekeliling tubuhnya yang mungil.
Nangislah Mirai.
Dan adegan itu,

😤😡😠

“Bisa nggak kamu baik sama adikmuuu???”
Kita akan ngerti kenapa Kun bilang, “nggak bisaaaaa! Dekinaaaai!!”
Mama menyangka Kun nakal.
Kun ingin bilang sebetulnya : “aku nggak bisa baik kepada Mirai seperti yang Mama harapkan karena Mirai itu lucu, nggemasin bangettt!”
Tapi mana bisa anak 2-3 tahun bilang itu? Ia belum bisa berkomunikasi menggunakan bahasa lengkap seperti orang dewasa.
Dan , kita akan diajak pada sebuah dunia lain.
Dunia lewat kacamata Kun : bahwa seorang kakak yang dipaksa dewasa, besar dan harus mengerti semua ; bisa menjadi sangat kesepian dan marah karena orang-orang tidak ada yang mengerti dirinya. Kakek, nenek, papa, mama, teman-teman papa mama; semua memuji Mirai. Kun pun sayang sekali dengan Mirai, tapi tiap kali ia ingin menyayangi Mirai, hasilnya adalah teriakan Mama.
“Bisa nggak kamu baik sama adik kamuuu???!”

😂🤣

Huhuhu.
Aku ikut sedih dengan gelombang perasaan Kun.
Rasa cintanya diabaikan. Rasa cemburunya diabaikan. Kehadirannya diabaikan. Keinginannya untuk bertanggung jawab diabaikan. Akhirnya, ia jadi marah dan benci pada Mirai. Kun nggak suka Mirai .
Inikan yang namanya “sibling rivalry”?
Kakak adik memiliki perseteruan hebat, kecemburuan dahsyat satu sama lain lantaran orangtuanya yang nggak bisa mendamaikan dan justru memperuncing masalah! Tapi film ini mengajarkan anak-anak (khususnya anak pertama) untuk mencintai adik-adik mereka. Sekaligus mengajari orangtua gimana cara menjadi orangtua yang lebih bijak ketika satu demi satu anak lahir dari rahim si ibu.

▶️Si mama harus kembali bekerja di bulan Maret. Papa kebetulan seorang arsitek yang bekerja di rumah, jadi papa bisa menjaga Kun dan Mirai.
Mama mengeluh kepada nenek ,”aku ingin tetap bekerja. Tapi aku ingin bisa mengasuh anak-anakku dengan baik, menjadi ibu yang baik bagi mereka. Apakah mungkin?”
Diskusi antara mama dan nenek benar-benar mencerahkan.
Hal lucu lainnya, saat si papa mencoba mengurusi Kun dan Mirai, ketika mama sudah kembali bekerja.
Hahahaha. Konyol bangetttt. Dan emang bapak-bapak seperti itu!
Hiks, adegan penutupnya membuatnya terharu. Ketika pada akhirnya Kun kecil dan Mirai baby yang mulai merangkak, akhirnya bisa bersahabat. Keluarga itu akan berangkat piknik. Luarbiasa heboh saat packaging. Dan adegan papa mama yang bercakap-cakap saat packaging itu sangat menyentuh. Kurang lebih demikian percakapan mereka.

👱‍♂️👱‍♀️“Kamu dulu pencemas, suka khawatir, penakut!” kata si papa.
“Kamu juga gak bisa ngurusin rumah. Tapi kalau di hadapan emak-emak suka tampil seolah kamu papa yang hebat,” kata mama.
“Apa aku sudah lebih baik sekarang?” tanya papa.
“Apa aku sudah jadi ibu yang lebih baik?” tanya mama.
“Ya lumayan,” kata papa.
Mereka tertawa.
“Ternyata,” kata mama, “kita sekarang jadi orang yang lebih baik karena anak-anak kita.”
Aku terharu.
Betul-betul terharu dengan kalimat si mama.
Sampai kupeluk anak sulungku yang saat itu menemaniku nonton. Dialah yang ngejar-ngejar aku buat nonton film ini: ayo, Mi! Kapan, Mi! Ummi harus nonton! Film ini keren banget , Mi!

💓Dan aku meresapi betul kata-kata di mama di akhir cerita.
Kita menjadi lebih baik saat ini karena hadirnya anak-anak kita.
Terimakasih Kun-chan. Terimakasih pada para anak pertama atau anak sulung yang seringkali ekspresi cinta dan tanggung jawabnya disalah artikan oleh orangtua.
Terimakasih Mirai-chan. Terimakasih kepada para adik-adik yang berusaha untuk menjembatani konflik yang terjadi antara anak sulung dengan orangtua.

✍️✍️Mirai no Mirai adalah film yang recommended banget. Banget. Bangeeed.
Cocok buat yang lagi cemas karena film ini bikin ketawa, ngakak, heboh , mengocok perut. Tapi tetap menyentuh dengan adegan-adegan romansa keluarga yang akan membuat kita lebih menghargai perjuangan anak-anak dan pasangan.
Maaf kalau spoiler yaaa.
Tapi gak rugi nonton ini.
Aku malah mau nonton lagi nih!

🌿🌱💞🐣

#filmanak #filmkeluarga #filmlucu #reviewfilm #filmbagus #anime #filmjepang #review #film #goodmovie #lucu #funnymovie

Kategori
Gaza Kami Hikmah Jurnal Harian Oase Renungan Hidup dan Kematian Surabaya Tokoh Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Protokol Kesunyian

Aku menganggap, dahulu ; kematian sama ramainya seperti kelahiran dan pernikahan. Sanak saudara, tetangga, teman-teman lama, sahabat jauh. Makanan silih berganti tersaji. Saling berpelukan, mengucap salam. Saat kelahiran, satu persatu datang menjenguk teriring doa. Saat pernikahan, satu persatu hadir membawa bingkisan dan doa. Saat kematian, ada kehangatan perhatian dan pelipur lara dari dekapan teman-teman.

Sekarang, aku melihat dunia dengan penduduk 6.000.000.000 manusia ini begitu sunyi.
Jarang lagi kudengar ibu-ibu ngobrol aneka masakan di arisan. Jarang kudengar ibu-ibu berebut tanya pada ustadz pembicara di pengajian. Jarang kudengar anak-anak berebut adzan atau iqomah di masjid.

😞Toko buku yang biasa kusambangi, tutup. Kedai soto tempatku dan keluarga menikmati akhir pekan, tak lagi buka. Penjual minuman coklat kesukaanku, tak lagi tampak. Tukang sol sepatu, penjaja bakso, penjual kue putu, penjual ember keliling; ke mana mereka sekarang? Ke mana orang-orang yang kehadiran mereka menggenapi hari-hariku dengan suara-suara yang unik, suara yang menandakan kehidupan?
Kelahiran yang bisu, pernikahan yang senyap, perdagangan yang sepi; tak seberapa menusuk dibandingkan kematian yang sunyi.

Orang-orang yang kukenal baik, menghilang perlahan dari pandangan mata : aku tak bisa menengok mereka, tak bisa menghibur keluarga mereka, tak bisa betakziyah, apalagi ikut memakamkan. Doa-doa virtual. Pelukan virtual. Airmata virtual. Kata-kata virtual. Berita-berita virtual. Hanya itu yang bisa menyadarkan bahwa aku masih nyata berada di dunia.
Aku, yang bertahun-tahun hidup di keramaian dunia nyata dan dunia media sosial; sekarang merasakan kengerian sunyi yang berdenting-denting di telinga.

🥀Maukah kau ikut merasakan kesunyian yang terkerat di benak?

