Kategori
Catatan Perjalanan da'wahku mother's corner Oase Psikologi Islam Quran kami Quran Kami

Mau Rezeki Lebih Baik : Jodoh, Peluang Rezeki? Sstt, Coba Hafalkan Quran!

Mau Rezeki Lebih Baik : Jodoh, Peluang Rezeki? Sstt, Coba Hafalkan Quran!

   

            Memory ini cukup lama mengendap, sayangnya tidak kutuliskan, hingga sanad dan siapa yang meriwayatkan aku lupa. Tetapi inti ceritanya insyaAllah masih terekam jelas. Dialog dan alur cerita, aku luweskan agar lebih mudah dimengerti.

 1. Ibu dengan 7 anak yang menghafal Quran, rezeki tak disangka!

Aku, kita semua tahu mulianya para penghafal Quran. Tapi, motivasi untuk kesana sangatlah minim. Bertahun-tahun silam, waktu kami masih di Tegal, datang seorang ummahat bercerita (bahkan aku lupa namanya!). Sebut saja bu Annisa.

Bu Annisa seorang ibu, usianya saat itu lebih dari 40 tahun, berputra 7 , dengan suami yang sangat ngepas penghasilannya (kalau tidak bisa dibilang kurang alias miskin). Bu Annisa lemah fisiknya, merasa tidak berotak cerdas. Ia seringkali kelelahan dengan setumpuk pekerjaan rumah tangga dan kehidupan keluarga yang sepertinya mentok hanya disitu. Ya, mau apalagi? Menghidupi 7 anak bukan perkara mudah, padahal mereka yakin akan hadits Rasulullah Saw yang membanggakan ummat muslim yang banyak.

Bu Annisa mengagumi ustadzahnya yang dalam pandangan beliau ,”….luarbiasa sabar. Aku ingin seperti ustadzahku, supaya lebih sabar menghadapi kehidupanku yang seperti ini.”

Bu Annisa bertanya pada sang ustadzah, apa ya kira-kira kunci bagi perempuan supaya bisa lebih bersabar menghadapi sekian banyak ujian hidup?

”Cobalah menghafal Quran,” saran sang ustadzah.

Dengan tekad baja, di usia di atas 40 yang konon kabarnya semua fungsi tubuh mulai mengalami penurunan, bu Annisa menghafal Quran. Tujuannya saat itu hanya satu : ia bisa bersabar dengan tubuh yang lemah dan sakit-sakitan dalam membesarkan anak dan suami golongan elit alias ekonomi sulit.

Selang beberapa waktu, bu Annisa merasakan tubuhnya berangsur semakin bugar. Ia merasa otaknya lebih mampu berpikir jernih dalam memandang persoalan, tidak kusut dan ruwet seperti dulu.

Dan, suatu hari sang suami datang dengan hadiah,

”……..Mi, Alhamdulillah aku dapat rezeki! Aku bisa beli mobil buat Ummi mengantarkan anak-anak sekolah!”

  1. Gadis yang dipinang beberapa lelaki

Pada usia berapa seorang gadis mulai cemas untuk menikah?

25, 27, 29 atau 30? 32, 35?

Sebut saja namanya Dini, sama seperti muslimah lain yang mengkhawatirkan belum adanya seorang lelaki sholih meminang. Banyak lelaki sholih, tetapi merekapun punya standar tinggi : putih, langsing, cantik, mapan. Lho?

Orang seperti Dini yang biasa-biasa saja, dengan postur layaknya perempuan Indonesia : berkulit coklat, berwajah manis dengan hidung tak terlalu mancung, orangtua sederhana – mungkin dianggap (maaf) tak gampang laku . Gadis seperti  Dini  yang masih harus berjuang memapankan dirinya mungkin tak terlalu dilirik lelaki.

Dini akhirnya memilih berpikir positif.

“Daripada berpikir tentang jodoh yang masih misterius, mending meningkatkan kualitas diri.”

