Kategori
PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY

Ekstrim Kiri, Ekstrim Kanan : Kemana anak IQ 130/lebih harus bersekolah?

Pernahkah anda mengetes berapa IQ putra putri anda?
Baiklah. Sebut saja angkanya. gifted-300x162

90-109 : Rata-rata
110 – 119 : Di atas rata-rata, atau pandai
120-129 : Sangat pandai
130 ke atas : Genius

Orang tua umumnya deg-degan ketika mendengar kata tes IQ. Tes IQ bukan suatu vonis yang harus ditakuti, mirip hukuman mati atau kemoterapi kanker stadium lanjut. Berapapun data angka yang tertulis dalam tes IQ, entah dites dengan Tes Stanford Binet, Tes WISC, atau bila sudah memasuki remaja dapat dengan tes WAIS atau IST; angka itu adalah fakta yang harus dikelola dengan bijak.
Apakah bila IQ dibawah 90 adalah masa depan suram? Tidak.
Seorang anak lelaki ditest, menghasilkan angka 85 yang artinya di bawah rata-rata. Ia sering diejek oleh teman-temannya , “ih, kamu bodo ya!” Anak lelaki ini bertekad untuk menaklukan “85” dan ternyata ia berhasil lulus S2 dengan baik, sekarang menjadi salah satu dosen pakar pendidikan.

Suatu sekolah, pernah menganalisis data siswa siswinya yang masuk ke fakultas kedokteran. Mereka ternyata rata-rata memiliki IQ “hanya” 100 -110, kategori pandai yang sangat biasa, bukan pandai yang ekstrim. Ternyata, guru tersebut mengakui, siswa dengan IQ tersebut rata-rata penuh semangat, rajin belajar dan tekun yang membawa mereka pada hasil optimal.
Pertanyaannya : bila menemukan diri anda atau IQ ananda berada dalam kisaran 130, apakah yang harus dilakukan?

“Horeeee! Anakku genius!”
Dan sejak angka 130 itu ada ditangan, maka orangtua bersemangat melabeli sang anak dengan sebutan si genius yang bisa menguasai apapun mata pelajaran –terutama yang berkaitan dengan numeric- ; mengabaikan fakta lain.
Ketika anda tahu golongan darah anda O, maka itu bukan berarti satu-satunya fakta yang dimiliki. Apakah ada genetic diabetes dan obesitas? Apakah ada riwayat kanker? Bagaimana asam urat, kolesterol dll? Dibutuhkan anamnesa lain bagi seorang dokter untuk memutuskan jenis penyakit sekaligus bentuk kuratif.
Angka 130 masih harus terus didalami, bagaimana bakat dan minatnya. Bagaimana daya dukung orangtua dan fasilitas yang tersedia. Bagaimana kesiapan lingkungan dan sekolah untuk membentuk anak dengan IQ 130 lebih. Dan, apakah pemerintah melindungi tunas-tunas bangsa unggul macam ini?

Gifted Children, Superior Category. Apa maknanya?
Dengan IQ 130 lebih, seorang anak biasanya dikategorikan superior, genius, gifted. Tetapi, perlu digaris bawahi dari pengertian ini.
National Association for Gifted Children, merekomendasikann keputusan Marland Report to Congress 1972 tentang definisi gifted :
Students, children, or youth who gove evidence of high echievement capability in areas such as intellectual, creative, artistic, or leadership capacity, or in specific academic fields, and who need services and activities not ordinarily provided by the school in order to fully develop those capabilities.

IQ 130, yang hanya mencerminkan kondisi pas-pasan dari seseorang, akan menjadi ancaman bagi individu tersebut. Bedasarkan penelitian, anak dengan IQ130 ke atas seringkali menjadi anak yang mudah patah semangat, malas, enggan bergaul, enggan menjalin relasi baik dengan guru. Akibatnya, prestasi mereka sama saja dengan anak dengan IQ 100. Individu macam ini, tidak akan terdeteksi sebagai gifted , sebab IQ tingginya tidak memberikan cerminan yang spesifik dan istimewa.
Maka kita sebagai orangtua, justru harus bekerja ekstra keras, ekstra hati-hati, ekstra luarbiasa merawat anak ber IQ 130 sebab dalam banyak kasus, anak-anak ini menjadi anak-anak yang rawan masalah.

