Kategori
Catatan Perjalanan Jepang Mancanegara WRITING. SHARING.

#4 Orang-orang Istimewa (3) : Rajo is not Idiot!

Bahkan sebelum berangkat ke #Karatsu, percik-percik keajaiban seperti titik-titik merah yang saling terhubung.
Saat pembuatan visa di Konjen Jepang Surabaya,
“Mbak Sinta?”
Seseorang menyapa.
Saya tak mengenalnya. Who is he?
Lalu ia menyebutkan nama dan MasyaAllah!
Inikah orang yang disebut-sebut mas Ali Muakhir?
Inikah orang yang begitu upload sesuatu, para blogger ramai mengomentari dan sharing?
Ini kan yang…
Jadi ini orang yang sering saya intip ilmunya, saya email chatnya dan diam-diam menunggu kapan bisa berguru padanya?

23 tahun, Man!
Masih sangat muda, untuk kategori ilmu blogging tingkat dewa! (#lebay…Sorry, Huda. Just surprising how I was so lucky).
Mahfudz Huda tidak mengingatkan saya pada sebuah buku, tapi pada sebuah film yang entah sudah berapa kali saya tonton dan tonton lagi : 3 Idiots. Mahfudz ibarat Rajo Rastogi, ilmuwan yang sering menuangkan pemelitian dan gagasannya di blog pribadinya. Rajo dianggap idiot pada awalnya, namun bersama Ranchoddas dan Farhan, mereka buktikan label idiot adalah salah besar.

They're not Idiots!
They’re not Idiots!

Usai mengurus visa bersama Mahfudz dan putri saya, bertiga kami menyusuri jalan Jawa mencari makanan dan minuman yang adekuat sebagai pengganjal perut. Satu restoran lesehan di sekitar jalan Jawa menjadi pilihan, kami duduk bertiga dan saya belajar banyak, banyak, banyak sekali tentang dunia blogging.
Kesukaan Mahfudz menuangkan ilmu kimianya di blog, membuatnya dipinang sang dosen (bukan sebagai menantu) tapi sebagai mahasiwa Faculty of Science, Molecular Simulation di Okayama University, Jepang.
Saya pribadi baru dengar Kimia Komputasi. Yah, maklum, sebab lingkup ilmu sosial lebih banyak membahas psikoterapi dengan semua derivasinya.

Banyak orang pintar, namun kadangkala enggan meluangkan waktu untuk menulis.
Mahfudz sungguh berbeda. Ia justru menjadwalkan menulis sepekan beberapa kali dan blognya pun bukan hanya satu!
Mahfudz mirip Rajo, dan mereka sungguh bukan idiot. Kalau Rajo memakai banyak cincin batu akik , kamu nggak kan Mahfudz 🙂 ?
Terimakasih sudah berbagi cerita tentang Jepang, tentang ikan, tentang minuman berwarna oranye, tentang hararu.

Mahfudz Huda dan muridnya :)
Mahfudz Huda dan muridnya 🙂

Kalau penasaran dengan salah satu inspirator penulisan #Karatsu #Fukuoka , boleh mengintip blog Mahfudz di http://www.mystupidtheory.com atau http://www.r3my.com

Tulisan #4 dari Journey to Enlightment

#Karatsu
#Fukuoka
#Jepang

Kategori
Catatan Perjalanan Hikmah Jepang Mancanegara WRITING. SHARING.

#3 Orang-orang Istimewa (2) : Man’s Search for Meaning

Bertemu seseorang, pikiran ini melesat ke jajaran buku-buku di rumah. Bila ia sebuah buku, apakah judulnya?

Sepasang sahabat yang sejak dulu diam-diam saya kagumi, mengingatkan pada sebuah buku monumental karya Viktor Frankl : Man’s Search for Meaning. Gagasan Frankl menolak pleasure principle Freud, ia pun tak setuju dengan will to power Adler. Bagi Frankl, manusia terlalu dangkal untuk sekedar mencari kesenangan dan kekuasaan dalam hidup. Manusia lebih dari itu. Sepanjang hidup, manusia mencari meaning. Makna.

