Kategori
Catatan Perjalanan Mancanegara Oase WRITING. SHARING.

#16 Catatan Seoul : Osulloc 오 설 록, Cafe Teh Hijau Unik dari Jeju 제주Island

 

Untungnya program Seoul Art Space Yeonhui dan ASIA journal magazine ini  diadakan Ramadan. ASIA journal magazine ini yang telah memilih cerpen saya Sedekah Minus untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Korea. Kalau  tidak, wah, sulit rasanya menolak teh aneka rasa serta kue-kue yang lezat dipandang mata dan  sepertinya lezat dikunyah lidah.

Osulloc'squote
Filosofi Osulloc

Osulloc 오 설 록 cafe kali ini terletak tak jauh dari  Seoul Foundation for Arts and Culture divisi Teater. SFAC untuk pusat Teater terletak di 3 Daemyong-gil, Jongno-gu, Seoul. Ada 100 jumlah teater di sekitar Seoul dan mereka aktif menyelenggarakan pertunjukan berkualitas. Tak salah panitia mengajak para penulis untuk mencicipi kuliner mancanegara yang pantas dibanggakan Korea Selatan.

 

Osulloc tea and cake
Enak ! Tapi hati-hati dengan kehalalannya ya? Untung Ramadan 🙂

Osulloc 오 설 록 berasal dari kata sol yang berarti salju dan loc yang bermakna teh hijau. Jadi, menikmati teh hijau Jeju seperti menikmati kesegaran salju.

jajaran teh Osulloc
Jajaran teh Osulloc dg beragam rasa 

Untuk sampai ke Jeju 제주, butuh penerbangan 1 jam dan biaya tiket pesawat sekali perjalanan sekitar 50.000 won atau sekitar Rp. 600.000. PP sekitar 100.000 won. Pulau  Jeju 제주  dikenal sebagai pulau yang indah dengan gunung dan laut sehijau zamrud. Saya sendiri belum pernah kesana.

Apa yang unik dari pulau Jeju 제조 ?

Di Jeju island, banyak penyelam-penyelam ikan tradisional yang menyelam ke dalam laut untuk menangkap ikan serta ganggang, tanpa peralatan. Benar-benar penyelam alamai dan…..mereka adalah perempuan! Woman diver di pulau Jeju 제주 sangat tangkas dan berani.

Kembali ke cafe Osulloc, cafe ini sangat nyaman dan menarik dipandang. Ingin beli teh celupnya sebagai oleh-oleh tapi lumayan juga harganya. Selain menyajikan aneka ragam teh, Osulloc 오 술 록 juga menyajikan kue-kue.

Ah, jadi ingin buat cafe teh sendiri seperti Osulloc 오 설 록!

Kategori
Catatan Perjalanan Mancanegara Oase WRITING. SHARING.

#15 Catatan Seoul : Apa saja Kegiatan Ramadan di Seoul?

 

Meski Ramadan di negeri orang pasti tidak sama dengan negeri sendiri, banyak hal unik yang dapat kita temui disana. Justru, tantangan untuk berpuasa lebih terasa sebab minoritas jumlah kaum muslimin menyebabkan masyarakat umum tidak menyadari kita tengah menahan lapar dan dahaga sepanjang hari.

Untuk muslimah, ada acara pertemuan muslimah muslim Indonesia sehari sebelum Ramadan. Materi tentang bagaimana tetap produktif di bulan Ramadan.

muslimah itaewon
Acara dengan muslimah Indonesia di Itaewon, menyambut Ramadan 1437 H

 

Acara yang meriah untuk anak-anak adalah Pesantren Ramadan di musholla Al Falah Yeungdongpo.  Kak Feby, Kak Annisa, Kak Adel, Kak Fathiya   dan kakak-kakak lain begitu heboh mengajar adik-adik.

Acara yang lain yang ditunggu-tunggu di bulan Ramadan adalah buka puasa bersama di KBRI yang terletak di Saetgang. Hari berikutnya, buka puasa di kediaman mbak  Yanti, suami mbak Yanti staf KBRI yang tinggal di apartemen Lotte Castle Ivy, di daerah Saetgang juga. Bertemu dengan sop, soto betawi, krupuk, sambal, siomay…..rasanyaaaaa!

Selanjutnya acara-acara kajian muslimah yang dilakukan via skype.

Selain itu, tentu muslim dan muslimah punya agenda masing-masing. Ada yang kerja, ada yang kuliah, ada yang menjadi ibu rumahtangga. Yang pasti, tinggal di negeri orang harus mampu mengatur pola waktu serta mengatur kesehatan agar tidak mudah sakit.

Kategori
Catatan Perjalanan Hikmah Mancanegara Oase

14 Catatan Seoul : Maryam 마럄 Masuk Islam & Jin

Maryam 마럄 namanya.

Perbincangan kami harus dengan bahasa Korea sehingga saya butuh penerjemah dua arah. Untungnya ada Feby, mahasiswi sastra Kroea modern di SNU (Seoul National University). Diskusi kami direkam dengan kamera ponsel merek Sony (apaan lagi, gak ada pesan sponsor kok haha).

DSC_1115
Maryam & Sinta

Kata Maryam , ia masuk Islam setelah mendengar suara adzan  dari ponsel temannya. Airmatanya meleleh tiba-tiba. Ahya, jangankan Maryam. Kita yang muslim saja meleleh bila mendengar adzan atau  suara al Quran. Sejak mendengar adzan, Maryam tertarik dan pada akhirnya memeluk Islam.

Pertanyaannya, apa yang ia dapatkan dari Islam?

 

Hidup yang kembali tertata

Sejak kecil, hidup keluarga Maryam berantakan. Kakaknya lari dari rumah. Iapun juga demikian. Kehidupan mereka serba sulit dan miskin. Setelah masuk Islam, perlahan-lahan kehidupan keluarga mereka tersusun rapi kembali.

Kakak yang terpisah bertahun-tahun, kembali. Maryam merasa ini adalah anugerah Allah.

Tidak hanya itu.

Selama hidupnya, Maryam merasa diikuti dan ditempel oleh jin. Jin ini menurutnya yang membuat keluarganya miskin. Entah benar atau tidak, setelah masuk Islam jin itu pergi. Kehidupan Maryam pun berangsur membaik.

Bagi Maryam, kini solusi hanya satu. Allah dan hanya Allah. Sembahlah Allah dalam segala keadaan. Perkara jin, wallahu a’lam, ini adalah perkara ghaib yang mungkin sangat individual pengalamannya. Anda dan saya pasti pernah punya pengalaman dengan hal-hal supranatural. Kita hanya dapat berbagi cerita, tapi tak mungkin menjalani pengalaman yang sama. Jin, itu menurut sudut pandang Maryam.

Dibanding masyarakat Jepang, Korea lebih tidak memiliki sisi religius. Penjelasan dari tim panitia di Seoul Art Space Yeonhui ketika kami tanyakan, mengapa tidak banyak kuil atau candi di Korea? Mereka mengatakan bahwa masyarakat Korea tidak punya sisi religius yang mutlak. Kuil atau candi dapat ditemukan di gunung, tapi tidak di kota-kota terbuka apalagi kota besar.

Satu-satunya kuil yang bisa ditemukan mudah adalah kuil Bong-eun sa 붕 은 사.

Apapun alasan Maryam, ia merasa jauh lebih tenang kini.

Selamat menjalankan ibadah Ramadan, Maryam 마럄   🙂