Kategori
15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak ACARA SINTA YUDISIA ANIME Jepang KOREA Manga mother's corner Oase Parenting PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager

Passion Anak-anak Kita

Zaman dahulu, impian anak-anak dibentuk orang tua.

Dokter, insinyur, guru, dosen, polisi, tentara, PNS dan sejenisnya.

Zaman sekarang, impian anak-anak dibentuk informasi.

Enterpreneur, gamers, youtuber, influencer, vlogger, seiyuu (voice actor), idol, komikus dan sejenisnya.

Orangtua selalu berharap yang terbaik bagi anak. Jangan sampai anak-anak hidup lebih menderita dari orangtua, jangan sampai impian mereka tidak tercapai. Kalau dulu kita jalan kaki ke sekolah, sebisa mungkin anak-anak sampai ke sekolah tidak terengah-engah dan siap menerima pelajaran.

Wajar ketika orangtua bertanya-tanya : apakah pilihan anak-anak bisa menjamin masa depan mereka? Anak yang suka menggambar, ingin sekali masuk DKV, bisakah mereka jadi komikus yang survive? Penulis di negeri ini masih jauh dari makmur, termasuk komikus.

Tempo hari saya ikut seminar anime & manga.

Acara itu menjawab pertanyaan saya : kenapa banyak mangaka di Jepang bertahan. Di Indonesia, rantai produksi meletakkan penulis paling bawah. Toko buku, distributor, penerbit, baru penulis. Royalti hanya berkisar 8%-10%. Di Jepang berbeda; penulis menduduki posisi teratas dalam rantai perbukuan. Pantas saja royaltinya antara 40%-60%. Pemerintah juga turut andil dalam rantai tersebut. Tengoklah Hajime Isayama, Yana Toboso, Masashi Kishimoto, Gosho Aoyama dll meraup untung sebagai mangaka atau komikus.

Andaikan minat di estetik plus literasi lalu menjadi komikus di Jepang atau Korea tentu tak masalah. Di Indonesia?

Kembali pada passion anak-anak kita.

Orangtua tentu cemas, “Kalau kamu jadi komikus, emang kamu bisa hidup? Kalau kamu pingin jadi seniman dan hidup dari melukis, kamu bisa membiayai anak-anakmu sekolah?”

Sebetulnya, anak bisa menjadi seseorang yang sesuai impiannya dan tetap sukses dalam hidupnya. Sukses di sini dalam pengertian bermanfaat bagi dirinya, oranglain dan secara finansial. Kunci dari hal tersebut adalah memahami “bakat dan minat” anak-anak. Dari situlah kita bergerak.

Ketika dewasa, aktivitas finansial manusia bisa berlandas 2 hal :

  1. Profesi
  2. Minat (kalau plus bakat bisa bagus banget)

Kadang, profesi sangat jauh dari potensi bakat minat. Di zaman sekarang, bisa jadi profesinya sesuai bakat minat.Katakanlah dia menjadi ASN/PNS sesuai harapan orangtua agar finansialnya stabil. Dengan penghasilan tersebut, ia bisa mengembangkan bakatnya sesuai keinginan. Ada seseorang bekerja sebagai ASN,  lalu menyisihkan uangnya untuk membangun bisnis kuliner, cita-citanya sejak kecil.

Minat, bila menggunakan salah satu jenis tes, dikategorikan ke dalam 12 bagian. Seringkali saat ngetes minat anak-anak SMP dan SMA, muncul 3 kategori paling diminati. Saya ambil contoh salah satu anak saya sendiri. 3 minatnya yang tertinggi : sains, medis, estetik.

Peneliti? Dokter? Seniman?

“Kamu mau masuk kedokteran, Mas?”

“Ah, nggak, Mi!” tolak anakku.

“Lho, ini hasil tesmu ke kedokteran.”

“Iya, tapi aku lebih senang ke alat-alatnya.”

Akhirnya ia masuk teknik biomedik. Ilmu yang menyerempet antara sains, medis dan dunia seni.