Freak 130!
Inilah anak yang sering tidur di kelas, enggan mendengarkan guru, meremehkan pelajaran, meremehkan teman-teman, merasa lingkungan menyudutkan dan tidak dapat mengikuti kecepatan alur berpikir mereka. Inilah anak trouble maker sebab sangat suka membantah dan punya cirri khas : lack of social competence! Anak 130 biasanya –malangnya- minim kompetensi sosial sehingga mereka acuh tak acuh, egois, mau menang sendiri.

Semakin remaja, kompetensi sosial yang kurang ini bisa menjadi ajang kekerasan, atau ajang self destructive. Putus asa, cepat menyerah, adalah cirri yang biasa menempel si 130 ini.
Maka, anda akan melihat orang-orang dengan IQ superios, genius atau gifted sangat mahir sebagai penjahat, mahir memanipulasi atau justru terpuruk dalam jurang kehancuran.

Lihatlah kisah menakjubkan dan mengiris hati ini.
William James Sidis, seorang lelaki yang konon, memiliki IQ tertinggi di dunia, 254. Sumber lain menyebutkan IQ nya mungkin mencapai rentang hampir 300! Ia seorang Yahudi Ukraina. Ayahnya, Boris Sidis, Ph.D,M.D, seorang genius pula, menguasai 27 bahasa sementara William James Sidis menguasai 40 bahasa! Ibunya, Sarah Mandelbaum Sidis, M.D, lulusan Boston University. William James Sidis lulus bachelor of arts di usia 16 tahun, cum laude. Ia masuk Harvard di usia 11 tahun. Pada usia 8 tahun, Sidis mengarang buku Book of Vendergood yang mencakup bahasa Latin, Yunani, Jerman, Perancis.
WJ Sidis hidup selibat dan beranggapan tak ada seorang perempuan yang pantas untuknya.

Kehidupan William James Sidis menjadi polemic abadi hingga kini di kalangan pendidik, psikolog, media. Para pendidik menganggap ambisi Boris dan Sarah untuk menyekolahkan WJ Sidis di usia muda di jenjang sangat tinggi sebagai salah satu pencetus gangguan mentalnya. Sekalipun WJ Sidis mampu mengajar 3 kelas matematika sekaligus : trigonometri, geometri Euclidean, geometri non Euclidean. WJ Sidis juga dijuluki, peridromophile, orang yang tergila-gila mempelajari system transportasi; kehidupan sosial Sidis tak berkembang baik.

Media, turut menyumbang keterpurukan Sidis dengan selalu mengagungkannya, memujanya sehingga ia makin terisolir sebagai individu normal. Para psikolog terus meneliti kecerdasan Sidis, mengatakan bahwa inteligensi memang diturunkan , disisi lain menjadi pisau yang mencabik kehidupan seseorang bila tak diimbangi kompetensi sosial.
WJ Sidis meninggal di usia muda 46 tahun karena pendarahan otak. Hubungan dengan orangtuanya tak harmonis. Sebuah kisah menyebutkan, Boris meminta maaf atas semua kesalahannya. WJ Sidis hingga akhir hidupnya beranggapan, ayahnya telah merampas setiap kebahagiaan kehidupan. Meski Boris Sidis menyesali apa yang tidak diharapkan dalam pencapaian sang putra, WJ Sidis tampaknya tak mudah memaafkan orangtuanya.

Jumlah Anak Gifted
Di Amerika, populasi anak gifted sekitar 3 juta anak, atau 5-7% dari populasi (catatan 1972). Kemungkinan hal itu akan lebih berkembang lagi. Di Indonesia belum ada data yang pasti.

Apa yang Harus Dilakukan?
NAGC menyebutkan, no one perfect programe for teaching gifted student. Tetapi, pelayanan yang kontinum (continuum services) harus dilakukan pihak-pihak terkait untuk anak-anak ini.
Pelayanan kontinum atau berkesinambungan ini harus melibatkan administrator, guru, orangtua dan murid dalam menu edukasi yang penuh penghargaan. Macam layanan dapat berupa:
• Akomodasi di kelas regular
• Tugas paruh waktu di kelas regular atau special
• Grup full time dengan anak-anak dengan kecakapan yang sama
• Akselerasi
• Pendaftaran ganda minat, dll
• Layanan yang disesuaikan lokal siswa , disini saya pikir, content religi dan sosial dapat dimasukkan seperti program menghafal Quran dll

Perlu kembali diingatkan bahwa guru, orangtua harus menjadi tim yang proaktif dan solid dalam menangani anak-anak gifted. Guru harus terus mengikuti pelatihan yang akan meningkatkan kecakapan dalam mengelola anak-anak gifted, begitupun orangtua harus lebih kooperatif memandang masalah dan solusi. System pembelajaran harus menjadi magnet bagi anak-anak ini.