Sunyi itu ketika ambulan datang, dan semua orang menyingkir menghindar, lantaran takut terkena percikan ludah.
Sunyi itu ketika jam demi jam, waktu demi waktu, sebuah ruang dingin berbau karbol-alkohol membatasi ruang gerak. Dan suara mesin ventilator, gelembung oksigen, menjadi satu-satunya suara di telinga.
Sunyi itu, ketika orang yang lalu lalang adalah perawat, dokter dan yang terakhir : malaikat yang paling dibenci kehadirannya.

Sunyi itu adalah ketika sesedikit mungkin orang yang memandikan mayat, mengakafani, mengantarkan ke peristirahatan terakhir.
Sunyi itu menyakitkan, membenamkan dalam kesenyapan paling pekat dan rasa sepi yang membuat ingin berteriak di manakah semua orang.

Tapi sunyi itu juga yang tetiba membuatmu mendengar suara Tuhanmu : “adakah lagi yang kau sembah selain Aku?”
Dan tetiba kesunyian ini membuatku mendegar suara-suara hatiku yang riuh rendah dalam percakapan monolog. Suara yang selama ini tergantikan dengan kebisingan Instagram, facebook, twitter, line, whatsapp, dan ratusan hingga ribuan email yang masuk setiap tahun.

🥀Kesunyian ini tetiba membuatku menemukan potongan diriku yang hilang : bahwa dulu aku tidak seperti ini. Bahwa dulu aku adalah orang yang tenang, waspada, senang dengan kebijaksanaan, mendahulukan kehati-hatian. Aku sejatinya bukan orang tebruru-buru, yang ceroboh dan sembarangan, yang suka memburu sesuatu tanpa perhitungan.
Sunyi itu tetiba membuatku suka becakap-cakap dengan Tuhan, bahkan aku berbincang denganNya sesaat sebelum tidur dan bertanya : Tuhan, apakah aku masih bisa bernafas esokhari? Sebelum sunyi ini aku akan melihat apa berita terakhir di whatasapp dan Instagram.

🥀Dalam protokol kesunyian yang terpampang : ketika orang demikian sendiri dalam kematian, aku seperti berkaca tentang diriku sendiri kelak. Aku mungkin akan selamat dari Covid, tapi aku pasti akan berakhir pula dalam kesunyian.
Dan ketika semua pelayat sudah pulang, ketika tangis orang-orang sudah terhapuskan, ketika malaikat Izrail sudah menuntaskan tugas : tinggalah aku sendiri di ujung pemakaman. Sunyi. Tanpa teman. Aku menggigil ketakutan, tak tahu siapakah yang bisa kumintai tolong untuk menghalau sunyi yang menikam. Dan saat itu, aku baru mendengar suara Tuhan : ”adakah lagi yang kau sembah selain Aku?”

Kita mati karena corona atau sakit lainnya
Kita akan selalu sendiri pada akhirnya
Protokol sunyi ini hanya sebuah jalan yang harus dilalui
Masanya nanti, kita hanya menemui Tuhan seorang diri

Untuk para guru kehidupanku, sahabat-sahabatku yang telah lebih dahulu berpulang .

💔Everything in this world is not everlasting

⌛️Catatan untuk kepergian :

🥀Bapak Heri Utomo
🥀Ustadz Hilmi Aminuddin
🥀Dr. Arief Basuki (kami pernah bersama tahun 2009 dalam lawatan ke Gaza)

Kategori
15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ACARA SINTA YUDISIA Cerita Lucu PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY WRITING. SHARING.

Etika nge-zoom : hal-hal konyol, jangan sampai terulang!

Aku baru akrab dengan zoom saat pandemic covid dan ter-lockdown di rumah. Pertemuan-pertemuan yang biasanya dilakukan secara offline dan banyak bertatap muka seperti seminar, workshop, pelatihan, pengajian; sekarang lebih banyak online. Berbeda dengan anak-anakku yang sudah seperti generasi millennial lainnya, mereka santai dan asik-asik saja dengan teknologi. Kemarin, seperti biasa saat kami FGD keluarga sambal main kartu Uno, mereka tetiba tertawa terbahak sampai menutup muka.

“Ya Allaaah, malu aku, Miii!” seru mereka ketika aku cerita tentang beberapa kebiasaanku.

“Harus ada perlatihan etiquette nge-zoom, nih,” seru si Sulung.

“Ya, maklum, kan,” sahutku. “Ini dunia baru. Jadi masih belum dikenal luas tatakramanya.”

Berikut ini adalah pengalaman on stage yang bikin malu, tapi show must go on. Kalau bukan sekarang kapan lagi belajarnya?

  1. Tidak mematikan voice dan video. Pertama kali aku gabung di zoom, gak tau gimana cara menyembunyikan suara dan mukaku. Jadi stay tune aja di tengah-tengah rapat. Gak berani bergerak, bahkan ketika kucingku si Icung lewat gangguin. Selama berjam-jam duduk sampai pegel badan menghadap laptop. Baru tahu kalau di pojok kiri bawah ada symbol voice dan video yang bisa diklik, biar bisa tersembunyi aktivitas kita sembari ikut ngezoom
  2. Tidak tahu cara mengubah akun. Alkisah, aku diminta ngisi materi. Zoom sudah terinstall di laptop. Panitia bolak balik ngontak aku karena waktu ngisi sudah tiba. Aku bilang sudah ada di arena zoom. Ternyata, yang tertampil adalah akun suami. Ya, mana panitia kenal?
  3. Sinyal . Oh, God! Nightmare. Saat ngisi, modem habis. Pakai tethering layanan internet X, ngadat. Layanan X, sama aja. Haduh, keringetan. Mana sudah telat lebih 30 menit gegara nyari sinyal! Berdoa kepada Allah supaya dimudahkan ngisi pulsa dan alhamdulillah, akhirnya teratasi
  4. Share screen. Ini juga sering bikin malu. Padahal sudah benar cara nge-share nya, tau-tau gak muncul di layar. Kita sudah yakin banget lagi menjelaskan power point per slide.

Lalu panitia memotong dengan sopan, “Maaf Bun, bisa di-share PPT nya?”

“Lho, dari tadi sudah,” jawabku kaget.

“Nggak terlihat sama sekali,” jelas panitia.

Aduh, jadi dari tadi aku ngomong sendiri saat menayangkan slide-slide aneka warna dan cerita?

5. Pak sayur, pak pos, petugas air. Lagi di tengah acara, terdengarlah panggilan dari luar pagar. Pak penjual sayur sudah bolak-balik klakson. Kalau menjadi peserta, aku bisa dengan mudah nutup video dan voice. Tapi kalau lagi jadi pembicara?

6. Leave meeting. Setelah selesai acara dan doa penutup, biasanya aku leave. Ini yang buat anak-anakku tertawa.“Ummi, gimana rasanya kalau kelas tetiba ditinggal dosennya?? Ya kayak gitu! Ummi jangan tau-tahu leave zoom!”

7. Raise hand : masihkah berguna? Aku dulu sering banget raise hand kalau mau nanya. Eh, ternyata yang lain gak ada yang begitu. Sebagian besar langsung unmute atau ngobrol di chat untuk tanya. Akhirnya, aku sering ketinggalan kesempatan untuk bertanya.

Etika Zoom

Mungkin, aku perlu merumuskan sendiri etika buat diriku sebagai peserta dan pembicara saat ngezoom. Sebab, meski online dan gak akan langsung terlihat salah atau malu; tetap saja hubungan dengan orang lain perlu dijaga tatakramanya.