“Ummi tau kenapa tes darah mahal? Karena pemeliharaan alatnya. Cairan untuk membersihkan alatnya aja mahal banget, Mi,” begitu penjelasannya tiap kali cerita tentang alat-alat seputar dunia medis. Membuat darah buatan, membuat robot pengganti ekstrimitas tubuh yang rusak, membuat alat yang memproduksi vaksin nan rumit; adalah bahasan-bahasannya di rumah.

Salah satu cita-citanya membuat tangan robot bagi manusia yang cacat ekstrimitas bagian atas. Tangan yang bisa memiliki kepekaan untuk merasa. Selain itu, minatnya ke bidang seni terutama seni yang saling berkaitan dengan dua minat sebelumnya (sains dan medis). Ia menabung untuk membeli Gundam dan teliti sekali memasang bagian-bagian tubuhnya. Terlihat korelasinya, bukan? Anak saya yang lain juga memiliki minat di bidang estetik (seni) tapi lebih cenderung ke seni literasi dan seni visual.

Biasanya, anak-anak memiliki kemiripan minat antara level 1,2,3. Misal, estetik, literasi, musik. Ia akan cocok menekuni minat di sekitar itu. Sebagai penulis atau ahli bahasa atau penyair atau pencipta lagu.

Yang agak sulit bila minatnya seperti bertentangan satu sama lain. Misal outdoor, medis, social service. Ini anak cocoknya jadi traveller, dokter atau pekerja sosial? Tapi di lapangan banyak yang saya temui demikian. Jenis anak seperti ini kalau kelak menekuni dunia medis, ia gak terlalu suka di belakang meja. Kemungkinan jadi dokter dan suka terjun ke daerah bencana. Masalahnya, kalau kecenderungannya seperti saling bertolak belakang, ortu cenderung mengarahkan yang favorit ya? Sampai sekarang dunia sains dianggap masih sangat menjanjikan daripada dunia sosial! Bagaimana jika anak memiliki minat literasi, medis, sains? Apakah ia akan dibiarkan menjadi sastrawan? Seringkali akan dipaksa masuk jurusan favorit.

Itulah, banyak ortu yang resah curhat.

“Anak saya suka gambar. Besok sekolah di mana? Lapangan kerjanya apa?”

Bisa saya bayangkan kalau kelak anaknya jadi komikus dengan kehidupan serba sederhana dan masih harus menelusuri jalan sangat panjang. Hajime Isayama, si creator Attack on Titan aja pernah nyaris putus asa dan mau mundur dari dunia manga, lalu beralih jadi barista. Untunglah ia bertemu Kodansha!

Saya teringat ucapan seorang komikus muda. Sebut namanya XX. Saya sempat diskusi dengan dia tentang masa depan komikus Indonesia. Sebagai anak muda yang usianya jauuuh di bawah saya, nasehatnya membuat terpana.

“Mbak Sinta, percayalah. Rizki itu benar-benar Allah yang tentukan!”

Ia tekankan,  jangan paksakan anak-anak untuk hanya mengikuti hasrat orangtua karena sangat berat di lapangan. Konflik batin anak antara tak ingin durhaka dan ingin memilih dunia yang dicintanya akan membuat beban mental psikologis berkepanjangan.

Mas XX cerita, bahwa ia sedikit demi sedikit membangun karir komikusnya lewat lomba yang hadiahnya paling antara 50-100 ribu. Ikut pameran di mana-mana dengan biaya sendiri. Karyanya awalnya diremehkan, tidak dilirik orang. Saat ibu dan ayahnya mendukung, ia terus melaju dan sekarang menjadi salah satu komikus kebanggaan Indonesia. Istrinya menggeluti dunia yang sama dengannya dan saya seneeeng banget melihat pasangan mas XX dan mbak YY itu. Seniman sholih shalihah yang keren banget expert di bidangnya.

Ya, mungkin menjadi komikus tidak seberapa.