Ekstrim Kanan, atau Ekstrim Kiri?
Pemerintah saat ini menghimbau sekolah inklusi untuk memasukkan dua orang anak ABK yang sesuai dengan kemampuan sekolah dalam kelas pembelajaran. Banyak sekali yayasan bagi anak-anak dengan kondisi ekstrim kiri (suatu letak yang berada di sisi kiri kurva normal), dan orang rata-rata merasa iba dan berbelas kasih kepada anak-anak “ekstrim kiri”.
Anak-anak ekstrik kanan, di Indonesia belum mendapatkan tempat yang sesuai.

Boleh jadi, mereka bahkan tak menuai belas kasih tetapi menuai cacai maki akibat perilaku mereka yang meresahkan. Ya, terkadang sebagai orangtua atau guru, rasanya kesal dan marah sekali menghadapi anak sok tahu, pemalas, enggan memperhatikan dan punya hubungan buruk dengan teman-teman. Padahal, si menyebalkan itu ternyata anak gifted yang haus akan arahan.
Usai mengikuti ICP Hesos- international conference on psychology in health, education, social, organization setting, rasanya mimpi saya bertambah banyak 

Awalnya, saya ingin membuat Islamic Crisis Center yang akan menampung lansia, skizofren, orang-orang “ekstrim kiri”. Sekarang, mimpi saya bertambah lagi, ingin membuat sekolah untuk anak-anak gifted. Sekolah yang ramah, yang memahami bahwa dibalik keunggulan inteligensi mereka yang luarbiasa, dibalik ketidak pekaan terhadap sesama, dibalik kompetensi sosial yang payah, ada sikap luarbiasa yang ada pada anak-anak 130 ini : mereka cepat belajar, cepat menangkap. Sentuhan hati untuk mereka, semoga membuat anak-anak special ini tidak menjadi trouble maker lagi, tetapi anak-anak dengan kompetensi sosial yang lebih baik, siap menjadi pemimpin dan pencari solusi.

Rangkuman ke #2 #ICPHesos , 21-23 November 2013

Oleh Sinta Yudisia| twitter @penasinta| IG : @sintayudisia

I am a writer and psychologist. A mother of 4 children, a wife of incredible husband. I live in Surabaya, and have published more than 70 books. What do I like the most? Reading and writing. Then, observing people. And also, learning new language

60 replies on “Ekstrim Kiri, Ekstrim Kanan : Kemana anak IQ 130/lebih harus bersekolah?”

Mohon maaf diluar topik Bunda, kami sedang mencari Reseller & Dropshipper Pakaian Bayi dan Anak
Kami menawarkan berbagai produk dengan harga sangat sangat bersaing.

Silahkan Bunda kunjungi Online Shop Baju Bayi dan Anak kami di:
web: bajubajubayi.blogspot.com
facebook : Baju Baju Bayi

Suka

assalamu alaikum, bunda Sinta, salam kenal.
senang sekali menemukan tulisan ini.
saya adalah seorang ibu dari 2 anak laki-laki. usia mereka sekarang 7 th dan 4,5th.

Anak pertama saya memiliki cerita yang sama dengan tulisan bunda. Dari kecil dia memang terlihat lebih cepat perkembangannya dalam bidang linguistiknya, logis matematisnya maupun penangkapannya. Secara perilaku sepertinya tidak ada masalah dengan dia, tapi dia termasuk orang yang tertutup dan kaku jika berhadapan dengan orang yang tidak terlalu di kenalnya.

Ini menjadi masalah pada saat dia masuk ke SD. Awalnya dia bisa mengikuti kegiatan sekolah. Setelah satu semester mulai turun keinginan untuk bersekolah, sampai akhirnya dia tidak mau sekolah. (mogok sekolah 4 bulan). awalnya dia tidak menyebutkan alasan kenapa tidak mau sekolah. walaupun dengan berbagai macam bujukan, sampai akhirnya dia katakan bahwa “bosen sekolah, mau belajar di rumah aja” . Ada kekhawatiran tentang ini sehingga akhirnya saya bawa ke seorang psikolog.