  1. Pastikan nama email, atau nama akun, atau nama terdaftar adalah nama yang dikenal. Bukan nama merek HP tertentu atau yang lainnya hehe. Kadang, jadi lama di waiting room karena persoalan teknis. Pernah lho, saat rapat ada teman yang di-kick keluar karena namanya tidak familiar. Yah, takut aja dia tahu rahasia perusahaan kan?
  2. Mematut diri sebelum tampilan diri terlihat di layar. Meski yang terlihat cuma wajah, pastikan terlihat jelas dengan pose yang pantas. Sambil duduk, misalnya. Bukan sambil berbaring.
  3. Gunakan headset atau earphone untuk suara lebih jernih dan kita nggak perlu ngotot berbicara. Kesannya kayak bentak-bentak, gitu.
  4. Tutup voice jika ada pihak lain yang harus berbicara. Ini supaya tidak muncul denging yang mengganggu. Atau tutup jika kita ada keperluan di luar zoom. Kadang dengar suara ibu ngomel ke anaknya padahal lagi di zoom 😊
  5. Membuka video. Pernah gak ikut zoom dan semua videonya ditutup? Rasanya seperti ditinggalkan di sebuah ruangan sendirian dan cuap-cuap sendirian. Kecuali mau ke belakang atau ada keperluan mendesak, video silakan ditutup.
  6. Pilih latar belakang sesuai. Jangan di kamar, karena kamar adalah area privasi. Bisa pilih ruang tamu atau ruang keluarga. Hati2…jangan sampai tali jemuran terlihat atau tumpukan setrikaan mengintip 😊
  7. Hadir penuh waktu. Meski ada dua pembicara, kuusahakan hadir penuh di pertemuan, walau itu bukan jatahku bicara. Kecuali ada hal penting yang mendesak dan gak bisa ditinggal
  8. Jangan disambi-sambi. Meski informal, tetap saja semua pihak ingin dihargai di ruang zoomeet. Sekalipun lagi reunian, lho. Kalau memang nyambi (misal sambil masak atau nyetir), sampaikan ke audiens dan mintalah maaf karena gak bisa focus. Apalagi kalau formal.
  9. Leave meeting ketika host sudah mempersilakan atau sudah mengakhiri zoom meeting. Kalau mau meninggalkan, bisa minta izin di chatroom terlebih dahulu atau meminta maaf secara langsung.
  10. Perhatikan kuota. 1 jam ngezoom kurang lebih 500-800MB. Kalau jadi peserta, tetiba menghilang tak masalah. Tapi kalau jadi pembicara, tentu harus siap-siap.

Nah, itu pengalamanku. Ada yang mau menambahkan?

Kategori
Artikel/Opini Hikmah My family Oase Pernikahan PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian Suami Istri Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Melawan Anxiety ( Kecemasan) #1

Jam 01.00 dinihari  atau sekitar itu, aku sering terbangun mendadak.

Memandang sekeliling, dan baru tersadar kalau suami terpisah jauh di tanah seberang. Malam hari bukan saat yang menyenangkan dan menenangkan saat ini. Ada banyak kecemasan yang timbul. Ada banyak pertanyaan memenuhi benak dan perasaan. Sampai-sampai, berita-berita di grup tak berani kubuka satu demi satu karena khawatir berita demi berita akan memperburuk kondisi. Bukan hanya aku yang mengalami mimpi buruk. Dua putriku akhir-akhir ini juga sering mengalami mimpi buruk.

⌛️⏳⌛️⏳⌛️⏳

“Kok kalau malam aku mimpi kayak dicekik orang atau semacamnya ya?” keluh salah satu putri kami.

Dengan gadget di tangan, berita dari Surabaya, Jawa Timur, Indonesia hingga Britania Raya dan Amerika sana mudah diakses. Berita tentang covid 19 hingga George Floyd dengan hashtag #BlackLivesMatter bisa dicari tiap detik.

“Kamu mulai cemas, Nak,” kataku. “Jangan buka lagi ya berita-berita di internet.”

Informasi sangat penting diikuti, tapi kalau sudah mulai melukai diri sendiri, harus berhenti dikonsumsi. Setidaknya untuk beberapa saat.

Kupikir, aku kebal terhadap anxiety atau kecemasan. Nyatanya tidak. Malam demi malam mulai terasa menyiksa. Bahkan ketika tubuh dipaksa berbaring sekitar jam 22.00 pun tetap saja terbangun sekitar jam 01.00. Aku sendiri bertanya-tanya. Kenapa ya terbangun jam 01.00 malam dan kemudian hampir tiap setengah jam terjaga?

  1. Peristiwa jam 01.00 malam. Sebelum era lockdown dan masa kami berpisah tempat akibat covid19, suami sempat sakit batuk. Alhamdulillah hasil rapid test negative, foto thorax pun bagus. Ke beberapa spesialis mendapatkan satu diagnose : ada gejala bronchitis. Hari-hari ketika kami bersama, suami sering terbangun sekitar jam 00.00 – 01.00 dini hari. Terbatuk-batuk. Aku ikut terjaga juga. Rupa-rupanya, itulah alam bawah sadar. Bahwa jam 01.00 harus bangun. Bangun! Bangun! Meskipun tak ada suami di dekatku. Meski tak terdengar batuknya. Sekarang kondisi kecemasanku meningkat : suami di seberang sana, apa masih batuk-batuk jam 01.00? Harusnya aku ada di sana! Harusnya suami nggak pergi dari Surabaya! Dan segala macam harusnya, harusnya, harusnya yang membombardir benak.

Setiap orang punya jam kecemasannya sendiri. Ada seorang sahabat yang serangan kecemasan hingga depresinya hadir di bulan X, bulan tertentu saat ia kehilangan putranya. Ada orang yang jam cemasnya sekitar siang, jam ketika ia kecelakaan walau alhamdulillah selamat. Dengan mewaspadai jam kecemasan, kita bisa mewaspadai alarm tubuh. Alarm tubuhku menyuruhku bangun jam 01.00 karena cemas dengan kondisi suami yang biasanya batuk jam dinihari.

Coronavirus married relationship

2. Kebiasaan merusak : ada kebiasaan anxiety yang mulai terbentuk tiap jam 01.00 malam. Dan akhirnya, perilaku buruk mulai menular. Bayangkan, jam 01.00 malam atau sekitar itu me- whatsapp suami. Menanyakan apa dia baik-baik saja. Kalau gak ada jawaban segera, kecemasanku meningkat. Akhirnya suami ikut cemas juga di seberang ; karena aku terlihat tak bisa istirahat nyenyak ketika dini hari. Kecemasan-kecemasan ini menular dengan cepat. Aku jadi kepo pingin tahu kalau malam suami ngapaian aja? Makannya gimana? Kebiasaannya gimana? Ya ampun…perhatian sebagai tanda cinta mungkin menyenangkan. Kalau overdosis, akan sangat mengganggu.

LDR Couple due to corona virus

3. Titik puncak. Suatu malam, sepertinya anxietyku sudah lumayan parah. Gak bisa tidur dari jam 01.00-03.00. Pikiran, perasaan sudah gak keruan. Pada akhirnya kucoba berdiskusi dengan diri sendiri, sebuah percakapan monolog yang pada akhirnya alhamdulillah membabat habis semua anxiety.

+ “Kalau suami sakit di sana, kamu bisa apa, Sinta?”

-“Aku nggak bisa apa-apa.”

+“Terus gimana?”

-“Aku pasrahkan sama Allah saja.”

“Bagus. Lalu gimana dengan dirimu sendiri?”

-“Aku bahkan nggak bisa ngatur nafasku sendiri. Nggak bisa ngatur detak jantungku sendiri. Bahkan diriku sendiri harus dijaga sama Allah.”