Dini menyibukkan dengan berdakwah, menambah ilmu pengetahuan…dan menghafal Quran. Konon, kalau sudah menikah (entah usia berapa) dan punya anak (entah usia berapa); akan lebih sulit lagi menghafal Quran padahal hafalan Quran penting sekali dalam mendidik anak-anak.

Nothing to loose.

Happy Dini menghafalkan Quran, dan ia merasakan suatu ketenangan.

Suatu saat, datang tawaran tak terduga. Ternyata di dunia ini masih banyak lelaki sholih yang memimpikan posisi pemimpin barisan pemuda mulia seperti Saad bin Abi Waqqah, Usamah bin Zaid, Imaad Aql atau Yahya Ayyasy.

Para pemuda ini mengajukan diri kepada ustadz, dan syarat mereka satu : mencari akhwat yang hafalan Qurannya lebih banyak dari mereka! Kenapa?

“Untuk menjaga diri,” begitu jawaban mereka rata-rata.

Para pemuda ini rupanya punya posisi ekonomi mapan sehingga mereka takut, jika wajah cantik tapi tak mampu melindungi diin bagaimana? Lebih baik mencari yang berkepribadian kuat! Pilihan mereka simple : gadis penghafal Quran!

Dini memang belum hafal 30 juz tetapi simak perkataannya,

“ betapa rizqi menghafal Quran datang sendiri. Ketika orang sibuk mencari jodoh, saya bahkan pasrah dan memilih meninggalkan kecemasan dengan menghafal. Alhamdulillah……justru rizqi berdatangan, saya memilih satu yang terbaik.”

  1. Perempuan yang selamat dari api

Suatu saat, di sebuah distrik di Mesir mengalami kebakaran besar.

Lokasi dan tahunnya, saya lupa. Sebut saja ia bernama Hanna, seorang ibu. Kebakaran itu melalap habis rumah-rumah, menyisakan puing-puing dan mayat. Tentu saja, kebakaran itu terjadi saat orang tertidur nyenyak!

            Di sebuah keluarga, seorang perempuan menangis terisak.

            Suami dan anak-anaknya meninggal dalam kejadian tragis tersebut.

            Tentu saja, Hanna , istri dan ibu itu bukan main pilu. Ditinggalkan sebatang kara di dunia, seluruh orang yang dikasihinya meninggal hanya satu malam. Harta bendanya ludes tak tersisia. Warga pun berduka melihat kecelakaan tragis tersebut yang sumbernya masih belum jelas diketahui apakah akibat listrik, gas atau kelalaian lain.

            Seorang ustadz setempat menghibur Hanna. Sebelum menghibur Hanna, ia sempat mendengar kabar bahwa Hanna adalah seorang penghafal Quran (di Mesir penghafal Quran memang cukup banyak). Lemah lembut, sang ustadz menghampiri Hanna,

            ”….Nyonya, bergembiralah. Doakan saja suami dan putramu. Tahukah kau apa kabar gembira dari semua peristiwa ini?”

            Hanna menangis dan menggeleng.

            Kabar gembira apa yang mampu didengarnya di tengah selimut duka dan kepapaan hampa seperti ini?

            ”Lihatlah! Kau penghafal Quran dan selamat! Tidakkah kau lihat, api di dunia saja takut menjilat tubuhmu yang mulia, apalagi api Robb mu di neraka kelak?”

4.     Kisah unik Existeredan Sakura

Aku tidak ingin sombong.

Sungguh!

Tapi aku ingin berbagi cerita dan memantapkan hatiku, juga hati kawan-kawanku.

Suatu saat, mb Dee –CEO LPPH- meng sms

Goodnews Mbak, Existere dibeli oleh Pelangi Books Malaysia.”

Alhamdulillah, Subhanallah…

Senangnya hatikuuu!

Existere tak se booming Lafaz Cinta, The Road to The Empire, Reinkarnasi. Tetapi Alhamdulillah wa syukurillah, dilirik oleh penerbit Malaysia. Senin kemarin lusa, surat perjanjiannya kuterima.

”Malaysia tidak melihat best seller atau tidak. Mana yang cocok, mereka terbitkan.”