Dari hasil Ternyata dia termasuk anak yang superior high dengan iq > 130 tetapi untuk kemampuan sosialnya kurang.

Barangkali bunda sinta dapat berbagi cara mendidik anak seperti ini, agar dia tetap dapat menjalani kehidupannya secara normal.

Suka

Bunda… solusi apa yg bisa diberikan utk anak saya. Usianya saat ini 11 th jalan 12 des nanti.
Saat ini smp kelas 1. Kemarin baru tes IQ hasilnya 152. Waktu kelas 4 sd. Tes IQnya 128.
Anaknya cuek kali dikelas. Belajar suka2. Bahkan kurang peduli lingkungan. Tapi cukup mau berteman dan punya banyak teman dari game online. Hanya saja sedikit egois. Dan perfeksionis. Dr hasil tes dia termasuk melankolik. Bgmana cara mengarahkannya agar menjadi anak yg benar2 sesuai dg IQnya? Terima kasih.

Suka

Bun…putriku sekarang kls 6 sd.pernah test iq saat usia 6 th dengan angka 142.tp sejak kls 5 kemarin jd malas sekolah hub.dgn temen2nya kurang gaul dan prestasi belajarnya menurun ditambah setelah mendpt menstruasi jd suka membangkang kadang suka merusak brg saat keinginannya tdk terpenuhi. Bagaimana solusi dan cara mengatasinya.trimakasih atas jawabannya

Suka

Maaf lama banget jawabnya. butuh diskusi panjang sebetulnya. Biasanya bunda, anak dg IQ tinggi lack of social competence, kurang kompetensi sosialnya. Biasanya anak2 ini imajinasinya melesat, sementara teman2nya gak bisa mengikuti.

Ajak ananda sering2 bersosialisasi, misal ikut ke masjid, acara arisan, kumpul2 dll. Butuh upaya memang, harus pandai membujuk dan berkomunikasi dg bahasanya.

Semangaaat!!!:)

Suka

kami tes iq sudah lama. tahun 1995 dengan nilai 125. Apakah besar kemungkinana hal ini akan menurun ke putra putri kami? dan bagaimana cara untuk lebih meningkatkan nilai (tuk putra putri kami)?

Suka

Saya PACMANONIM
Saya murid kls 6 di suatu sekolah dasar
Saat saya duduk di kls 4 sekolah saya menggelar ‘test IQ’

Dan Owww yeahh! 136 adalah yg tertinggi..
Dan PACMANONIM yg memilikinya! \( ^o^)/

Tentunya saya tidak setuju dg “Freak 130!” paragraf 1 dan 2 walaupun ada sedikit benarnya..
Dan saya sangat berharap “pelayanan yang kontinum (continuum services) harus dilakukan pihak-pihak terkait untuk anak-anak ini.” benar benar akan ada..

Tapi setelah membaca paragraf terakhir, saya menjadi lega..
Wew, lanjutkan mimpi kakak, dan kalo tercapai invite saya >,<
=D

Suka

Assalammualaikum wr.wb, anak sy 11 thn IQ 147, dia orangnya justru bergaul habis dg siapapun..di kompleks, di sekolah, dia dikenal semua orang krn supel dan ramah, tp dia slengean bgt orangnya, agak kurang tanggungjawab dg barang2nya, sy sekolahin di sklh yaϞg nggak hrs pAke seragam, dan tdk hrs pake. sepattu, belajarnya lesehan..krn dia tdk menyukai hal2 yaϞg formil…(Ada bbrp kali sy liat di sklh dia nyeker/tanpa alas kaki) he he..skrg smp klas 1, mohon arahannya…trimakasih..

Suka

Wa’alaykumsalamwrwb.

Mbak Shinta…lama saya gak buka WordPress.

Alhamdulillah, masyaallah IQ 147!
Luarbiasa pula ananda mampu bergaul dg baik.

Coba amati, apakah ananda suka sains atau sosial? Mulai pupuk bakat2nya.

Suka bergaul?
Coba leskan bahasa. Siapa tahu ananda calon diplomat andal!