+“Kalau kamu cemas seperti ini dan gak bisa tidur, apa yang kamu lakukan?”

-“Aku akan membaca hafalan Quran yang kupunya, sampai aku tertidur.”

Dalam kondisi kacau, yang terpikir di benak adalah 3 surah terakhir al Baqarah.

Meski hafal surat-surat yang lain, entah mengapa ayat itu yang terngiang.

Kubaca beberapa ayat, lalu jatuh tertidur.

Aku terbangun lagi, masih dengan kecemasan yang sama.

Kubaca lagi 3 ayat tersebut sampai tertidur.

Aku terbangun lagi, dengan kecemasan yang sama.

Kubaca lagi 3 ayat tersebut sampai tertidur.

Aku terbangun lagi dengan kecemasan, tapi dengan perasaan lain yang menyertai. Kebahagiaan. Kelapangan.

🤲🤲🤲

“Ya Allah…betapa sombongnya aku berpikir bisa mengawasi, menjaga, merawat suamiku. Bahkan nafasku saat inipun harus Kau bantu. Jagalah suamiku ya, Robb. Jagalah anak-anakku yang tidur di kamar sebelah. Jagalah orangtuaku.”

Menyadari bahwa kita berada di titik nol, tak punya kekuasaan apapun untuk melawan sesuatu yang di luar jangkauan, justru meredakan kecemasan. Aku pun mencoba menghargai diriku yang semula merasa tak berdaya karena tak bisa berada di samping suami.

🎍💐🎍💐

“Bukan hanya para suami yang sedang berjuang saat ini, jauh terpisah dari keluarga. Mencari nafkah halal. Para istri yang berada di basecamp, menjaga diri dan anak tetap sehat juga tengah berjuang. Dengan segala keterbatasan yang ada. Termasuk keterbatasan kepastian, kapankah bisa bertemu dengan suami. Berkumpul bersama seperti dulu.

Kesabaran adalah perjuangan.

Dan kita adalah para pejuang. Termasuk aku.”

Well, setidaknya, kata-kata hiburan itu membuatku tampil sebagai pemenang 😊

Ciri-ciri anxiety atau kecemasan
Kategori
Artikel/Opini Hikmah mother's corner My family Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Pernikahan “New Normal” & Keluarga “New Normal”

Pernahkah terbayang pisah dari pasangan (suami/istri) lebih dari 3 bulan?Oke, mungkin ada yang terpisah untuk sementara waktu selama 6 bulan, 12 bulan, atau bahkan 24 bulan. Ada istri yang terpisah dari suami saat suami studi di luar negeri selama 2 tahun, karena beasiswa minim. Tapi itu kondisi extraordinary. Bukan kondisi normal pada umumnya.Ada yang suaminya baru pulang 3 atau 4 bulan sekali karena bekerja di pertambangan pedalaman yang sangat sulit dijangkau kendaraan. Boro-boro mobil. Sinyal saja susah. Tapi itu kondisi extraordinary, bukan kondisi normal pada umumnya.


Ada orangtua yang baru boleh menengok anak di pesantren dengan jadwal ketat 6 bulan sekali, atau bahkan 12 bulan sekali. Tapi tidak semua pesantren atau boarding school memberlakukan jadwal demikian.
Sekarang, sepertinya kita harus mulai merencanakan bahwa bertemu dengan anak-anak atau bertemu dengan istri/ suami, bisa jadi baru terealisasi berbulan-bulan kemudian. Sejak era pandemic, beberapa teman berkata tidak bertemu pasangan lebih dari 1 bulan. Bahkan ada yang sudah 4 bulan tidak bertemu.


Strategi apa yang bisa dilakukan bagi pernikahan dan keluarga “New Normal” agar keluarga kita tak berantakan akibat kehidupan yang tidak dapat diprediksi beberapa waktu ke depan? Finansial, edukasi, bahkan sekedar tatap muka saja menjadi sebuah abnormalitas. Keluarga yang stabil saja bisa berubah labil, apalagi yang sejak awal sudah menghadapi prahara. Bisa-bisa karam sebelum pandemic selesai!


🧕👳‍♂️1. Setiap keluarga harus memiliki guru spiritual yang memahami agama. Entah ustadz/ustadzah, dai/daiyah, Pak Kiai/ Bu Nyai. Buat apa? Ada banyak yang harus kita tanyakan. Misal, banyak pernikahan yang harus diselenggarakan lewat media online. Lalu, bagaimana solusi bagi suami istri yang tidak bisa bertemu lebih dari 3 bulan? Seorang yang faqih dalam agama akan membantu kita untuk memahami hal-hal haram halal, termasuk kondisi kedaruratan.


👩‍🏫👨‍🏫2. Setiap orangtua harus belajar menjadi guru. Ada anak-anak yang bisa disegerakan masuk sekolah ketika nanti jadwal tahun ajaran baru diberlakukan. Tapi ada anak-anak yang rentan secara fisik dan psikis, mungkin harus lebih lama di rumah. Homeschooling, kejar paket, dan pembelajaran sejenis akan menjadi pilihan yang masuk akal bagi orangtua.


💵💰3. Setiap anggota keluarga harus paham mengelola keuangan. Kondisi finansial setiap keluarga saat ini bukan berada dalam kurva normal. Perusahaan ambruk. Pabrik tutup, karyawan di-PHK. Kerjasama antar anggota keluarga sangat penting. Kalau tidak semua bisa menghasilkan uang, setidaknya setiap orang bisa meminimalisasi pengeluaran.Misal, ketika dulu setiap kamar harus menggunakan AC, maka sekarang anak-anak perlu dikondisikan untuk menggunakan AC bergantian. Atau tidur bersama dalam satu ruang ber-AC di kamar ukuran paling besar, jika memungkinkan. Beberapa teman yang memiliki anak usia kuliah memutuskan untuk cuti dari kuliah dan membantu orangtuanya berbisnis demi mendapatkan pemasukan yang lebih stabil untuk keluarga.


✊💪4. Setiap anggota keluarga harus saling menguatkan satu sama lain. Saling memberikan kekuatan positif.“Jangan lupa untuk Dhuha 4 rakaat,” si Abang mengingatkan saya dan adik2nya. “Aku pernah baca kalau Dhuha 4 rakaat, maka Allah akan menjamin rizqi kita hari itu.”Sebuah afirmasi yang bagus bagi kami untuk lebih giat melakukan 4 rakaat daripada hanya sekedar 2 rakaat.“Saya takut mati. Belum siap. Tiap hari bayang kematian itu begitu dekat,” ucap beberapa klien saya. Kondisi pandemic ini membuat setiap orang merasa maut mengintai. Bagus, jika itu akan meningkatkan kedekatan kita pada Tuhan. Buruk, bila yang meningkat adalah anxiety.Suami saya tak kurang cemasnya. Meng-share berita tentang tingginya angka penderita Covid 19 di Jawa Timur, meng-share berita tentang teman-temannya yang berpulang karena sakit.

Siapapun cemas.

Siapapun tertekan saat ini.

Saya pun juga takut kematian, seperti anda!

Tapi saya tidak boleh menambahkan minyak ke dalam api.“Hayo Mas, kita list siapa saja teman-teman kita yang masih sehat. Yang mau naik haji, yang berprestasi.”Bisa jadi suatu saat saya yang terjebak kecemasan dan suamilah yang harus membesarkan hati saya. Ketahuilah, pikiran positif akan membuat sebuah kesengsaraan lebih lembut terasa. Ketika kita bilang , “insyaallah gak akan jatuh.” Lalu kita terjatuh, pikiran kita akan berkata bahwa itu hanyalah terpeleset kecil.