Hmmm.

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Tapi sebagai manusia, aku selalu mencari hukum sebab akibat. Kalau aku salah, nanti hukumannya apa ya? Kalau aku berbuat baik, nanti balasannya apa ya? Ah, ya sudah…berbuat baik saja laaah sebanyak-banyaknya. Nanti pasti Allah SWT akan membalas.

Aku mencoba berbuat baik semampuku, menambah sedikit amalan-amalan yang mungkin akan menjadi pemberat timbangan di yaumil akhir kelak. Mengisi pengajian, bersodaqoh, mengajar menulis dsb. Tetapi dari mana aku yakin dan tahu bahwa salah satu rezeki sebagai penulis adalah dari menghafal Quran?

Awalnya, sebagai manusia, sempat ada perasaan begini,”….Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian lama bukuku terbit, rupanya yang ke 40 lebih ini yang dilirik Malaysia. Wajar kan?”

Begitu perkiraanku.

Wajar sudah lebih dari 40 buku.

Wajar kalau kemudian dilirik dan diterbitkan.

Wajar lah sebagai penghargaan!

Tapi  tunggu dulu…..! Benarkah betul-betul hanya upaya manusia yang menghantarkan Existere sampai ke Malaysia? Betulkah kehebatanku yang menghantarkan semua rezeki ini?

Sebuah berita semakin memantapkan diriku, dan membuatku menjadi orang kecil yang terhempas…bahwa aku bukanlah penulis hebat! Jauuuh, jauuh di atas kehebatan kita masih ada yang bertakhta, Yang Maha Mengatur Segala Urusan.

Bukan! Bukan karena buku ke 40 sekian itu yang menyebabkan Existere diterbitkan Malaysia.

Bukan! Bukan karena aku sering mengisi acara kesana kemari lantas buku itu diterbitkan.

Bukan! Bukan karena mb Dee pilih kasih lantas Existere dibawa-bawa ke Malaysia.

Sebuah berita mencengangkan datang berikutnya, dari Ganjar Widhiyoga yang memberitahukan,:

” Mbak Sinta…novel Nova Ayu Maulita, ”Sakura” juga diterbitkan dalam bahasa Malaysia lho..”

Aku tercengang.

Beristighfar atas semua kelalaianku telah merasa lebih baik.

Bersyukur bahwa aku mendapatkan jawaban atas semua ini

Tahukah kalian mengapa novel Sakura terpilih mewakili novel-novel lain untuk diterbitkan di Malaysia? Diterbitkan Malaysia, berarti mulai go international dengan harapan mendapatkan nama lebih luas dikalangan pemabca dan royalti lebih banyak, insyaAllah…(kesempatan untuk bersodaqoh lebih banyak insyaAllah..)

Padahal Sakura adalah karya pertama Nova Ayu.

Padahal Sakura bolak balik di revisi.

Padahal Sakura adalah debut pertama.

Padahal nama Nova Ayu belum banyak terdengar.

Sakura, karya pertama Nova Ayu, yang belum pernah mengisi acara pelatihan kepenulisan dimana mana : terpilih diterbitkan penerbit Malaysia.

Sinta Yudisia, baru karya ke 45 nya yang dilirik penerbit Malaysia.

Nova Ayu, karya ke 1 nya menggebrak.

Apa yang membuat NovaAyu Maulita jauh lebih baik dari kita semua? (semoga ini bukan “memengaal kepalamu “ seperti kata Umar bin Khaththab ya, Ayu…)

Karena hafalan Quran Sinta Yudisa  baru juz 30, 29, 28 ( 3 juz ini sudah banyak yang hilang) dan aku baru mengikuti kelas tahfiz sejak November dan baru menambah juz 1 al Baqarah (belum sepurna juga…hiks).

Dan karena Nova Ayu, gadis belia ini, telah menghafal 30 juz Al Quran (meski katanya masih harus banyak di ulang…)

Subhallah…

orang boleh berkata keberuntungan.

orang boleh berkata anomali.

orang boleh berkata hipotesa.