Konsep logoterapi Frankl mengkristal setelah ia selamat dari kebrutalan penjara Bavaria. Diperlakukan bak binatang, seluruh tulisannya dimusnahkan, Frankl nyaris mati karena serangan jantung yang kerap menghinggapi tawanan yang malnutri dan dehumanisasi. Semangat untuk menuliskan kembali buah pikirannyan membuat Frankl bertahan dan ajaib, ia hidup hingga 1997.

Pendapat Frankl yang pantas direnungkan adalah persepsinya tentang dirinya sendiri, “aku tak pernah tahu tentang diriku kecuali satu hal sederhana : aku tak akan melupakan kebaikan orang lain dan tak akan pernah menaruh dendam pada siapapun.”

Man's Search for Meaning - Viktor Frankl
Man’s Search for Meaning – Viktor Frankl

Pendapatnya tentang frustrasi eksistensial mengungkapkan, tak selamanya penderitaan itu buruk. Adakalanya, penderitaan membuat manusia lebih cemerlang, lebih berkilau dari makhluk lain sejagad raya.

Sepasang sahabat ini, yang tertakdir menjadi suami istri, cukup lama saya kenal. Setelah berpisah karena kesibukan masing-masing, saya hanya menyapa Wid lewat whatsapp. Hingga suatu ketika, saya mengupload sebuah tulisan https://sintayudisia.wordpress.com/2015/09/18/masjid-fukuoka-satu-titik-wilayah-makrokosmos/

Lama saya tak berkomunikasi dengan Hani (samaran) sampai tiba-tiba ia mengomentari tulisan tersebut dengan sebuah pertanyaan : Azhar Halal Food?
Maka kembali kami bertemu lewat dunia maya setelah sekian lama berpisah. Kali ini, dipertemukan dengan suaminya yang selama ini just say hello. Luarbiasa mereka, pasangan muda ini, yang ketika mengenalnya, luluh sudah perasaan bahwa di dunia ini kita adalah orang yang paling banyak masalah. Paling menderita.
Allah memasangkan mereka, sebagai pelajaran bahwa dalam situasi-situasi paling ekstrim, manusia mampu memperlihatkan sisi-sisi paling manusiawi dalam dirinya. Sisi manusiawi yang bahkan lebih tinggi derajatnya dari malaikat, sisi manusiawi yang bukan menafikkan perasaan marah, kecewa, sedih, menyesal , putus asa. Perasaan negatif itu pastilah muncul, namun bagaimana mengelolanya, itu yang menjadi pemilah.

Frankl's Quote
Frankl’s Quote

Man’s Search For Meaning.
Cerita suami Hani menjadi salah satu bahan penting untuk penulisan #Karatsu #Fukuoka.
Tentang komunitas muslim.
Tentang surviving.
Tentang bagaimana mengubah arah ketidakberdayaan manusia menjadi batu loncatan untuk meraih sesuatu.
Thanks for sharing.
Kisah sepasang suami istri ini kelak, layak dibukukan sebagaimana Jean Piaget mengamati anak-anaknya dan merumuskan teori Psikologi Perkembangan. Apa yang dialami, dilalui, dihayati, diperjuangkan mereka berdua akan sama nilainya seperti teori logoterapi Viktor Frankl.

Kapan kita copy darat lagi, Hani? 🙂

Tulisan ke #3 dari Journey to Enlightment

#Karatsu
#Fukuoka
#Jepang

Kategori
Catatan Perjalanan Jepang Mancanegara WRITING. SHARING.

#2 Orang-orang Istimewa (1)

Steve Jobs berkata bahwa dalam hidup ini, manusia akan menemukan red dots -titik-titik merah- yang bila dirangkai, akan membentuk sebuah pola. Pola itu mungkin tak bermakna, absurd, ketika usia masih demikian muda dan manusia belum tahu hakikat hidup. Suatu masa saat insight dengan kedewasaan, pola itu akan memberikan arti penting.

Seorang Ustadz pernah menyampaikan hikmah kisah Nabi Yusuf a.s.
Pertemuan dengan orang-orang dalam penjara, bukanlah terjadi kebetulan. Orang-orang tersebut memiliki peran dalam kehidupan Yusuf as dan sejarah dunia di kemudian hari. Jangan remehkan siapapun, who knows, orang-orang itu yang akan membuat jalur titik merah : pola yang akan menentukan bagaimana cita-cita dipahatkan.