Saya datang ke pamerannya, melihat mereka mengelar lapak dan masih berjuang bersama banyak komikus lain.

Tapi saya melihat sebuah passion yang didasari oleh semangat membara.

Saya punya teman komikus, mas MM. Selain membuat perusahaan animasi, ia justru mampu menarik anak-anak yang “nakal” bahkan beberapa di antaranya sudah sangat jauh dari agama, lalu di tarik masuk lagi dalam lingkaran kebaikan. Keren kan?

Entah mengapa, sekarang cita-cita saya nambah lagi.

Saya ingin sekali membangun studio animasi sekelas Ghibli, Wit Studio, MAPPA, Pony Canyon dan sejenisnya. Studio ini nanti akan menampung anak-anak yang mahir di visual, seni, estetik, literasi, sekaligus punya sentuhan sains dan outdoor. Menggarap animasi dari kisah-ksiah sejarah Indonesia mulai perang Diponorgoro, Imam Bonjol, Sunpah Pemuda, Serangan Umum 1 Maret, dsb. Studio ini nanti yang akan menggarap kisah kepahlawanan Muhammad al Fatih, Shalahuddin al Ayyubi, Tariq bin Ziyad, dsb.

Saya bayangkan, bahwa persenjataan pasukan al Fatih jauh lebih dahsyat dari 3D Manuver Gear para anggota Recon Corp di bawah komando Erwin Smith dan Levi Ackerman dalam anime Shingeki no Kyojin. Saya bayangkan bahwa di animasi tersebut, bukan hanya teriakan “shinzou wo sasageyo” yang menyatukan semangat seluruh prajurit. Tetapi teriakan para panglima al Fatih yang membangunkan pasukan sholat malam, subuh berjamaah, hingga merapikan barisan.

Dan ada soundtrack anggun nan megah, jauh lebih mengesankan dari aransemen Linked Horizon. Lagu yang akan mengingatkan setiap audiens ketika sedang demotivasi megnhadapi dunia yang kejan untuk bangkit kembali. Sosok Erwin Smith, Levi Ackerman, Eren Jeager hanyalah sosok 2D khayalan. Tapi pangeran Afdal, putra sulung Shalahuddin al Ayyubi yang mendampingi ayahnya berperang; adalah sosok yang benar-benar ada.

Jauh ke depan, anak-anak kita yang memiliki passion luarbiasa ini, akan mewujudkan mimpi besar para orangtua seperti saya yang sudah mulai senior. Usia yang kata syaikh Muhammad  Ar Rasyid dikatakan sebagai : orang yang mulai dilelahkan dengan hamparan dunia fana.

Ayah bunda, dukung terus passion positif dan Ananda-ananda kita tercinta!

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA KOREA Mancanegara Oase Perjalanan Menulis

Bagaimana keluar dari bandara Incheon, Seoul?

How to get your place from Incheon International Airport.

Alhamdulillah…akhirnya tiba lagi di negerinya K-Pop dan drakor yang kondang  itu.

Perjalanan dari Surabaya ke Jakarta memakan waktu 1 jam aja. Tiba di Soetta transit sekitar 2-3 jam. Cukup buat menyusuri bandara yang hadeeeh buat kaki bengkak. Bandara Soetta sekarang udah gedelho (eh, emang dulu kecil?). Gak tahu kenapa kok kayaknya bandara ini tambah gede.  Padahal baru beberapa bulan yang lalu tiba di Soetta.

Perjalanan Jakarta- Seoul berjalan dari jam 23.30dan tiba di Seoul jam 06.30 WIBT (waktu Indonesia barat tercinta) atau jam 08.30 waktu Korea. Berarti sekitar 7 jam perjalanan udara.

Alhamdulillah nggak mengalami kendala di imigrasi. Semua lancar,dan teman yang mau menjemputku sudah stand by sejak jam 09.00 . Meski mendarat jam 08.30 kita masih antri di imigrasi dan pengambilan bagasi kan?