Salam sayang buat ananda ya….jangan lupa iringi doa Mbak.

Suka

Terkait kebiasannya yang suka berantakan, coba bantu ananda :

🐦 pasang pamflet pengumuman yang menarik di dinding “letakkan buku di rak usai membaca”

🐦siapkan kotak2 utk menyimpan barang dg warna tertentu. Biru utk kaos kaki, merah utk alat tulis, kuning utk pernak pernik seragam (dasi,topi dll)

Suka

Barusan tes iq pake b inggris nyoba nyoba di web resmi eh dpt nilai ny 130 di tulisan ny smart :v emg bnr si bu kadang emosional saya itu susah di kendailin kyk ada blood lust ny gitu dan juga emg males sih heheh

Suka

IQ sy lebih dari 130 tp saya anak yang mudah bergaul namun sangat pemalas, dan saya anak yang bodoh dalam hal matematika dan penghafalan, sehingga saya masih tidak percaya kalau saya gifted. Apakah EQ dan IQ saya seimbang? kenapa IQ saya tidak sesuai dengan kemampuan belajar saya? apakah ada penjelasannya? terimakasih

Suka

Lisna yang shalihah,
terimakasih sudah menyapa 🙂

130 termasuk sangat cerdas. Biasanya, anak yang memiliki IQ tertentu dibarengi beberapa sifat unik, dianggap gifted.

IQ masih mengukur kemampuan umum. Biasanya, bila kita bingung, beberapa tes disarankan seperti tes bakat.

Boleh jadi Lisna memang kurang dalam hal arithmetic dan memory, tapi di verbal fluency Lisna unggul. artinya, Lisna memang kurang berbakat disisi eksak namun sangat berbakat di bidang sosial.

Apakah Lisna punya kesukaan menggambar, musik, punya energi lebih untuk melakukan sesuatu? atau adakah hobby spesifik yang sangat diminati?

Suka

Sy punya anak laki2 usia 10 th, baru saja tes iq dan hasilnya 135 skala weschler, dia mudah mengerti pelajaran tapi sulit menelaah bahasa indonesia dan mudah sekali hilang pelajaran yang sudah dipelajarinya membuat nilai dalam pelajaran cenderung menjadi anak yang kurang apakah ibu bisa merekomendasikan lembaga atau konsultan untuk terapi terimakasih

Suka

Ibu, saya mau tanya apakah IQ seseorang bisa berubah?
Saat SD saat tes IQ saya hanya mendapatkan 114, lalu saat saya SMA saya mendapatkan score 133 untuk IQ.
Apakah orang yg memiliki IQ tinggi memiliki sifat mudah bosan bu?.
Dan kenapa kebanyakan orang beranggapan orang yg memiliki IQ tinggi adalah orang aneh?

Suka

Assalamualaikum. Saya Salsa, siswi SMA kelas 11. Sebelumnya saya belum pernah di tes IQ, saat saya kelas 10 saya di tes IQ dan hasilnya 133. Jujur, saya orangnya pemalas bu dan itu sangat mengganggu. Saya masuk jurusan IPS tapi Saya lebih condong ke exact dan kemampuan sosial saya kurang bu. Apalagi saya selalu pesimis. Bagaimana solusinya ya bu?

Suka

bunda,, i’m so sad ketika baca ini bunda.. sejak aku kecil aku sdh merasa terasingkan.. bahkan sampai sekarang. umurku 21 tahun.. tidak sekali aku merasa aku ingin mati bunda.. penuh dengan keputusasaan.. akhir2 ini aku merasa aku tidak punya bakat apapun, aku tidak bisa menguasai salah satu bidang. barusan aku searching google utk mengenali bakat.. dan tidak sengaja mengikuti tes iq.. sebenarnya menyebut diri sendiri jenius adalah kesombongan.. tapi dari dulu aku merasa aku adalah orang yg beruntung, iq ku 148 bunda ..aku pemalas, suka mengurung diri, sering depresi, separuh usia ku memangku lalui seorang diri.. seiring berjalannya waktu semuanya tambah kacau bagiku.. aku ingin seseorang menolongku, tapi tak ada seorangpun.. aku ingin mendekatkan diri pada tuhan.. aku ingin ada tempat utk aku belajar dan menghafal alquran.. tapi sulit utk ku mendapatkannya bunda.. aku terlanjur membenci diriku sendiri, aku perlu seseorang mengarahkanku tapi aku terus saja mengurung diriku.. bunda.. bisa kah bunda membantuku

Suka

Orang dengan IQ tinggi apalagi dengan skor 148, seringkali punya perilaku yang tidak dipahami orang lain. Mungkin, cara berpikirnya kelewat cepat sehingga bahasa komunikasinya kurang tertata.