💗☪️💖5. Setiap keluarga harus memiliki waktu khusus untuk diskusi. Yang di rumah, harus menyempatkan untuk duduk melingkar bersama. Yang terpisah, harus meluangkan untuk zoom atau vidcall. Bahasan penting harus mulai dikaji, ditelaah, didiskusikan dengan kepala dingin. Dua anak kami seharusnya menyelesaikan studi tahun ini. Tetapi, segala kemungkinan bisa saja terjadi.“Kalian harus siap ya, kalau ternyata studi kalian lebih lambat selesai.”

💑6. Setiap suami-istri harus berlatih dan memiliki skill komunikasi jarak jauh. Apa saja yang bagus untuk didiskusikan? Apa saja yang sebaiknya dihindari? Pembicaraan humor dan jokes harus lebih sering dilakukan. Hindari perbincangan yang memunculkan perdebatan sengit semisal pro kontra kebijakan PSBB. Haduh, copy darat saja bisa silang pendapat, apalagi kita berdebat lewat vidcall! Termasuk, kita mencoba berhati-hati ketika menyampaikan masalah keluarga.
❌“Anak-anak jadi sulit diatur sejak bapaknya jarang pulang,” misal istri mengeluhkan demikian.Memang, anak yang lama tidak bertemu sosok ayah akan gelisah. Tapi bukan demikian kalimat yang seharusnya dipilih. Karena bisa jadi si suami sekaligus ayah, di seberang sedang rindu dan cemas dengan kondisi dirinya pribadi.
✅Kita bisa memilih :“Ayah…ada gak kalimat semangat yang mau disampaikan untuk si Sulung? Dia lho sekarang yang jadi komandan di rumah.”Maksud hati, kita akan menyampaikan : si Sulung ini berulah. Gak ngerti tanggung jawab. Gak ngerti taat pada orangtua dst! Tapi kita membahasakan dengan kalimat yang lebih positif.Semoga setiap keluarga sukses melewati masa-masa penuh tantangan pandemic Covid 19!

Sinta Yudisia

#stayathomemom

#stayathomewife

Kategori
Artikel/Opini Cinta & Love Hikmah Karyaku My family Oase Perjalanan Menulis PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Quran kami Referensi Fiksi Renungan Hidup dan Kematian Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Aku Pernah Merasakan Keajaiban Surat Al Kahfi💔

Pernahkah dikhianati oleh sahabat sendiri?
Ditipu hingga belasan bahkan puluhan juta?
Aku pernah merasakannya. Salah seorang yang kuanggap teman baikku, sahabatku, ternyata menipu sebuah institusi hingga puluhan juta rupiah padahal aku yang memperkenalkan teman baikku pada institusi tersebut. Sudah kulacak bukan hanya lewat whatsapp bahkan kudatangi hingga ke apartemennya di Jakarta. Tapi ia lenyap menghilang begitu saja. Ternyata bukan hanya menipuku, ia juga menipu banyak sekali teman-temanku yang lain.

💔😭
Terus terang, aku tak sampai hati mencaci-maki dan mendoakan yang jelek-jelek, mengingat ia single parent sejak lama. Aku masih berprasangka baik bahwa ia terjebak hutang piutang dan masalah besar sehingga harus menipu sana sini. Meski dari beberapa temanku sudah keluar kata-kata sumpah serapah dan mendoakan ia sejelek-jeleknya, aku hanya bisa berharap suatu saat ia sadar dan mengembalikan semua uang yang dilarikannya. Ia sudah membuat derita banyak orang, tentulah hidupnya sekarang juga sangat menderita; gak usahlah ditambahi lagi dengan doa yang jelek untuknya. Aku tak pernah percaya ada orang yang bisa hidup bahagia di atas derita orang lain! Mungkin ia bahagia dan tertawa, tapi yakinlah hanya sebentar saja.

🧐🧐
Kita pasti pernah mengukur diri sendiri, bukan?
Kalau telat bayar infaq apalagi zakat; ada saja musibah menimpa. Aku pernah menunda-nunda infaq; sepeda motorku bocorlah. Rusaklah. Pompa air meledak. Anak sakit. Pokoknya, keluar uang lebih banyak. Ketika kurenungkan; sayang-sayang uang buat infaq akhirnya malah keluar banyak.
Persepsiku, bakhil infaq saja sudah diperingatkan olehNya. Apalagi memakan uang orang lain , terlebih uang institusi ZISWAF, tentulah merasakan banyak peringatan dari Allah Swt.
Hari-hari awal aku sadar kalau ditipu, rasanya dunia runtuh.
“Masa’ sih? Dia kan sering main ke rumah? Dia kan pernah nginap di rumah? Kami dekat, sering ngobrol. Apa kebutuhannya, kita bantu.”

🏴‍☠️🏴‍☠️
Tidak percaya bahwa seorang sahabat baik bisa menipu sedemikian rupa!
Kalau dibilang nangis, sudah lewat. Marah, ngamuk; sudah nggak bisa dilakukan. Saking getirnya hanya bisa mengucap istighfar. Semoga aku sekeluarga dapat ganti rizqi lebih baik, semoga Lembaga ZISWAF yang ditipunya semakin banyak donatur, dan semoga ia sekeluarga diluruskan kembali oleh Allah Swt.

💗💕🕌🕋
Saat-saat sedih itulah, aku memperbanyak sholat sunnah dan baca Quran. Entah mengapa salah satu surat favoritku adalah al Kahfi. Suatu saat, saking sedihnya aku tertidur. Dalam mimpi, aku melihat ibuku memakai mukena, memelukku dari belakang.
“Al Kahfi,” bisiknya di telingaku.


Aku terbangun.
Terheran.
Bukankah aku sering baca al Kahfi? Bukankah aku senang dengan surat al Kahfi? Meski tak dibilang sangat menguasai tafsirnya; aku tahu isi surat al Kahfi tentang pemuda Kahfi, kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir, juga kisah Dzulkarnain beserta Yajuj Majuj.

💤💤
Kenapa aku mimpi ibuku, mengenakan mukena, memelukku dan berbisik al Kahfi? Aku mengikuti makna mimpiku, sebab kata Ibnu Khaldun, mimpi yang teringat terus saat bangun tidur tanpa susah payah diingat merupakan ilham Tuhan. Aku membaca al Kahfi berikut artinya. Aku lupa, entah saat itu Jumat atau tidak.

1️⃣8️⃣ : 8️⃣8️⃣
Kubaca satu demi satu artinya, hingga sampai ke ayat yang ke- 88

وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ
wa ammā man āmana wa ‘amila ṣāliḥan fa lahụ jazā`anil-ḥusnā, wa sanaqụlu lahụ min amrinā yusrā
Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.” ( 18 : 88)
Entah mengapa mataku dan hatiku terpaku pada ayat ini. Kucari-cari tafsirnya, yang kuingat adalah, bahwa setiap berbuat kebaikan kita akan mendapat balasan. Dan kita bisa meminta balasan pada Allah Swt sebesar kebaikan yang kita pernah lakukan.

Aku berdoa pada Allah, seolah pamrih dengan kebaikan yang pernah kulakukan meski sedikit. Aku tahu, kebaikanku, amalku, pahalaku jauh dari layak. Untuk membayar nikmatNya saja tak akan pernah mampu kulakukan. Tetapi, entah mengapa saat itu aku ingin menagih padaNya. Mungkin, menagih hiburan atas kejadian buruk.

