Kategori
Catatan Perjalanan Jurnal Harian Karyaku Kepenulisan Referensi Fiksi

Hartaku : Anak-anak & Kliping koran

Tak terasa sudah 2 tahun kami tinggal di Surabaya. Sebelumnya, kami tinggal di kota Tegal, suatu wilayah karesidenan di Jawa Tengah. 2 tahun yang lalu kami mengontrak, tahun ini masih mengontrak juga;-).

Banyak yang tanya, sudah 15 tahun nikah kok belum punya apa-apa? Suaminya kan kerja di kantor pajak? Dalam benak kebanyakan masyarakat, pegawai kantor pajak memang kaya-kaya. Rumahnya banyak, tanah bertebaran, mobil gonta ganti, jalan-jalan ke luar negeri, belum lagi barang elektronik yang dibeli ibarat beli semangkuk bakso.

Aku? Rumah masih mengontrak, mobil belum punya. Miskinkah aku? Kalau tolok ukurnya harta benda, mungkin ya. Tapi jika dilihat lebih jauh lagi, aku sangat kaya! Bayangkan, aku punya 4 orang anak yang sehat yang hingga kini masih diberikan oleh Allah SWT nikmat kebugaran dan kecerdasan. Ibuku pernah berpesan,”…suami kamu pegawai negeri. Nggak usah ngiler lihat punya orang lain. Yang penting investasi ke anak berupa kesehatan dan pendidikan. Kelak, anakmu itu yang akan menggantikan peran orangtuanya.” Selama 15 tahun menikah kami memang berpindah tempat beebrapa kali. Pertama kali di Medan sekitar tahun 1994-1998. Lalu suamiku ikut pendidikan ajun khusus akuntan di Jurangmangu, ditempatkan berikutnya di Yogyakarta. Kami tinggal di Yogyakarta kurang lebih 1 ½ tahun. Selanjutnya suamiku diterima pendidikan DIV di STAN, aku ikut pindah ke Jakarta. Usai pendidikan, berikutnya lalu penempatan di Tegal. Setelah 4 tahun di Tegal, kami pindah agi ke Surabaya sebab suamiku dimutasikan ke KPP Jagir Wonokromo. Kalau dihitung-hitung 5 kali kami boyongan dari satu tempat ke tempat lain. Ketika tabungan mulai terkumpul, kami harus pindah ke tempat lain yang notabene menghabiskan banyak biaya. Biaya pindah rumah, pindah sekolah anak-anak, rumah kontrakan baru, dan biaya tetek bengek yang lain. Maka dari itu, jika dilihat dari kepemilikan harta kami nyaris tak punya apa-apa.

 Tetapi Alhamdulillah, Allah SWT memberikan 4 anak yang merupakan harta luarbiasa. Membesarkan anak itu bukan perkara murah lho. Mobil dan rumah mungkin bisa dibeli dengan tabungan 300-500 juta. Tapi anak butuh ’harga’ yang lebih dari itu. Biaya sekolah, biaya kesehatan, biaya rekreasi, biaya pulang kampung, biaya baju-baju dsb yang tujuan utamanya meng up grade anak-anak agar kelak siap jadi generasi platinum. Begitulah, aku menganggap keluarga kami tak punya banyak harta.

 Tapi…. pas pindah rumah kontrakan baru, kok barangku buaaanyaakkk ya? Apa saja sih harta bendaku? Selain barang rumah tangga ala kadarnya, televisi sudah rusak tombolnya karena dipencet-pencet puluhan kali dalam sehari, VCD player, mesin cuci yang sudah usang, kulkas yang pintu freezernya ambrol akibat banyak tangan buka-tutup-buka-tutup. Dua sepeda motor, empat sepeda mini, mainan dinosaurus, laptop yang menemaniku sekian lama untuk menghasilkan karya-karya tulis. Meja, lemari, kursi, warisan dari orangtua. Baju-baju dan of course, buku-buku yang kami kumpulkan bertahun-tahun. tetapi yang membautku surprised adalah puluhan kotak yang berjajar bertumpuk di teras rumah menjelang kami move ke rumah baru. Ternyata, puluhan kotak-kotak yang membuat para tukang capek bukan main itu isinya adalah…..koran!! Yup, betul sekali. Sudah bertahun-tahun aku begitu mencintai dunia kliping mengkliping yang seolah tak tergantikan oleh kemudahan internet. Mengumpulkan berita hari demi hari membutuhkan kesabaran dan ketelitian tersendiri, dan hobbi yang mengasyikkan. Inilah berita yang kukliping sejak tahun 2000an :