Saya pernah menuliskan kisah bertemu orang-orang ajaib mulai pemuda penjaja cinta, supir taksi, hingga seorang lelaki yang suka sekali mengumpat dengan kata-kata kotor. Orang-orang yang kadang tak senonoh di perjalanan, membuat saya mengambil satu keputusan luarbiasa penting : berdoa sebelum perjalanan.

Dulu, biasa saja menyiapkan perjalanan. Tiket, uang, baju, makanan dan minuman. Sampai suatu ketika bertemu orang yang “luarbiasa” akhlaqnya hingga sejak itu memanjatkan doa safar : Ya Allah, berikan teman perjalanan yang sholih shalihah. Berikan teman satu gerbong yang baik. Berikan teman duduk di pesawat yang memberi hikmah ilmu. Alhamdulillah, sejak saat itu perjalanan demi perjalanan bertemu orang-orang yang memberikan wawasan ilmu dalam segala nuansanya.

Ahya, seperti quote dalam novel #Rose yang ternyata seringkali dikutip pembaca.
“Tuhan ternyata tak pernah melupakan doa-doa hambaNya.”
Bahkan ketika si hamba lelah, jenuh, malas berdoa sebab merasa tak mendapatkan jawaban.

Doa memohon teman baik sepanjang perjalanan, ternyata bukan hanya perjalanan dalam arti denotatif, tapi juga dalam arti konotatif. Perjalanan waktu demi waktu, mempertemukan langkah ini dengan orang-orang yang luarbiasa menginspirasi. Lucu, sekaligus mengharukan.

Bang Aswi, blogger and biker
Bang Aswi, blogger and biker

Si Blogger dan Biker

Sepedaan?
Hari gini?
Saat orang naik Rubicon, Hummer, Alphard?

Si Abang yang satu ini justru memilih sepeda sebagai kendaraan tercinta. Ia mengaku mendapatkan banyak hikmah dan pengalaman yang kaya sepanjang mengayuh sepedanya.
Lupa kapan pertama kali pertemuan kami. Yang terakhir, saat rapat kerja di daerah dataran tinggi Jawa Tengah. Sekalipun kami satu tim, intensitas komunikasi tidak terlalu sering. Hal istimewa darinya : ia sanggup bersepeda bahkan menempuh jarak Jakarta-Bandung!
Hehe…kapan-kapan teruskan sampai Surabaya, Bang 🙂

Tulisan-tulisannya lebih ke how-to yang simple : bagaimana membuat bisnis laundry etc.
Lalu, buku-bukunya jarang terbit lagi. Tetapi saya tetap stalking twitternya yang semakin cetar membahana . Sahabat saya yang satu ini menekuni blogging! Penghasilan utamanya sebagai blogger, silakan buat penulis yang lain iri. Mungkin belum sekaya JK Rowling, namun memadukan minat dan bakat, hobby dan karier , adalah satu kesempatan istimewa dariNya.

Si Abang yang satu ini romantis pula.
31 Agustus menggunggah foto bersama istri tercinta, saat ia berulang tahun yang ke 38. So sweet!
Proyek penghargaan yang baru-baru saja diraihnya adalah testdrive Datsun mengelilingi Sulawesi, hasil dari ketekunannya sebagai blogger.

Test drive keliling Sulawesi!
Test drive keliling Sulawesi!

Padatkah jadwalnya?
Selain sebagai blogger, Bang Aswi –nama selebritisnya – juga dikenal sebagai editor dan layouter. Beruntung sekali bila meneleponnya langsung diangkat. Kali ini, atas kiprahnya di dunia blogging, membuat bang Aswi terpilih sebagai salah satu wakil Indonesia dari FLP yang akan melaporkan keindahan kota Karatsu, Saga Perfecture, daerah Kyushu Utara.

Penghubung kami –serasa adegan spionase- harus berkali-kali mengontak bang Aswi, memburunya, memastikannya ikut, menembus kesulitan sinyal wilayah Indonesia Timur yang blank spotnya buat gigit jari, nendang kursi, deg-degan setengah mati!

Selamat , Bang Aswi!
Live tweetnya tentang #Karatsu, sangat ditunggu!
Silakan berkenalan lebih jauh dengan blogger dan biker ini di http://www.bangaswi.wordpress.com

Tulisan ke #2 dari Journey to Enlightment
#Karatsu
#Fukuoka
#Jepang