Setelah kejadian itu, betapa banyaknya nikmat Allah Swt yang dicurahkan kepadaku. Banyak sekali nikmat-nikmat rahasia yang tak dapat kuperinci satu persatu. Mulai dari novel-novelku yang alhamdulillah lancar terbit, lolos di SFAC (Seoul Foundation for Arts and Culture) dll.

Ohya, karena demikian terkesan oleh surat al Kahfi, secara special surat ini kucantumkan di salam novel 💗Reem💗 yang diterbitkan Pastelbooks, lini Mizan di tahun 2017. Sudah baca, belum? 😊

( renungan di masa pandemi corona virus / covid 19)

Kategori
Artikel/Opini BERITA Hikmah Oase Renungan Hidup dan Kematian Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Ramadhan dalam Irama Covid 19 : Sebuah Renungan Pribadi

3  ayat berikut dari surat al Baqarah, rasa-rasanya demikian akrab menjelang kehadiran bulan mulia yang dinantikan sekaligus dicemaskan oleh kaum muslimin di tahun 2020 atau bertepatan dengan 1441 H . 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa  ( 2 : 183)

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui ( 2 : 184)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur ( 2 : 185)

☹Hari-hari ini, serasa kita tidak berada di ayat 183 atau 185.

Siapa yang hari-hari ini merasa sehat dan kaya? Sepertinya kita merasa sakit oleh gelombang Covid 19 dan merasa miskin karena hantaman ekonomi. Cuaca demikian panas, orang bersin dan batuk di mana-mana. Ya, selama ini  kita terbiasa melihat orang batuk bersin. Sekarang, serasa setiap orang adalah OTG  dan superspread. Melihat orang memakai masker curiga, melihat orang tanpa masker apalagi.

💰💷💶Kaya?

Siapa sekarang orang yang merasa kaya?

PHK, tutupnya toko dan perusahaan, jarangnya orang belanja untuk kebutuhan sekunder tersier; membuat ekonomi lesu dan setiap orang memperketat uang belanja. Ekonomi dunia merosot tajam, pertumbuhan nyaris minus. Ekonomi rumahtangga apalagi.

Tetapi, rasa sakit & miskin ini semoga tidak menghambat kita untuk  menjadi orang beriman dan bertaqwa. Tetap puasa, meski tanpa kolak dan nata de coco. Tetap bergairah puasa, meski tenggorokan rasa tercekat akibat cuaca panas dan virus seperti mengendap-endap menyisir jalan pernafasan.

Panggilan bagi orang beriman ini bertujuan untuk meningkatkan taqwa.

Arti taqwa dalam hadits Arbain ke-18 adalah :

….

عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْـحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ

…..dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Betakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah sesama manusia dengan akhlak mulia.” HR. At-Tirmidzi

Iringi keburukan dengan kebaikan.

Nabi insani yang begitu manusiawi, memahami psikologis manusia. Seorang konselor, terapis, manusia paling humanis, manusia paling altruist. Motivator yang bukan hanya membangkitkan semangat, tapi tahu cara bertahap. Beliau paham bahwa taqwa adalah ketakutan kepada Allah Swt tetapi bukan berarti menegasikan kesalahan dan kekurangan manusia. Manusia akan selalu salah, lupa, khilaf bahkan khianat. Tapi sifat manusiawi yang kadang lekat dengan ciri syaithani itu harus diiringi dengan sifat mulia para malaikat.

Suka hoax? Ayolah, kenapa tak sesekali menyebar berita positif.  Suka mendebat? Come on, sesekali meredam ego. Konsumtif? Sesekali cobalah gabung di sedekah Jumat. Korupsi, manipulasi, monopoli? Hei, kenapa tidak sekali saja di Ramadan ini berbagi dengan seluruh lapisan rakyat memerangi Covid 19?

Rasulullah Saw tahu; manusia yang sudah bertahun-tahun lekat dengan sifat hedonis dan permisif tidak akan mampu berubah agamis kecuali sedikit-sedikit. Kecuali setahap-setahap. Dan Allah Swt Yang Maha Pemurah menerima kebaikan meski sebelumnya mungkin pelakunya berbuat maksiat.

Ah, pernahkah kau dengar sebuah cerita haru ini?

♥ ♥ ♥ “Aku seorang penjaja seksual. Lebih dari seorang PSK, aku adalah seorang gigolo. Tapi perlu kalian ketahui, semua penjaja seks tahu bahwa pekerjaan ini  haram dilakukan dan jauh di lubuk hati kami didera rasa bersalah. Setiap malam aku bermimpi, mimpi yang membuatku bangun basah berkeringat. Mimpi yang mencekikku. Dalam mimpi itu aku diperlihatkan siksa kubur. Siksa kubur ! Belum siksa Jahannam.

Lalu aku bertanya pada orang-orang : apakah aku masih boleh sholat?

Seorang Ustadz berkata : “Ya, kamu harus tetap sholat.”

Aku bertanya, “Meski aku masih jual diri?”

“Meski masih jual diri!”

Kata Ustadz tersebut, kalau aku sudahi sholat dan baca Quran, maka aku semakin jauh dari Tuhan.

Sejak saat itu aku menggelar sajadah dan sholat Isya , malam hari sebelum menjaja diri. Teman-temanku mentertawakan aku, “ Gila lo! Mau jual diri, masih sholat? Emang diterima??!”

Aku tak peduli. Sholat urusanku dengan Tuhanku. Dan entah mengapa, meski pikiran dan tubuhku tarik menarik antara baik-buruk, baik-buruk; aku sampai pada sebuah kesimpulan : taubat harus segera dilakukan.”♥ ♥♥

Wahai pembaca, tahukah anda? Si gigolo itu lalu bertaubat, dan tak lama sesudahnya ia meninggal, insyaallah husnul khatimah. Ia pergi dengan membawa taubat dan penyesalam dalam.

Iringilah keburukan dengan kebaikan, sekecil apapun. Baiklah, kita tidak bisa berinfaq 100% seperti Abubakar ra. Belum bisa sedekah 50% harta seperti Umar ra. Bahkan, belum bisa memberikan infaq terbaik seperti Utsman ra. Yang kita keluarkan masih sedikit. 100 ribu sedekah seperti banyak sekali, 100 ribu kuota seperti sedikit sekali. Enggan sedekah uang; kita masih bisa sedekah dengan cara lain. Memberikan ucapan selamat kepada orang yang tak kita kenal di media social atas keberhasilannya atau kelahiran anak pertamanya. Walau bahkan tak pernah datang ke pernikahannya , atau tak pernah bertatap muka sama sekali!

Dan pada akhirnya, seperti ayat 185 .

Kita diminta untuk bersyukur.

💗🤲Bersyukur bahwa kita tidak mengalami cerebral palsy seperti salah seorang sahabat, sehingga ia tic tremor perlu bersusah payah membuka HP dan mengetiknya.

💗🤲Bersyukur bahwa kita tidak low vision seperti salah seorang sahabatku, sehingga perlu mendekatkan HP sejarak 1 cm ke depan mata. 💗🤲Bersyukur masih tidak kehilangan pendengaran, sehingga dapat menikmati spotify baik yang gratis atau premium.

💗🤲Bersyukur tinggal di Indonesia, dimana adzan terdengar di mana-mana. Suatu saat jika ke Jepang atau Korea, hatimu akan tersayat perih merindukan kumandang adzan mengingatkanmu untuk berbuka.

💗🤲Bersyukur meski bosan WFH, bukan kita yang berada di garda depan mengenakan baju APD yang luarbiasa panasnya.  Bersyukur meski bosan dengan makanan yang itu-itu juga; kita bukan driver ojol yang menanti antrian makanan dan mengantarkan ke depan rumah orang yang menyambut dengan senyuman masam.