1. Dunia Islam . Aku punya kliping banyak tentang Afghanistan, Iran Irak, Chechnya dan tentu saja…Palestina. Bahkan kukumpulkan berita dari beragam koran saat Israel menginvasi Palestina, berikut foto-foto dramatis yang membuatku bisa menangis. begitupun ketika Amerika menginvasi Afghanistan, Chechnya ketika berjuang melawan Rusia. Kliping ini mendasari kisah epikku ”Kamerad Mikail” dan ”Di Ujung Kota Jerash.” Kronologis pembunuhan Benazir Bhutto pun aku punya.

2. Berita Internasional Berita ini bermacam-macam. Kukumpulkan yang kuanggap menarik seperti hubungan bilateral antar negara, peristiwa-peristiwa perang, kejadian yang penting bagi sebuah negara seperti krisis ekonomi dan persaingan Obama Mc Cain di masa pemilu AS yang lalu. Tak lupa perjalanan wisata mancanegara mulai Petra, Vatikan, Den Haag hingga Mesir dll.

3. Berita Dalam Negeri Antasari, PSK, dunia pesantren, tsunami Aceh, Situ Gintung…warna-warni Indonesia. Tak lupa tempat-tempat indah di Indonesia seperti Lombok, Pulau Seribu. Rubrik Wisata atau Perjalanan di akhir pekan akan kusisihkan sebagai bahan tambahan referensi cerita, atau jika suatu saat nanti aku berkesempatan berkunjung ke luar negeri 

4. Kesehatan Ada koran yang menyuguhkan rubrik medika secara khusus, ada yang tergabung dalam rubrik iptek. Dari sini aku mengumpulkan artikel tentang lupus, sindrom kawasaki, kusta, alergi termasuk penemuan-penemuan terbaru di dunia paramedis.

5. Ilmu Pengetahuan Rubrik kecil Geoweek di akhir pekan rajin kukumpulkan. Beritanya singkat dengan gambar yang berwarna warni, menambah kahzanah pengetahuan. Artikel tentang atom ’partikel Tuhan’ hingga penemuan planet2 baru dan dunia jauh di luar tata surya termasuk artikel yang kugemari.

6. Keluarga Tips tentang karier, bagaimana menjadi orangtua yang baik, bagaimana menata rumah, memilih perabot (sekalipun belum bisa kubeli), resep-resep tradisional dan modern juga kusisihkan. Rubrik Muda dan Anak-anak yang berwarna-warni juga bagus untuk dibaca anakku atau aku sendiri

7. Kartun –kartun : Beni & Mice, kartun Suroboyoan dengan bahasa-bahasa unik (cak, ae, lapo, gak, mari),dsb.

8. Sastra meliputi cerpen, cerita bersambung, puisi-puisi, kritik dan artikel sastra.

9. Dan…..favorit klipingku adalah :

 Dialog Jumat ( Republika)

 Khazanah yang banyak mengupas ilmuwan muslim(Republika)

 Islamic Digest (Republika)

 Fokus dan Teropong (Kompas)

  Kehidupan (Kompas)

 Khusus Deteksi(Jawa Pos) dikliping anak gadisku Inilah harta berhargaku yang membuat rumahku penuh dan para tukang ngos-ngosan ketika pindah rumah! Jumlahnya sekitar 25 kardus!