Kadang juga, celetukannya yang tanpa sadar seolah merendahkan orang lain, padahal tidak.

Bunda dulu punya teman pinter banget. Tiap kali kita2 gak bisa matematika dan nanya ke dia, spontan dia bilang : gampaang. Kok gitu aja gak bisa?

Sekarang Bunda tahu, anak itu gak jahat. Dan setelah diingat dia adalah anak yang baik banget. Tapi celetukannya buat ilfil dan banyak yg menjauhinya.

Belum lagi imajinasi anak 148 seringkali jauh di atas kemampuan anak2 pada umumnya.

Segera kontak saya ya dek via whatsapp 🙂

Suka

iya bunda.. nanti aku dm via instagram bunda aja ya buat minta kontak whatsapp.. hihihi tadi kebawa perasaan aja bun abis baca postingan bunda.. sekarang udah mendingan.. emang rada emosional sih aku..

Suka

saya ber IQ 130 lebih, saya setuju bgt saya cepat bosan kuliah, dan lain lain malas mendengarkan dosen, tidur dikelas, tapi saya juga ga mengerti gimana caranya motivasi itu dtg. Ada ga ya solusinya? Bukannya saya sombong, tp mendengarkan org kadang membosankan, dan lebih baik belajar sendiri, tapi saya sadar hal kaya gini gabaik… bingung deh

Suka

Memang, saya juga malas mendengarkan orang, apalagi kalau orangnya tidak capable.

Saran aja, lebih baik fokus ke bidang yang kamu suka, jadi kamu tidak butuh lagi itu motivasi.

Secara tidak langsung, kamu akan semangat dan fokus dengan bakat kamu.

Suka

Menurut saya, anak jenius harus disekolahkan di sekolah internasional, karena kurikulum mereka jauh lebih bagus dibanding sekolah lokal. Sekolah internasional tidak mempelajari mata pelajaran sebanyak sekolah lokal, tapi banyak pembelajaran tentang leadership, entrepreneurship, dll.

IQ saya 143, tapi akademis saya bertolak belakang, dan saya jadi korban ejekan para guru dan orangtua.

Yang saya rasakan, saya punya pemikiran sendiri yang berbeda dengan orang lain, dalam melihat apapun di sekitar saya. Logika saya lebih kuat, tapi orang awam tidak bisa lihat.

Contoh, saya bisa membaca karakter orang dengan cepat, misal saat sekolah dulu, saya bisa tahu mana guru yang benar pintar atau tidak. Dan saya tidak akan mendengarkan guru yang saya rasa tidak kompeten, dan bahkan sering terjadi, saat saya balik bertanya, mereka tidak bisa menjawabnya.

Saya malas belajar, karena saya berpikir kalau sekolah tidak penting, yang penting itu bakat, dan melatih bakat itu. Logika saya, buat apa belajar sebanyak itu, dan kebanyakan tidak penting kalau bukan bidang yang kita minati. Misal, dari SD sampai SMA, belajar sejarah, dengan topik yang sama, menghafal tanggal perang2 terjadi. Lalu harus belajar kimia, fisika, matematika, dll.

Lebih baik dari SMP sudah penjurusan, jadi fokus memperdalam hal yang kita minati, jadi lulus SMA sudah memiliki skill yang baik. Saya sempat mengemukanan hal ini di pertemuan orang tua, dan di hadapan semua guru di sekolah, lalu saya dikeluarkan dari SMA. Kejadian lucu yang tidak dapat saya lupakan.

Mungkin karena saya berkata terlalu jujur dan frontal, kalau rangking dan nilai tidak pengaruh kalau tidak fokus ke satu hal yang kita suka. wkwkwk
Dan nilai saya itu 80% merah, bukan karena saya bodoh, tapi karena saya rasa pelajarannya membosankan dan tidak penting buat masa depan saya.