Dari bandara Incheon kami naik kereta api ke Seoul Station. Berhenti di  stasiun Hongik University lalu naik taxi sekitar 5000 won ke Yeonhui.

Nah, meski ini kali kedua aku ke Korea, agak celingukan juga mencari jalan keluar untuk ketemu temanku. Dan juga keluar menuju transportasi subway. Jadi alurnya begini :

Kiri : subway dari arah pesawat untuk masuk ke gedung bandara. Kanan : imigrasi

  1. Keluar pesawar ikuti aja panah yang ada arrival atau baggage claim
  2. Ada banyak toilet. Kita bisa pipis dulu. Soalnya di atas pesawat kadang kruang nyaman
  3. Kalau mau ke bagian bagasi dan imigrasi, kita naik kereta api 1 kali. Sudah tersedia dari arah turun pesawat, untuk naik kereta ini.ikut arus aja
  4. Keluar kereta nanti naik tangga eskalator sekali
  5. Sampailah di imigrasi. Antri di sini
  6. Lalu keluar imigrasi, cek bagasi kita ada di pesawat apa, di jalur bagasi berapa
  7. Ada panduan exit. Biasanya pintu C
  8. Kalau sudah di lobby luar bandara,biasanya naik lift sekali ke lantai 2 untuk bisa naik kereta api
  9. Beli T-money dulu atau kalau udah punya, isi di vendor machine
  10. Silakan naik kereta api. Yang ini perhentian terakhir di Seoul Station.

Kiri : papan informasi bagasi kita dari penerbangan apa, misal GA 878 ada di belt 9. Kanan : pintu C tempat keluar

 

 

Kiri : gate untuk gesek kartu. Pastikan kartu T-money ada isinya. Kanan : antrian naik subway.

Trataaaa.

Akhirnya aku bisa sampai di residensi penulis yang keren ini. Tempatnya dingin, nyaman, teduh, rindang. Kesunyian yang ada di sekeliling menyebabkan penulis mudah menghasilkan karya, mencari inspirasi dan berkontemplasi terhadap banyak hal.

#seoul

#novel

#fiksi

#penulisindonesia

Hari ke #1 di #seoul

Hari ke #2 di #seoul

Kategori
ACARA SINTA YUDISIA FLP Oase

Menuju Munas 4 FLP 2017, November 2017

 

 

 

Tanpa terasa, perjalanan FLP tahun ini telah memasuki masa 20 tahun.

20thFLP (PNG)Banyak catatan pencapaian FLP, sebagaimana banyak pula catatan yang harus dikerjakan oleh organisasi kepenulisan terbesar di Indonesia ini.  Lahirnya penulis-penulis baru mulai usia anak-anak, remaja hingga dewasa; terbitnya beragam buku mulai buku konvensional hingga buku digital; karya-karya yang semakin luas cakupannya mulai puisi, cerpen, novel, buku motivasi, buku referensi, opini, artikel, skenario dan masih banyak lagi.

Apa saja pencapaian FLP selama 4 tahun terakhir? Apa pula catatan yang harus diperhatikan?

 

Lokal, Nasional, Internasional

Penulis-penulis FLP biasanya mengawali dari hobby dan kebutuhan ekspresi diri. Keinginan untuk melihat karyanya dibukukan, membuat penulis-penulis memacu diri menghasilkan kuantitas karya. Lihatlah karya-karya yang tertuang di media sosial mulai facebook, wattpad, hingga blog. Mereka yang rajin mengirimkan karya juga banyak. Pada awalnya mengirimkan karya ke koran-koran lokal seperti media kampus, media sekolah hingga media massa setempat.

Selanjutnya, semakin terasah kuantitas dan kualitas, maka anggota FLP akan mulai menempati karya di level nasional. Media online, media massa, majalah hingga beragam kompetisi berhasil dilalui. Jumlah yang mencapai level nasional sangat banyak; bahkan semakin lama, semakin junior usianya.