Oleh Sinta Yudisia| twitter @penasinta| IG : @sintayudisia

I am a writer and psychologist. A mother of 4 children, a wife of incredible husband. I live in Surabaya, and have published more than 70 books. What do I like the most? Reading and writing. Then, observing people. And also, learning new language

11 replies on “Hartaku : Anak-anak & Kliping koran”

salam, mbak sinta 🙂

wah-wah, dah sampai 25 kardus, mbak? ruaaaar biaza!
jd inget kebiasaan kang Gola Gong …

10 tahun yg akan datang, kayaknya dah menuhi rumah tuh kardus kliping korannya, mbak 🙂

Suka

wa………….h kaya raya ya mbak sinta.
iri sekali saya dengan ketelatenan mbak dlm mengklipping segala macam ilmu.
oh ya mbak saya ijin utk link blognya ya,
agar memudahkan utk silaturahim,
banyak sekali ilmu yg saya dapat dr membaca blog mbak sinta.
terima kasih.
salam.

Suka

Jadi inget teman Rusia bilang, kalo mau lihat orang punya harta atau tidak. Lihat saat dia pindah rumah :p

Salam kenal mbak

~LagiAsikMenikmatiBlog

Suka

kata Arswenso, ‘harta yang paling berharga adalah keluarga…’
saya juga kerja di depkeu bu. lum lama c. dan emang lum punya apa2. tapi alhamdulillah, Alloh memberiku pendamping yang baik, sangat baik…
salam kenal buat suaminya ya bu…

Suka

Alhamdulillah…mungkin kita semua perlu merekonstruksi definisi “harta” ya. Harta bukan cuma rumah dan mobil , tapi semangat , harapan, cita-cita pasangan hidup dan anak2 juga masuk kategori “harta’. Barakallah tetap mampu menjaga diri dan keluarga di Depkeu, lembaga yang sangat menjanjikan kekayaan. Moga Allah SWT menjaga kita. Salam untuk pendampingnya;-)

Suka

sepertinya, saya harus belajar rajin mengkliping koran!
minta resepnya donk Mbak?
beberapa tulisanku yang sudahdimuat di koran kini masih berceceran. hanya menumpuk begitu saja, dan tak rapi kelihatannya….

apakah ini imbas dari buku-buku yang di meja belajarku yang juga berantakan, tak pernah rapi? kalau pun rapi juga, usianya tak lama…

Suka

Asslkm wr wb
Salam kenal mb sinta
Saya sudah lama mengenal mbak sinta lewat tulisan2nya. Bahkan, saya masih ingat tulisan pertama mbak sinta yg di annida ” Doa Buat Sari” dan langsung membuat sy menyukai cerita njenengan. Tiap penerbitan annida, seringkali sy cari dulu apakah ada karya njenengan yg nongol. Akhirnya buku2 kumcer n 2 novel njenengan sy koleksi: Cadas kebencian, Pink, Kumcer EPIK (judulnya lupa), trus novel ttg anak/remaja di lingkungan Sarmili Jurtim dan Novel teranyar (waktu itu) LAFDZ CINTA (sepertinya judulanya adalah editan penerbit ya he he). Yg membuat sy senang adalah sy merasa mengenal tempat2 yg njenengan ceritakan seperti Bunderan Bintaro (di Lafaz Cinta).
O ya, satu lagi yg membuat sy langsung merasa (sok) kenal dengan nejnengan yaitu: ternyata njenengan adalah satu almamater meskipun sy tidak tahu kita seangkatan atau tidak.
Minta maaf kalau terlalu panjang perkenalannya. Salam buat suaminya nggih. Semoga terus sukses.

Arif Zainudin STAN 1991.
Jika ada buku baru mohon diinfokan ya , insyaalloh saya akan membelinya.

Suka

Wa’alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Subhanallah , mas Arif. Ternyata Allah SWT bisa mempertemukan manusia lewat mana saja ya? Saya di STAN angkatan tahun 1992, adik kelas mas Arif. Jazakumullah khoiron katsiro sudah mengapresiasi karya2 saya. Kalau suami kuliah di Pajak angkatan 1991.
InsyaAllah dalam waktu dekat, The Road to The Empire II terbit. Doakan ya…agar Allah Ta’ala memudahkan novel ini segera beredar di pasaran. Amiin.

Ada kontak via Facebook, mas Arif?

Suka

Tinggalkan komentar