Dari kecil saya suka semua tentang grafis, dan saya terus memperdalam itu.
Saat kuliah, saya mulai serius, karena ini bidang yang saya suka, dan saya termasuk mahasiswa terbaik di kampus, bahkan beberapa kali menggelar pameran, saya menjadi perbincangan oleh kampus2 lain.

Sekarang saya bekerja dengan advertising agency di Amerika, dan gaji saya perbulan $5500. Teman sekolah saya yang dulu ranking 3 besar, tapi tidak punya bakat apapun, (mohon maaf) sekarang ada yang jadi tukang ojek, ada yang jualan di emperan trotoar, ada yang jadi sales sepatu dengan gaji 700rb, dll.

Di jaman sekarang, saat melamar kerja, HRD dan boss, tidak ada yang perduli ijasah SMA, bahkan tidak ditanyakan. Yang penting hanya ijasah S1. Dan saya sudah berpikir tentang itu saat saya SMA di tahun 2000. Pemikiran saya ini, dulu sering menjadi ejekan oleh guru dan orang tua saya, tapi sekarang benar terbukti.

Suka

Mba menemukan artikel ini sperti awal jawaban.Saya baru menggali kembalj iq saya dulu saat ditest masuk TK adalah 135 dan cerita2 org2 saya kalau saat kecil saya sering diajak tetangga & suka disuruh cerita / nyanyi. Namun dlm pertumbuhan saya terlalu banyak dikritik & peristiwa2 yang membuat saya menjadi takut disalahkan & sempat mengalami didikan nenek yang tidak bisa dibantah/dijawab hingga saya mengalami kekerasan verbal & fisik olehnya. Sampai memilih jurusan pun yang penting banyak bahasa Inggrisnya entah mau jadi apa. Namun yg saya penasaran kesulitan patuh pd ortu. Kalau dilarang malah penasaran karna tdk dijelaskan & banyak hal yg saya rasa ortu kurang mendukung. Sekarang sy sdh berkeluarga, anak sy spertinya jg anak cerdas plus saat sudah hampir 10 tahun mengajar memang saya temukan anak cerdas cenderung mendebat/ punya argumen. Saat ini saya sedang mengalami mertua yg bicara juga searah saya dlm hati memberontak karna kebanyakan diam & tidak meluruskan dikarenakan budaya kel suami. Pola asuh & keadaan seringkali sperti mematikan dasar alamiah saya yg kritis. Mohon pencerahannya.tq

Suka

Terimakasih atas sharing-nya yang luarbiasa, Mbak.

Anak mbak Angel, tentu menurun dari mamanya yang juga cerdas dan kritis. Sebagai masyarakat dunia timur, kita tidak bisa mengingkari bahwa kultur budaya Indonesia (India, Jepang, Korea dsb) melazimkan anak yang sudah berkeluarga seatap dengan orangtua/ mertua.

Ada bagusnya, ada kurangnya juga.
Sisi negatifnya, terjadi dualisme dalam mendidik anak. Apalagi orangtua yang sudah ‘sepuh’ cenderung direktif, ini karena kemampuan kognitif mereka juga menurun sehingga mulai sulit koordinasi dan diskusi.

Apa yang bisa mbak Angel lakukan?
1. Jangan mendebat nenek di depan ananda. Kasihan ananda yg akan kebingungan menghadapi dualisme.

2. Saat berdua dengan ananda (di kamar, di sekolah, dalam perjalanan, pas makan di luar) ajak ia diskusi panjang lebar.

3. Tekankan pada ananda, kalau di depan nenek lebih baik hormat dan patuh. Ini juga melindungi ananda dari kemarahan nenek yg mungkin merasa dibantah.

4. Saat ananda mau tidur dan baru bangun tidur, lakukan sentuhan dan bisikan positif. Teknik ini semacam hypnoparenting. Katakan, “mama bangga sama kamu. Kamu anak pintar. Kamu pandai berbicara. Kamu sopan.” dst.