💗🤲Bersyukur dalam segala kesempitan era Covid 19; bukan tubuh kita yang terbujur kaku, dibalut plastik erat, dimakamkan dalam kesunyian pelayat. Bersyukur bahwa, sekali lagi di Ramadan tahun ini, Tuhan masih mengizinkan kita melakukan kebaikan (sedikit) yang mengiringi keburukan di 11 bulan nyaris tanpa henti!

💗🤲Bersyukur bahwa, di curahan Ramadan ini, kita bisa memanjatkan doa apa saja dan tanpa sadar, doa-doa itu telah dikabulkanNya secara diam-diam.

Akhir Sya’ban 1441 H

Kategori
Artikel/Opini BERITA Hikmah Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Renungan Hidup dan Kematian Surabaya Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Susahnya Cari Masker!

Awalnya, kami berniat hanya menyalurkan uang donasi ke lembaga kesehatan dan lembaga ziswaf. Dana yang ada di kami lebih dikhususkan untuk membantu dhuafa saja. Tetapi, ada donatur yang berharap komunitas kami membantu alat kesehatan. Dan, mereka meminta bukti dari barang-barang yang kami beli.

Terus terang, membeli sembako tidak semudah yang dikira, di hari-hari belakangan ini. Harus beli maksimal 10 kg beras, sehingga perlu beli ke beberapa toko. Tapi itu masih dapat diatasi. Masker? Nah, ini lain perkara.

Harga masker, meroket akhir-akhir ini. Satu box yang biasanya hanya 30-50 ribu; sekarang menjadi sepuluh kali lipat. Baru saja datang sepuluh box masker pesanan seharga 300 ribu, penyedia sudah memberitahukan untuk pesanan berikut harga naik menjadi 320 ribu.  Itupun kalau barangnya ada!

Ternyata, masker harus indent dan kita perlu hunting. Macam-macam cara mendapatkannya, macam-macam pula tantangannya. Selain harus bergegas pesan kalau ada info, hati ini deg-degan apakah barangnya akan sampai tepat waktu. Ada beberapa kejadian yang perlu kita pelajari bersama :

♣☻Beberapa orang japri karena saya dan teman-teman  galang doansi. Mereka menawarkan masker. Siapa gak ngiler dengar kata “N95” belakangan ini? Harga 1 boxnya buat geleng-geleng kepala. Ketika saya diskusi dengan teman dokter , justru mereka bilang ,”itu murah bu Sinta! N95 jaman sekarang yah emang gila-gilaan.” Murah ya? Pikir saya. Saya tentu berniat memborong. Untungnya, si dokter bilang, “Mbak Sinta, tolong pastikan ya, kalau maskernya bukan reuse.”

Untungnya saya belum transfer, dan memang gak jadi beli. Entah barang habis atau ada kendala lain, kontak kami terputus ketika saya bertanya kepada penjapri tentang kepastian barangnya masih baru atau sudah reuse.

♣☺Gerak cepat. Ketika ada orang posting di grup  bahwa ia punya persediaan masker, terlambat beberapa menit barangnya sudah habis. Beruntung, saya punya teman yang bekerja di lab dan ia japri menawarkan masker mirip N95. Saya percaya karena selama ini track recordnya memang amanah. Tapi, saya hanya bisa pesan 1 box karena harus berbagai dengan yang lain. Gakpapa lah, pikir saya. Daripada gak ada sama sekali. Itupun masih menunggu berita. Dan kita harus stand by memegang hape karena bila tak jadi membeli, atau slow response, banyak sekali para pembeli di luar yang bersedia.

♣►Menyesal karena gak beli banyak. Inginnya beli langsung banyak. Tapi khawatir juga : apa barangnya ada? Apa barangnya bisa sampai? Apa kita tidak dibohongi? Meskipun pesan ke teman baik sendiri. Bukan teman kita bohong, tapi bisa jadi rekanannya. Maka ketika seorang teman menawarkan masker , saya percaya padanya dan membeli 10 box. Menyesal, karena ketika barang datang tepat waktu; mau pesan lagi sudah gak bisa.

Masker sudah di tangan. Tinggal didistribusikan ke RS. Sekarang, bingung cara menghantarkannya karena kondisi lockdown dan kita diwanti-wanti untuk gak banyak keluar rumah. Akhirnya barang dibawa kurir. Ada pesan teman dokter yang membuat kita waspada, “Mbak Sinta, jangan sampai kurir tahu itu isinya masker ya. Tolong ditutup raat-rapat.” Saya baru sadar, harga 1 box masker  hampir sama dengan 0.5 gram emas! Tentu, kita tidak perlu suudzon pada setiap orang tapi waspda dan hati-hati.

Alhamdulillah…masker sudah tiba di tangan yang tepat. Sedikit memang yang baru bisa kita perbuat bagi ummat, tapi rasanya bahagia sekali membayangkan para dokter dan perawat menggunakan masker donasi kita. Ada japrian seorang teman dokter yang membuat saya teriris-iris :

“Kami di sini sudah maju nyaris tanpa pelindung sama sekali, Mbak.…”

Membayangkan dokter dan perwat menangani pasien di era ini tanpa APD, tanpa masker; rasanya seperti menghantarkan pejuang kesehatan ke areal pemakaman.

Selamat berjuang , para dokter, perawat, apoteker, petugas kesehatan  dan semua pahlawan Covid19!

#GoodwillMovement

#Lawancoronabersama

#Lawancovid19

#ayobersama

#ayolebihbaik

Supported by :
👷‍♂️👷‍♀️Ruang Pelita Surabaya
Kiky 0856- 0612- 5200
Putri 0822- 2183-8498

Kategori
Artikel/Opini BERITA Hikmah My family Oase Renungan Hidup dan Kematian Suami Istri Surabaya Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Tuhan, Terimakasih Telah Beri Kami #Lockdown

Pernah di rumah lebih dari 2 minggu? Belum pernah, kan? Apalagi emak-emak. Seriing banget kita bilang

“Kapan libur, ya, kapaaan??”

Gegara capek anter anak sekolah pulang balik.

Gegara harus antar si kakak les dan si adek TPA.

Gegara harus ke pasar, urus ini itu, kondangan dan seterusnya. Bahkan, Sabtu Minggu itu sering banget jadi hari paling sibuk sedunia. Yang anaknya minta diantar beli bahan-bahan prakarya. Yang suaminya minta dimasakin special. Yang ada saudara hajatan. Tetangga kondangan. Acara RT RW dan lain-lain. Itu belum agenda kita pribadi ya? Namanya enak-emak adaaaa aja repotnya.

Sabtu Minggu kadang malah terpikir buat bikin seprei baru, atau baru keingat kalau barang-barang kecil di rumah udah nyaris lenyap : benang jarum, peniti, kaos kaki bulukan, pisau pada rusak. Akhirnya kalau akhir pekan disempatkan buat beli keperluan dapur dll yang kayaknya kecil tapi besar urusannya ketika pagi hari si anak teriak :

“Kancing baju seragamku lepas , Maaaa!”

Mau cuti?

Emak kagak pernah ada cutinya. Kalau suami sakit, masih ada istri yang pontang panting buatkan bubur. Buatkan agar-agar. Begitupun kalau anak-anak sakit. Kalau emak sakit; boro-boro tidur. Baru terpejam sebentar udah diganggu

“Ummi, ada tukang sayur. Mau belanja apa?”

Kata anak-anak, “udah Ummi istirahat. Biar kita yang ngerjakan.”

Nyatanya sampah numpuk, cucian numpuk. Mau nyalahin anak? Gak bisa juga.