”Ya….keberuntungan aja, hoki, yang bisa menimpa siapa saja termasuk Existere dan Sakura. Bisa aja kesempatan itu jatuh pada penulis lain kan? Toh banyak juga yang gak menghafal Quran tapi tetap lolos kok…”

Oke, bolehlah keberuntungan dadu itu jatuh pada karyaku, Existere. Dari sekian puluh buku, masa gak ada yang dilirik sih? Bisa saja penerbit Malaysia hanya mendengar namaku dan bukan kualitas bukuku.

Tetapi bagaimana dengan Nova Ayu?

Apakah hanay keberuntungan dadu?

Bahwa nasib melempar panah ke udara lalu menghujam pada takdir seseorang?

Apa yang Nova Ayu raih, membuatku semakin hormat dan takdzim pada para penghafal Quran. Mereka yang tidak terlalu dilirik, mereka yang lebih memilih amalan-amalan utama dan terkenal di kalangan penduduk langit, suatu saat, jika Allah SWT menunjukkan kekuasaannya :…..zzzt! Dunia berbalik.

Aku demikian terharu ketika meng sms ustadzku yang menuntun kami menghafal Quran, kuceritakan bahwa Existere & Sakura berhasil menembus penerbit Malaysia dan kami sama-sama penulsi yang tengah berusaha mnghafalkan Quran.

”Bu Sinta….itu bonus kecil dari Allah SWT. Percayalah, masih banyak pemberian dahsyat dari Nya bagi para penghafal Quran.”

Penulis dan Penghafal Quran?

Siapa berani?

Jangan takut namamu belum terkenal.

Jangan takut bersaing.

Jangan takut karyamu tak diperhitungkan.

Asah terus kemampuanmu, terus beramal baik entah itu shodaqoh, sholat malam , Dhuha, berbakti pada orangtua. Kita memang tidak tahu kunci mana yang sesuai dengan takdir kita tetapi aku yakin, jika tulisan mereka yang hatinya hidup oleh dakwah, sholat malam, amalan-amalan sunnah dan amalan utama seperti menghafal Quran pasti akan berbeda.

Dan tunggulah!

Yakinlah!

Allah SWT menyiapkan hadiah kejutan, tak terduga, yang akan membuatmu tercengang dan malu karena selama ini sudah berburuk sangka padaNya. Berbusuk sangka bahwa Ia tak sayang padamu dan tak mendegar doa-doamu.

Oleh Sinta Yudisia| twitter @penasinta| IG : @sintayudisia

I am a writer and psychologist. A mother of 4 children, a wife of incredible husband. I live in Surabaya, and have published more than 70 books. What do I like the most? Reading and writing. Then, observing people. And also, learning new language

13 replies on “Mau Rezeki Lebih Baik : Jodoh, Peluang Rezeki? Sstt, Coba Hafalkan Quran!”

Ass mbak, bagaimana ya cara mengatasi keraguan untuk menyibukkan diri menghafal Al Quran? Saya takut setelah saya mendapatkan apa yang saya inginkan kelak, saya jadi malas untuk “pedekate” in Al Qurannya lagi…

Suka

Wa’alaykumsalam. Dek Aisyah yang sholihah…insyaAllah, setelah mendapatkan apa yg Aisyah inginkan, Aisyah bukannya gak mau PDKT lagi sama Quran. Setau mbak, banyak sekali hajat manusia terhadap Allah SWT. Ada yg dipercepat, ada yg ditangguhkan. Misal, Aisyah ingin jodoh, lalu diberi Allah. Sesudah itu tentu Aisyah ingin anak, ingin ekonomi mapan, ingin suami tetap sayang. Hajat pada Quran tak terbatas dek…jadi yakinlah, meski sudah hafal 30 juz pun, Aisyah akan senantiasa membutuhkan Quran di samping hidupmu 🙂

Suka

untuk adekku yg merantau jauuuuuh……benar tuh….hafallah Al-Qur’an nanti jodohnya ………makasih mbak sinta….my familynya menyentuh relung hatiku….

Suka

Tinggalkan komentar