Mereka yang merambah dunia internasional pun bermunculan satu demi satu. Bukan  hanya kualitas karya, kualitas tulisan ilmiah, namun juga kiprah yang mengiringi langkah-langkah mereka. Penulis FLP mengisi ruang-ruang literasi dari Sabang hingga Merauke.

Ganjar Widhiyoga dan Yanuardi Syukur , dua orang di antara sekian banyak penulis FLP yang go international

 

 

Registrasi Online

Salah satu hal penting yang ingin dirapikan oleh FLP adalah bab organisasi.

Organisai bertujuan mengatur sekian banyak orang agar seragam visi misinya, agar seragam langkahnya. Mengelola organisasi kepenulisan yang berisi para seniman, sastrawan dan penulis berjiwa kreatif; tentu banyak tantangannya. Pada umumnya, orang-orang imajinatif enggan dibatasi gerak langkahnya. Di FLP, gerak langkah itu bukan dibatasi atau diseragamkan; namun perlu diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia perbukuan agar memiliki daya guna dan daya saing yang tinggi.

Banyak sekali remaja, mahasiswa, karyawan yang ingin menjadi anggota FLP. FLP bukan organisasi ekslusif; namun harus memiliki basis data yang kuat. Berapa wilayah yang tercata? Berapa cabang yang terlibat? Berapa anggota riil yang masih aktif? Berapa anggota pasif yang tidak dapat membantu roda organsiasi tapi potensial di sisi yang lain?

Untuk itulah, registrasi online diadakan.

Waktu 4 tahun bukan waktu yang singkat, namun juga bukan perkara mudah mendata penulis FLP dari ujung barat ke timur. Sedikit demi sedikit, dengan ketekunan dan semangat persuasif para pengurus Pusat FLP; satu demi satu para penulis FLP mulai terdata lokasinya. Sehingga jumlah penulis FLP bukan hanya perkiraan : 5000-an, 10.000an; namun jumlah digit hingga angka terakhir diketahui. Hal ini bukan saja dibutuhkan dalam perkara material belaka, misal agar tersedia dana memadai bagi perputaran roda organisasi; namun juga dapat memetakan potensi penulis FLP di berbagai level dan jenjang, juga wilayah. Seringkali, pihak pemerintah atau lembaga non profit menghubungi FLP bila berkunjung ke suatu wilayah dan akan menyelenggarakan acara literasi. Anggota FLP relatif mudah digerakkan untuk berkumpul dan menyelesaikan suatu agenda literasi.

logo pake tanggal.png

Munas 4 FLP di Bandung, Jawa Barat

Pilihan Bandung sebagai kota penyelenggara Munas 4 bukan tanpa pertimbangan. Kota ini dapat menjadi magnet bagi para anggota FLP di seluruh Indonesia dan mancanegara untuk turut hadir dan memeriahkan pentas literasi. Munas memiliki agenda utama memilih ketua umum untuk periode 4 tahun ke depan, namun bukan hanya itu. Munas 4 FLP menjadi ajang silaturrahim yang sangat dirindukan, menjadi ajang pembelajaran segala hal, menjadi ajang tukar pendapat dan tentu saja. Penulis sangat menyukai hobby traveling yang akan memunculkan citarasa imajinasinya.

Bandung dan Jawa Barat adalah tempat indah dan nyaman dengan segala keunikan pariwisatanya yang terkenal. Kuliner, fashion, tempat wisata, bahkan agenda politiknya pun dilahap masyarakat Indonesia dengan penuh rasa ingin tahu. Harapan panitia, Munas 4 FLP akan menarik sebanyak mungkin peminat untuk hadir dan turut memeriahkan acara.

Acara Munas 4 FLP ini insyaallah akan diselenggarakan dari tanggal 3 hingga 5 November 2017. Maka bersiaplah untuk ikut berguncang dalam acara dahsyat ledakan literasi!

 

Di bawah ini karya-karya FLP yang telah terbit nasional dan internasional