“PRku banyak, Miii!”

Mau istirahat gegara badan meriang flu berat, eh suami tugas keluar kota. Jadilah kita ojek yang antar jemput anak. Pokoknya, jadi emak emang jihad fi sabilillah. Baru benar-benar bisa tertidur  ketika malam tiba. Atau di atas 00. Itupun kalau gak punya baby, lho ya. Kalau punya baby…jangan harap.

Lockdown

Datanglah hari anugerah sedunia. Semua harus di rumah. Gak ada urusan kantor. Gak ada urusan sekolah. Emang sih, harus mikir berkali-kali lipat untuk masalah ketahanan pangan dan keuangan yang menipis. Tapi Mak, ini juga bagian sangat penting dari diri kita.

Lockdown tubuh.

Lockdown pikiran.

Kapan terakhir kali seorang Emak bisa tidur lebih dari 30 menit?

Kapan terakhir kali seorang ibu bisa mengistirahatkan pikiran dari antar jemput, belanja ini itu, persiapan ini itu? Lelah juga lho, lahir batin.

Sekarang, semua di rumah. Suami. Anak-anak. Bukan kondisi ideal 100%.

Tapi 14 hari atau 2 pekan di rumah itu masa berlian banget buat kita jalin komunikasi, buat kita jalin kedekatan, buat jalin apa yang koyak dari hubungan kita gegara hidup ini kadang udah gak normal kecepatannya.

Percayalah.

Anak-anakku akhirnya capek kok main gadget, dan kita duduk melingkar ngobrolin ini itu. Becanda . saling menggoda. Anak-anakku nyerbu dapur, masak seadanya dan si Emak ini bisa duduk-duduk buat ngetik dan baca buku. Anak-anakku bikin agenda macam -macam di rumah dan aku bisa ngobrol dengan suamiku : berjam-jam.

Catat ya, Mak : berjam-jam!!

Baru kita ingat bahwa masa honeymoon dengan pasangan kita dulupun tak sempurna, dan sekaranglah honeymoon kedua. Jadi para Ibu, Bapak, anak-anak; nikmati masa lockdown fisik dan psikismu. Pasti ada yang pulih sesudah ini. Sesuatu yang sangat jauh di luar bayangan kita.

Kamu rinduh sekolahmu, yang selam ini kamu umpat karena membebanimu dengan PR.

Kamu rindu teman-teman sekolah yang selama ini kamu anggap duri karena sering ngebully.

Para bapak merindukan tempat kerja, yang selama ini dikeluhkan karena beban dan gaji yang sedikit.

Para emak merindukan tukang sayur yang selama ini disindir karena gak mau ditawar-tawar.

Dan…berapa banyak kaum muslimin yang rindu datang ke masjid, setelah sekian lama meraka merasa masjid terlalu bising menyuarakan adzan dan selalu berisik dengan nasehat-nasehat?

Tuhan..terimakasih, Kau beri kami #lockdown.

Kupikir awalnya ini hukmanMu

Ternyata ini adalah cara luarbiasa Engkau menyayangi kami. Agar kami berdiam di rumah sesaat sembari mensyukuri setiap hal kecil yang Kau berikan : masih ada keluarga di dalam rumah, masih ada beras untuk ditanak, bisa jamaah lengkap sekeluarga.

Sebelum #lockdown, keluarga kami tak pernah selengkap ini, Ya Allah.

Jadi Bapak Ibu, anak-anak sekalian. Nikmati masa #lockdown bahagia ini. Belum tentu 10 tahun ke depan, kita punya waktu libur  -sebenar-benar libur- selama beberapa pekan dengan komposisi anggota keluarga lengkap tanpa diributkan tetek bengek agenda di luar.

#GoodwillMovement

#lawancoronavirus

#lawancovid19

#ayobersama

#ayolebihbaik

Supported by :
👷‍♂️👷‍♀️Ruang Pelita Surabaya
Kiky 0856- 0612- 5200
Putri 0822- 2183-8498

Header artikel ini diambil dari Republika tentang Corona

Kategori
Artikel/Opini BERITA Cinta & Love Oase Renungan Hidup dan Kematian Surabaya Topik Penting Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

Meski Bukan Rachel Vennya

“Influencer bisa langsung mengumpulkan 3 M,” kata anakku memuji Rachel Vennya, sangsi dengan semangatku dan adik-adik Ruang Pelita yang menggagas #GoodwillMovement

“Yah, kita memang bukan Yoona, IU, Song Jong Ki, Irene yang bisa langsung nyumbang masing-masing 1 M,” kataku, menyebut artis KPop yang donasi 100 juta won. Belum lagi Suga BTS, Irene Red Velvet, juga Bong Jong Hoo sutradara Parasite.

Para artis, selebritis, influencer memang bisa mengumpulkan uang dengan mudah. Tapi bukan berarti ciut nyali, bukan? Sebab keinginan orang berdonasi macam-macam. Ada yang menyumbang karena merasa percaya, merasa dekat, dan merasa hanya punya sedikit uang untuk bisa disumbangkan.

Meski sudah banyak lembaga yang melakukan gerakan, sebetulnya tidak akan cukup untuk sebuah kasus besar.  Rachel Vennya mungkin berhasil mengumpulkan donasi dengan jumlah fantastis. Sekali menyumpang belasan, puluhan hingga ratusan juta. Saya dan adik-adik di Ruang Pelita mengumpulkan sekitar puluhan hingga ratusan ribu. Tapi siapa yang akan mengumpulkan donasi orang yang ingin (mampu) menyumbang Rp 500, Rp 1.000, Rp. 5000? Pasti tetap dibutuhkan oleh masyarakat luas pihak-pihak yang mau mengumpulkan donasi sedikit demi sedikit.

Kamis (19/03/2020), kami mencoba memulai #GoodwillMovement. Tujuannya menggalang donasi dari teman-teman, sahabat lama, tetangga. Sedikit demi sedikit mulai terkumpul; yang nantinya akan disalurkan ke lembaga kesehatan dan lembaga ziswaf terpercaya. Bukan sekedar donasi, #GoodwillMovement berusaha membangun kembali silaturrahim dengan orang-orang yang  sejak lama terlupakan dari memori karena kesibukan masing-masing. Mencoba membangun kepedulian kepada orang yang masih harus berkeliling di masa lockdown : tukang sayur, tukang kebersihan, satpam, dsb

Menyusuri nama-nama di phonebook, betapa banyaknya teman lama yang tidak tersapa.

Selalu saja, ada hikmah di balik sebuah bencana. Adik-adik Ruang Pelita menyiapkan default laporan :

Nama :  (nama penyumbang)

Donasi : jumlah

Ditujukan : IMANI care/ LMI/ Ruang Pelita atau Lembaga yang ditunjuk

Permintaan khusus : mohon didoakan atas hajat atau doa atas orang-orang tertentu.

Mengharukan sekali permintaan para donatur. Ada yang memohon agar sekeluarga diselamatkan dari wabah, ada yang meminta didoakan agar kedua orangtuanya yang lansia segera pulih , ada pula yang berharap agar wabah ini segera lenyap dari bumi Indonesia.Covid-19 ini memang mengerikan. Tetapi ada  kebahagiaan tak terperi ketika di malam hari, masih ada yang menjapri, memberitahukan bahwa ia baru saja mentransfer donasi.

“Kalau ada gerakan lagi, saya diberitahu ya, Mbak.”

Masyaallah. Selalu ada orang-orang yang rela berbagi pada sesama.

#GoodwillMovement

#lawancoronavirus

#lawancovid19

#ayobersama

#ayolebihbaik