Semangat ya, Bundaaaa 🙂

Suka

🙂 , ngeehh banget bun bacanya , suka males kalo belajar yang bukan minat sekalinya ada pelajaran yang diminati tapi gurunya kurang kompeten+lingkungan yang kurang mendukung , tapi hamdalah sosial aku nggak kurang, walaupun dalam diri aku tanamkan “nggak akan pernah percaya orang lain , sekalinya percaya aku harus siap kecewa” , sering disebut pinter sama teman dan guru , walaupun nilai kebanyakan merah hhe , sering merasa jadi seorang yang loner walaupun dikeramaian, suka ngeremehin orang lain , tidak mau dikasih tau (dengan cara yang salah ), memiliki imajinasi dan cara penyelesaian yang berbeda dengan kebanyakan orang , suka memikirkan 1000 kemungkinan (pengandaian) kalo dalam masalah , suka ngambil pelajaran dalam setiap kejadian , suka belajar sendiri menurut minatdan masih banyak hal lainnya yang agak aneh , IQ saya 130 , minat saya dalam gambar , tapi setelah saya mengetahui menggambar itu dilarang dalam islam sayapun berhenti , pengen kerja tapi saya gampang bosenan , gak bisa melakukan aktivitas yang sama berulang ulang , akibatnya saya jadi pengangguran , hidup kaya orang yang gak punya keinginan apa apa padahal banyak imajinasi yang melintas ,mungkin karena kondisi saya juga yang kurang mendukung , oh iya karna saya lama dalam mempercayai orang lain saya memiliki karakter mempelajari sifat orang , dan lebih peka terhadap orang lain (dalam arti niat /maksud dari orang lain yang bicara atau berbahasa tubuh) , hhe malah komem kebanyakan , kaya koran bun , hhe 🙂

Suka

Assalamu’alaykum Bunda Sinta, saya Shofya usia hampir 25 tahun sudah lulus kuliah dr tahun 2017 tapi sampe sekarang belum bekerja. Tahun 2018 kemarin saya tes IQ 138, saya pemalas, suka sendiri, mengurung diri dan cepat bosan. Di usia sekarang saya sudah merasa hidup saya kosong bunda, saya merasa tidak benar-benar menyukai satu bidangpun, merasa terkatung-katung dalam hidup. Ada kalanya juga, saya ingin mengakhiri hidup, lalu teringat orangtua saya mengurungkannya. Saya ingin bekerja tapi saya takut jika pekerjaan tersebut nantinya membosankan saya tidak akan mau melakukannya di tengah jalan. Tolong bantuannya bunda.

Suka

Wa’alaykumsalamwrwb.

IQ 138 termasuk kategori gifted, Dek.
Memang, inteligensi tinggi memiliki tantangan tersendiri a.l pembosan (ini karena aktivitas otaknya sangat imajinatif dan dinamis), asosial (karena sering gak nyambung dg teman2 yg inteligensinya rata-rata).

Sudah pernah tes bakat minat, Dek?
Supaya tahu betul minat Shofiya di bidang apa. Atau, kalau gak sempat tes, tekuni hobby.

Bagus banget kalau punya hobby outdoor activities. Manusia minimal punya2-3 bakat minat. Banyak orang yang pekerjaannya bertentangan dengan hobbynya. Dan, pekerjaan menjadi cara mendapatkan uang untuk menopang hobby.

Suka

Ada seorang kenalan, bekerja sbg PNS. Hobby sebetulnya outdoor banget : hiking, mountain climbing. Pekerjaannya membosankan. Tetapi, ia kemudian menggunakan penghasilannya untuk menopang hobbynya yang cukup mahal. Peralatan mendaki mahal2, kan? Selain itu, ia kemudian semakin menekuni hobbynya sbg tim SAR. Jadi, punya pekerjaan yang megnhasilkan sekalipun bertentangan dg hobby, bisa menguntungkan, lho!

Suka

Saya juga pembosan, suka menyendiri, pemalas. Kata psikolog yg saya temui iq saya tinggi alhamdulilah saya bisa menjadi programmer

Suka

Saya dri dulu g ngerasa pintar yaa.. yg saya tahu saya bosenan.. sekolah g pernah rangking cuma matematika saya nilainya bagus mulu pokoknya yang berurusan logik bagus… sampai tanya psikolog atau orang pintar… dia menjawab bahwa iq saya tinggi penyebab semuanya

Disukai oleh 1 orang

sekitar 9 bulan lalu saya tes iq SMA kelas 11 saya dapet 131 padahal saya gak pernah belajar dan menjawab soal angka saya masih kebinguan. dan itu bareng saudara saya yang rajin dan selalu 10 besar di sekolah tapi hanya dapet 110. sesuai dengan artikel anda.

Suka

Tinggalkan komentar